Kanopi SKM Tinggal Kenangan
Samarinda, DiswayKaltim.com - Tak ada lagi rindang. Pohon ditebang. Rata dengan tanah. Usai pula wisata kanopi. Sungai Karang Mumus terasa mati. 34.700 meter panjang Sungai Karang Mumus. 200 meter diantaranya merupakan kawasan spesial. Kawasan ini disebut sebagai Kanopi SKM atau Kanopi Keinan. Di sana terdapat vegetasi alami yang rindang. Pepohonan dan semak menjulur ke sungai. Sehingga sekitar 50 meter SKM di kawasan Lempake Tepian, Gunung Lingai itu, terlihat seperti dipayungi. Dari sinilah kenapa tempat ini disebut sebagai kanopi. Kanopi SKM adalah tempat favorit bagi pecinta sungai. Bukan hanya aktivis lingkungan. Sebut saja salah satunya GMSS SKM yang pernah menikmatinya. Puluhan pejabat kota serta wisatawan mancanegara pernah mendokumentasikan diri di kanopi ini. Sayangnya, pada Kamis (9/4/2020) lalu beredar salah satu sisi Kanopi SKM rata dengan tanah. Para aktivis lingkungan seperti dilampiaskan melalui media sosial masing-masing, tampak geram. Baru pada Jumat (10/4/2020), berawal dari siaran langsung di akun facebook aktivis GMSS SKM Krisdiyanto, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III memerintahkan kontraktor, PT Bindamara Bandealit, untuk menemuinya di lokasi. Antara Kris -sapaan akrabnya-, kontraktor, serta perwakilan warga sempat berbincang sekitar 30 menit. Dari situ, barulah diketahui jika robohnya pepohonan di Kanopi SKM karena diminta oleh warga setempat. "Pekerjaan kami secara SOP adalah 260 meter. Tapi karena diminta oleh warga, kami lebihkan 40 meter menjadi 300 meter," kata GS PT Bindamara Bandealit, Adi Wiyono. Masih berdasarkan penuturan Adi, satu sisi Kanopi SKM yang digusur tersebut direncanakan akan dibangun taman. Penggusuran atau land clearing ini sendiri merupakan proyek penurapan badan SKM. Yang awalnya untuk menormalisasi sungai di kawasan Segiri. Hanya karena area belum siap, maka proyek dipindahkan ke hulu SKM. Kris geram. Suaranya meninggi. Otaknya mendidih. Lantaran BWS, Pemkot, dan GMSS SKM merasa kecolongan. Kontraktor tidak berkoordinasi lebih dulu, namun langsung menuruti permintaan warga untuk menggusur kawasan Kanopi SKM tersebut. Berdasar Surat Walikota Samarinda nomor 500/0259/012.01 pada 2017 seperti ditandatangani oleh Nusyirwan Ismail, menyebut bahwa Pemkot mengapresiasi upaya GMSS SKM untuk melakukan penghijauan di hilir SKM. Lebih lanjut, gerakan yang dipimpin oleh Misman ini diminta untuk berkoordinasi dengan beberapa OPD berkaitan dengan pembangunan, penataan kota, dan lingkungan hidup di lingkup Pemkot Samarinda. Dalam sebuah rapat yang dihadiri Nusyirwan Ismail kala itu juga, disetujui bahwa Kanopi SKM tidak boleh diganggu gugat. Untuk tetap dibiarkan asri. BWS Pusat pun sudah setuju jika Kanopi SKM harus tetap dibiarkan alami. Tidak boleh tersentuh pembangunan apa pun. "Kami (GMSS SKM) sangat sedih dan kecewa. Ini satu-satunya kawasan terindah di SKM. Pepohonan di sini usianya sudah lebih dari 50 tahun," ujar Kris. "Kita mungkin bisa menanam kembali, tapi ingat, waktu 50 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Lagian menanam itu mudah, tapi merawatnya yang susah," lanjutnya. Sebagai solusi, Kris mengaku akan berkoordinasi dulu dengan seluruh anggota GMSS SKM untuk nantinya meminta kepastian sikap kepada Pemkot dan BWS akan diapakan area ini ke depannya. "Harus jelas dulu, ini mau dipertahankan atau mau dihancurkan. Kalau ini kita tanam kembali, tapi dari pihak terkait tidak komitmen dengan keputusan bersama percuma. Yang ada kami hanya buang-buang waktu, buang-buang umur," tutupnya. Kawasan Kanopi SKM diketahui bukan hanya bentang pepohonannya saja yang indah, tapi di dalamnya juga terdapat beberapa spesies vegetasi langka. Sebut saja pohon bangir, kayu pupur, rengis, anggrek, dan beberapa lainnya. Manusia kini kian durhaka terhadap alam. Membiarkan Samarinda kehilangan atas kejadian ini. (ava/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: