TUNGGU ANTREAN UJI LAB
Semua keputusan. Baik positif maupun negatif kasus COVID-19 harus berdasarkan Uji Laboratorium dari Balitbangkes Kemenkes RI. Sementara PDP terus bertambah. Apalagi ODP. Sangat mungkin, pasien positif lebih banyak. Pun begitu dengan Pasien yang sudah sembuh. Pada akhirnya semua akan menumpuk di rumah sakit. ---------------- HINGGA saat ini pasien positif COVID-19 di Kalimantan Timur (Kaltim) belum ada yang ditetapkan sembuh. Semua masih nunggu hasil uji lab dari Balitbangkes Kemenkes RI di Jakarta. Pun begitu dengan pasien positif yang kondisinya sudah stabil. Yang membuat video itu. Dari ruang isolasi Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan. Sebut saja inisial WH. Warga Perumahan Sepinggan Pratama Balikpapan itu, tampak tengah berolahraga beladiri. Terlihat bugar dalam video tersebut. Ketika itu WH masih menunggu tes terakhir uji lab. Tapi informasi yang diterima hingga kemarin, WH masih menunggu antrean hasil lab. Hal itu juga diakui oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Andi M Ishak. Kendala yang dialami Diskes saat ini, yaitu menunggu hasil laboratorium. Karena di Tanah Air, laboratorium hanya sedikit. Sementara, perkembangan COVID-19 di Indonesia sangat pesat. Normalnya, kata dia, hanya perlu menunggu sehari. Hasil tersebut, sudah keluar. “Kita lama menunggu. Kita sih kasihan lihat pasiennya. Kalau kita lihat dari rontgen sih, sudah bersih. Tapi, kan kita harus melihat hasilnya dari laboratorium biar pasti. Karena protokolnya harus dua kali. Ya, kita sampai saat ini masih menunggu,” bebernya. Saat ditanya jumlah pasien yang sudah masuk dalam uji laboratorium kedua, Andi enggan untuk berkomentar. “Saya belum tahu persis. Teman-teman yang memegang data itu. Kalau tidak salah, dari Kukar ada,” tandasnya. Terkait pasien positif pertama di Balikpapan, kata dia, kondisinya sudah mau keluar dari isolasi. Menurut pemeriksaan dokter RSUD Kanudjoso yang bertanggung jawab langsung. Berdasarkan hasil foto thorax terakhir, pasien tersebut sudah bersih. Tapi, Diskes Kaltim belum menurunkan statusnya. Tunggu sampai hasil lab terakhir keluar. Bagi yang sudah sembuh itu, kebijakannya boleh pulang ke rumah tapi tetap isolasi mandiri. Kalau hasilnya negatif baru dia bisa bebas. Tapi kalau ternyata hasilnya tetap positif, dia bakal kembali lagi ke RS untuk diisolasi. Semasa diisolasi mandiri, dia tetap dipantau dokter yang bertanggung jawab. ***** Selama ini, kata Andi, hasil swab pasien dikirim melalui pesawat. Tiap hari ada pengiriman. Tergantung kondisi di rumah sakit yang merawat pasien. Tapi kalau di Balikpapan dan Samarinda, Dinas Kesehatan masing-masing yang mengirimkan langsung. Sementara Bontang atau daerah lainnya, biasanya swab tersebut dikirim dulu ke Dinas Kesehatan Provinsi. Nanti Diskes Provinsi yang mengirimkan ke Jakarta. Tak salah jika Pemkab Berau memilih untuk melakukan rapid test. Dari 9 orang yang dilakukan tes, hasilnya dua warga dinyatakan positif coronavirus disease (COVID-19). Kendati rapid test tersebut bukan jaminan. Karena tingkat akurasinya hanya 80-90 persen. Menurut Andi, di Kaltim masih memungkinkan untuk dibuat laboratorium sendiri. Perlu pemesanan alat. Dalam waktu dekat, katanya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menginstal alat untuk uji laboratorium tersebut. Tapi, belum diketahui rumah sakit mana yang akan dijadikan laboratorium. Masih dalam pengkajian. "Tapi yang paling berpotensi dijadikan laboratorium ya di RSUD AWS," tambahnya. BIKIN TENDA TNI Melihat trend lonjakan pasien PDP yang terus bertambah, tentu rumah sakit rujukan harus menambah kapasitas. Pemerintah daerah juga perlu menyiapkan rumah sakit sementara khusus wabah COVID-19 ini. Menurut Andi, langkah alternatif yang sudah disiapkan, yaitu penanganan pasien di tenda-tenda TNI. Tenda itu sudah terpasang di lingkungan RSUD AWS. Satu tenda dapat menampung 20 tempat tidur. “Kendalanya sih nanti pasti suasananya menjadi panas,” singkatnya. Tenda tersebut sebenarnya sudah terpasang sebelum penetapan satu pasien positif di Kaltim. Tenda itupun, bisa diperbanyak. Tapi, memang suasananya panas ketika berada di dalam tenda. Untuk itu, Diskes tetap mencari tempat yang lebih efektif. Tapi, tetap dekat dengan rumah sakit. Dari pertimbangan tersebut, dinilai Convention Hall Sempaja, paling tepat. “Itu dipersiapkan untuk dalam jumlah besar nantinya,” bebernya. Perkembangannya, saat ini, ada juga PDP yang tidak diisolasi di rumah sakit. Bisa dilakukan isolasi diri di rumah. Tapi, dengan beberapa pertimbangan dan persyaratan. Seperti, spesifikasi rumah yang sesuai. Isolasi mandiri juga dapat dilakukan ketika pasien masuk dalam OTG (orang tanpa gejala). “Kalau dia punya gejala ringan, dia bisa di rumah. Asalkan, orang rumah bisa menjamin untuk tidak melakukan kontak fisik. Serta, segala kegiatan di rumah dilakukan sendiri. Tapi, kalau dia punya gejala berat, ya mau gak mau harus dirujuk ke rumah sakit,” pungkasnya. TAK ADA PENAMBAHAN Sementara itu, data pasien COVID-19 di Kaltim hingga Kamis kemarin belum ada penambahan kasus positif. Atau belum ada hasil uji lab dari Balitbangkes Kemenkes RI. Yang menyatakan terpapar atau tidaknya. Namun Andi M Ishak menyebutkan terdapat penambahan pasien dalam pengawasan (PDP). Ada 14 kasus. Kemudian orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 221 kasus. Penambahan kasus PDP terbanyak berada di Kutai Kartanegara (Kukar). Jumlahnya delapan orang. Satu pasien di antaranya diketahui pernah melakukan perjalanan dari Jakarta dan Bone, Sulawesi Selatan. Pasien tersebut saat ini dirawat di Rumah Sakit Abadi Samboja. Dia mengeluhkan batuk, lemas, dan muntah. Sementara, lima kasus PDP lainnya melaporkan melalui call center. Saat ini semuanya dirawat di RSUD AM Parikesit Tenggarong. “Lalu, dua kasus lainnya dilaporkan melalui call center RS Abadi Samboja dan RS Dayaku Raja Kota Bangun,” katanya dalam konferensi pers secara daring, Kamis (2/3). Ada pula pasien PDP dari Kabupaten Paser. Satu orang. Pasien tersebut diketahui melakukan perjalanan dari Purwokerto, Jawa Tengah. Saat ini, pasien sedang dirawat di RSUD Panglima Sebaya, Tana Grogot. Selain itu, di Penajam Paser Utara (PPU) terdapat satu pasien.Pasien tersebut berasal dari klaster Ijtima Asia, di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pasien memiliki keluhan demam, batuk, dan pneumonia. Satunya berada di Kota Tepian. Dari laporan, pasien tersebut pernah melakukan perjalanan ke Makassar. Pasien sekarang diisolasi di RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda. Sisanya, berada di Balikpapan. Mereka memiliki keluhan yang sama. Yaitu batuk, demam dan pneumonia—susah bernafas. Saat ini, mereka dirawat di RSUD Kanudjoso. Sampai saat ini, Dinas Kesehatan di seluruh kabupaten/kota di Kaltim masih kesusahan melakukan tracing. Terutama, untuk jamaah Ijtima Dunia Zona Asia. Sampai saat ini, mereka baru berhasil melacak sabanyak 587 orang. Dari jumlah tersebut, 143 orang dinyatakan ODP, empat orang PDP, dan delapan orang dinyatakan orang tanpa gejala (OTG). Dijelaskan lebih lanjut, OTG adalah mereka yang tanpa ada gejala. Tapi pernah memiliki kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif COVID -19. Dengan penambahan kasus ini, Andi menyebutkan bahwa upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Kaltim, kekuatannya bertumpu di masyarakat. Mengingat pemerintah disebutnya tidak bisa bekerja sendiri dalam menangani kasus ini. “Kekuatan kita ada pada masyarakat yang disiplin dan konsisten untuk selalu menerapkan imbauan. Menjaga jarak dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,” terangnya. Sementara, pasien yang telah dinyatakan positif, saat ini masih menunggu hasil laboratorium kedua. Walaupun, hasil pertama sudah dinyatakan negatif. “Kami masih menunggu hasil yang kedua ini. Beberapa, sudah dinyatakan negatif,” cetusnya. Kalau pasien positif pertama yang dirawat di RSUD AWS, dalam uji laboratorium pertama memang hasilnya masih positif. Walau kondisinya sekarang sedang stabil. “Kalau itu, kami sudah lakukan pengujian kembali,” tuturnya. (mic/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: