Sumalindo Ekspor Langsung Plywood ke Korsel 

Sumalindo Ekspor Langsung Plywood ke Korsel 

Plywood olahan PT Sumalindo Lestari Jaya Global dalam boks sebelum dikirim ke Pelabuhan KKT Balikpapan untuk diekspor ke Korea Selatan. (IST) Samarinda, DiswayKaltim.com - PT Sumalindo Lestari Jaya (SLJ) Global, perusahaan yang bergerak pada industri perkayuan, tetap melakukan aktivitas ekspor. Yang sejauh ini memang belum terdampak oleh pandemi COVID-19. DCE. Human Resources PT SLJ Global Eko Arief Suratmono mengatakan, pihaknya bahkan telah mengirim lima kontainer high cube (HC) dengan kapasitas 200 m3 plywood. Lembaran kayu olan itu akan diekspor ke Korea Selatan. Menggunakan layanan pelayaran internasional langsung (direct call) melalui Pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal (KKT). "So far, untuk negara tujuan ekspor kami, belum ada yang lockdown. Kecuali India. Jadi aktivitas perdagangan tetap jalan," katanya, Senin (6/4). Meskipun, Eko menyebut, ia harus mempercepat proses pengiriman barang ke Balikpapan. Sebelum akses jalan Samarinda - Balikpapan ditutup. "Jadi kami targetkan memang pengiriman sebelum tanggal 3 Maret. Hasilnya, 1 Maret barang kami sudah ready di Balikpapan," tambahnya. Sesuai jadwal keberangkatan, kapal seharusnya akan berangkat Senin (6/3). Namun karena terjadi penundaan, kapal baru dijadwalkan berangkat pada Rabu, (8/3) besok. Pelayaran ini mengambil rute Balikpapan-Tawau-Filipina-Tiongkok, dan Korea Selatan. Kapal yang digunakan adalah jenis B Trader yang mampu mengangkut 1.500 kontainer. Eko menyebut, ini pertama kalinya perusahaannya melakukan ekspor direct call melalui KKT. Sebelumnya, PT SLJ Global mengirim barang komoditi ekspornya melalui pelabuhan peti kemas di Palaran, Samarinda. Untuk dibawa ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dari sana, baru kemudian diteruskan ke negara tujuan. Dengan proses ekspor kurang lebih selama 18 hari. Sehingga, setelah barang sampai ditempat tujuan nantinya. Eko akan mengkomparasi, proses eskpor melalui Direct Call KKT dengan melalui Pelabuhan Tanjung Priuk di Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Mana yang lebih cepat. "Nunggu dulu sampai di Korea, respons buyer gimana? Proses ekspornya lebih cepat atau lebih lama," ungkapnya. Selain itu, yang akan menjadi bahan evaluasi, kata dia, pertama adalah kualitas barang ekspornya selama proses pengiriman. Terjadi kerusakan atau tidak. Dan kedua, adanya biaya tambahan atau tidak. "Sementara kalau untuk biaya trucking dan handling di pelabuhan sudah cukup kompetitif. Tapi kita lihat, ada biaya tambahan lagi tidak nanti?,” sebut Eko. Saat ini, direct call melalui KKT baru melayani rute ekspor inter-Asia. Dengan jadwal keberangkatan sekali dalam sepekan. Tiap hari Senin. Namun terkadang memang, proses keberangkatan sering mengalami penundaan. Eko pun mengklaim, di bidang komoditas kayu, baru pihaknya yang sudah melakukan ekspor melalui KKT. Ia pun berharap langkah ini bisa diikuti oleh eksportir lain. Untuk mendukung ekspor langsung dari Kaltim. "Semoga bisa jadi salah satu alternatif ekspor. Karena harganya kompetitif. Tapi ya jangan sampai kosong juga yang di Palaran. Kasian juga. Harus balance lah antara KKT dan Palaran," harapnya. Namun begitu, Eko menyebut komitmen untuk melakukan ekspor melalui direct call KKT tidak dapat dipastikan akan terus berlangsung. Tergantung kesepakatan berikutnya. "Kami dukung ekspor direct call ini. Tapi ya karena ini bisnis, jadi tergantung kesepakatan b to b," pungkasnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: