Capaian Investasi Daerah Terganggu, Pemerintah Permudah dan Percepat Layanan Perizinan 

Capaian Investasi Daerah Terganggu, Pemerintah Permudah dan Percepat Layanan Perizinan 

Industri makanan menjadi penyumbang 10,23% realisasi investasi modal dalam negeri di Kaltim. Sementara terbesar adalah tanaman pangan dan perkebunan dengan 58,49%. Disusul sub sektor pertambangan sebesar 25,82%. (Adian Adi/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mencatat realisasi investasi di triwulan I 2020 sebesar Rp 4,64 triliun. Capaian tersebut terdiri dari PMDN sebesar Rp 3,71 triliun (439 proyek) dan realisasi PMA sebesar USD 64,93 juta atau sebesar Rp 0,93 triliun (106 proyek). Dari realisasi yang diperoleh pada triwulan I tersebut mengalami penurunan sebesar 49,8 persen dibanding triwulan I 2019 Rp 9,24 triliun. Sedangkan jika dibandingkan dengan target realisasi investasi tahun ini yang sebesar Rp 21,30 triliun maka baru mencapai 21,78 persen. Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kaltim Abdullah Sani, dari sektor usaha realisasi investasi PMDN yang dapat dicapai menunjukkan sub sektor tanaman pangan dan perkebunan yang mengalami penambahan investasi terbesar. Yaitu mencapai Rp 2,17 triliun. Hal itu memberikan kontribusi terhadap realisasi investasi seluruh sektor usaha sebesar 58,49 persen. Sementara sub sektor pertambangan berada di urutan kedua yang memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp 957,11 miliar atau 25,82 persen. Sedangkan subsektor industri makanan sebagai kontributor ketiga mencapai Rp 379,01 miliar atau 10,23 persen. “Secara keseluruhan terdapat sekitar 16 sub sektor usaha yang berkontribusi terhadap nilai investasi PMDN pada triwulan I ini,” kata Abdullah Sani, Selasa (19/5/2020). Adapun realisasi PMA pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD 64,93 juta atau sebesar Rp 0,93 triliun, dengan sebaran di 10 kabupaten/kota. Kabupaten Kutai Timur memberikan kontribusi paling siginifikan dengan nilai USD 26,91 juta atau sebesar Rp 387,60 milliar (41,45 persen dari total realisasi PMA), terdiri atas 16 proyek PMA. Kabupaten Kutai Kartanegara menjadi kontributor kedua. Yaitu mencapai USD 16,10 Juta atau sebesar Rp 231,94 miliar (24,80 persen). Sedangkan Kabupaten Paser merupakan kontributor ketiga sebesar USD 11,01 juta atau sebesar Rp 158,65 miliar (16,97 persen). Persentase kontribusi kabupaten/kota lainnya berkisar 7,52 persen hingga 0,14 persen. “Sektor pertambangan mendapatkan tambahan investasi terbesar yaitu USD 38,73 Juta (Rp 557,74 miliar) atau sebesar 59,65 persen dari keseluruhan realisasi PMA,” sebut Abdullah Sani. Ia mengatakan, sub sektor yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah industri mineral non logam. Sebesar USD 15,43 juta (Rp 222,30 miliar) atau 23,77 persen. Dan sub sektor tanaman pangan dan perkebunan sebesar USD 5,03 juta (Rp 72,46 miliar) atau 7,75 persen. “Ada 9 subsektor usaha yang berkontribusi terhadap nilai investasi PMA pada Triwulan I tahun 2020,” ujarnya. Menurut Abdullah Sani, penurunan pencapaian investasi secara umum terjadi pada hampir semua jenis investasi. Baik Penamaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Namun, pihaknya optimistis target capaian investasi tahun ini akan tercapai. Dengan target realisasi investasi tahun 2020 ditetapkan pencapaiannya sebesar Rp 21,30 triliun. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah provinsi berupaya mempertahankan stabilitas iklim investasi. “Pandemi ini terjadi di seluruh dunia, dampaknya juga sampai ke negara yang potensial bagi investor,” tandasnya. Selain mempertahankan iklim investasi, upaya lain menarik investor adalah memberikan keringanan atau penundaan pajak, mempermudah dan mempercepat pelayanan perizinan. “Kami menjalin kemitraan perusahaan PMA/PMDN dengan UMKM,” pungkasnya. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: