Atur Strategi, Optimistis Bisa Bertahan di Tengah Pandemi

Atur Strategi, Optimistis Bisa Bertahan di Tengah Pandemi

Ayu Larasati yakin mampu bertahan meski penjualan kuenya kini sedang menurun. (Fey/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Dalam keadaan dan kondisi ekonomi apapun, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus tetap berusaha bertahan. Dalam kondisi normal atau stabil menjalankan usaha akan lebih mudah. Namun di tengah kondisi pandemik virus corona, pelaku usaha tentu juga harus memiliki strategi untuk memasarkan produknya. Ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha untuk tetap kreatif memasarkan produknya. Kreatif itu tentu untuk mempertahankan pelanggan, dan menjaga omzet setiap harinya. Seperti Ayu Larasati, pelaku usaha kecil aneka kue dan cake. Usaha aneka kue dan cake yang dijalani pada 2017 juga terpaksa merasakan dampak pandemik COVID-19. Dampak yang dirasakan adalah pesanan kue dan cake yang dibatalkan. “Awalnya tetap ada pesanan, kemudian pada bulan Maret ada yang batalkan pesanan cake, sehingga secara otomatis pesanan pun berkurang,” kata Ayu Larasati, yang memberi branding aneka kue dan cakenya dengan nama Sweetpie. Ia mengatakan pada Februari lalu masih dibanjiri pesanan pelanggan. Karena saat itu, berbagai kegiatan tetap dilaksanakan sebelum wabah corona masuk ke Kota Balikpapan. “Apabila banjir pesanan, omzet bisa capai Rp 3 juta. Tapi sebelumnya waktu anak belum sekolah, bisa Rp 5 juta. Karena antar jemput sekolah jadi pembuatan kue juga diatur waktunya,” terang perempuan yang telah memiliki tiga putra, Rabu (8/4).   Di tengah pandemi dan kebijakan pengetatan sosial, menjadi tantangan pelaku usaha untuk tetap bertahan. Ayu bilang, usaha kue dan cake akan tetap jalan. “Pesanan snack box dan cake tetap buka. Posting melalui media sosial juga tetap,” ujarnya. Menurutnya, pemasaran melalui online atau daring sangat membantu dalam memasarkan produknya. Karena dalam perjalanannya, pesanan juga datang dari produk yang dipasarkan melalui online. “Melalui Whatsapp juga tetap jalan. Alhamdulillah, ada aja pesanan karena sudah langganan,” tukasnya. Sementara itu, hasil pemetaan daya saing digital Indonesia melalui East Ventures - Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2020 menunjukkan bahwa secara umum EV-DCI Indonesia bernilai 27,9. Dengan skala 0-100, angka ini memperlihatkan bahwa daya saing digital Indonesia masih terbilang rendah. Artinya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Di Balikpapan menjadi kota dengan skor EV-DCI tertinggi di Kalimantan, yaitu sebesar 44,2. Kota ini merupakan pusat bisnis dan industry. Sekaligus memiliki perekonomian terbesar di Kalimantan. Pilar perekonomian di kota ini mendapatkan skor 53,8. Dari sisi input, SDM bidang digital memiliki skor 4,1 dan perlu ditingkatkan. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: