Gratiskan Ongkir Take Away; UMKM Bertahan di Tengah Pandemi

Gratiskan Ongkir Take Away; UMKM Bertahan di Tengah Pandemi

Dengan tidak melayani makan di tempat cukup memengaruhi pendapatan pelaku kuliner. (Dian Adi/Disway Kaltim) Samarinda, Disway Kaltim.com - Menurunnya pendapatan di tengah serbuan pandemi COVID-19 juga dialami pelaku usaha kuliner. Pendapatan jauh menurun karena tidak melayani makan di tempat alias take away (bawa pulang). "Iya kami sudah tidak menerima pembelian langsung. Cuma via online aja dari Grab atau Gojek. Meja kursi sudah kami kami pinggirkan semua," kata Mega Lidya Salim, Resto House of Chicken (HOC) Samarinda Rabu (25/3). Mega menyebut, ia sudah menerapkan hal itu sejak Minggu (22/3) lalu. Hal itu ia lakukan untuk mengurangi aktivitas masyarakat yang masih senang berkumpul di luar rumah. Terutama anak muda. "Mau enggak mau harus ditegasin. Karena kalau nggak gini, ya masih ada saja yang datang buat nongkrong. Malah ngerayain ulang tahun segala," akunya. Dia juga menerapkan seluruh prosedural kesehatan di outlet-nya. Untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19. Mulai dari penyemprotan disinfektan, penggunaaan masker dan sarung tangan bagi karyawan, dan penyediaan hand sanitizer dan antiseptik. Walau pun diakui Mega, dengan hanya melayani take away, pendapatan usahanya jauh menurun. Jika di hari biasa bisa menerima 100 order per hari. Saat ini, dengan take away hanya menerima sekitar 20 pesanan. "Ya, terasa banget sih penurunannya. Terutama satu minggu ini," keluhnya. Meski begitu, Mega tetap optimistis untuk tetap menjalankan usahanya. Dan berharap semoga wabah COVID-19 bisa segera berakhir. Keadaan bisa kembali normal. Perekonomian bisa pulih kembali. Keluhan sama dirasakan Muhammad Teguh Fauzi alias Oji. Owner Angkringan Mas Tumin di Jalan M Yamin Samarinda. Angkringan yang biasanya tidak pernah sepi pembeli ini, kini juga membatasi pelayanan. Mereka untuk sementara waktu, tidak melayani pembelian langsung dan makan di tempat. Sejak, Senin (23/3), Angkringan Mas Tumin hanya melayani pembelian pesan bungkus. "Kita ikuti aturan pemerintah sekaligus edukasi juga ke masyarakat. Untuk saat ini, kesehatan dan keselamatan adalah yang paling utama," tegas Oji, Rabu (25/3). Bahkan untuk mendukung imbauan “di rumah aja”, Oji memberikan gratis ongkos kirim (ongkir) untuk pemesanan dari outlet-nya. Meski pun diakui Oji, pendapatannya menurun drastis. Drop hingga 80 persen. Kondisi ini diakui berat. Belum lagi, ia harus menanggung upah kerja 40 karyawannya. Di hari normal, angkringan yang sudah eksis sejak tujuh tahun lalu ini bisa menerima 200 hingga 300 pengunjung per hari. Sedangkan di tengah pandemi dengan hanya melayani take away, per hari hanya menerima maksimal 50 pesanan. "Pendapatan memang jadi tidak signifikan, tapi saya juga tidak boleh egois. Yang penting usaha tetap jalan," ujarnya. Jam operasional angkringan pun dibatasi. Angkringan hanya melayani pemesanan dari pukul 11 siang hingga 11 malam. Meja dan kursi yang biasa tersusun rapi di pelataran angkringan, untuk sementara juga tidak disediakan. "Jam 11 malam kita sudah tutup. Tidak seperti hari biasa, yang sampai dini hari," sambungnya. Tak lupa pula, protokoler kesehatan juga ia terapkan pada outlet angkringannya. Seluruh karyawan kini dilengkapi dengan sarung tangan dan masker. Dan saling menjaga jarak minimal satu meter dalam aktivitas kerja. Dengan keadaan seperti ini, Oji pun pasrah. Ia hanya berharap keadaan bisa segera kembali kondusif. (krv/eny) Baca Juga: Kreatif Jadi Kunci; UMKM Bertahan di Tengah Pandemi  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: