Kurang Anggaran, BPBD Butuh Alat Deteksi Dini Bencana
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Samarinda Irfan saat berada di lokasi longsor. (Arman/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Penanganan banjir dan longsor menjadi prioritas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda. Sayangnya deteksi dini belum maksimal karena masih kekurangan alat. BPBD pun memiliki sistem peringatan dini rawan bencana. Erlie Warning System (EWS) namanya. Yakni sistem yang berfungsi memberitahukan akan terjadinya kejadian alam. Sistem peringatan dini ini akan memberitahukan terkait bencana yang akan terjadi atau kejadian alam lainnya. BPBD mengaku baru memiliki satu alat EWS yang ditempatkan di daerah Selili. Untuk daerah lain Irfan mengatakan belum memiliki alat tersebut lantaran belum ada anggaran membelinya. "Alat EWS kami memang baru punya satu didaerah Selili, daerah lain belum ada, belum ada anggarannya," ungkap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Samarinda Irfan kepada Disway Kaltim Senin, (10/02/2020). Meski begitu, Irfan mengatakan tidak menjadi suatu alasan untuk tidak melakukan tindakan bantuan atau evakuasi kepada masyarakat yang terdampak bencana "Tapi dalam hal ini, kita tetap melakukan pengawasan, pemantauan dan bahkan bantuan evakuasi kepada warga yang mengalami bencana," bebernya. Irfan pun mengimbau masyarakat yang hendak membangun rumah menghindari daerah rawan longsor. Seperti bukit. Namun untuk warga yang sudah terlanjur bermukim di sana, kewaspadaan longsor tetap diperhatikan. "Kalau imbauan, kami harap warga lebih sigap dalam kewaspadaan di titik-titik yang dirawan bencana, terutama longsor," tuturnya. BPBD sendiri menjadikan banjir dan longsor sebagai tanggap darurat. Keduanya kata Irfan saling berkaitan. Sejak Juni lalu BPBD sudah lakukan tanggap darurat banjir dan longsor. Terkait titik yang disinyalir berpotensi longsor, Irfan menyebut daerah tersebut memiliki struktur dataran tinggi. "Kalau titik-titik daerah, didaerah kampung Jawa, Arga Mulya, Selili, Merdeka, yah masih banyak lagi lah. Potensi longsor itu sendiri akibat curah hujan yang tinggi, dimana ikatan tanah menjadi tidak kuat karena pohon-pohon yang sudah berkurang," sebutnya. Tidak hanya itu, Irfan juga mengaku BPBD telah memprogramkan sosialisasi kepada masyarakat dalam jangka waktu setahun dua kali melalui kelurahan. "Untuk sosialisasi, kita sudah sering lakukan 1 tahun bisa 2 kali sosialisasi. Itu melalui Bidang I (Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan) terkait pelaksanaan sosialisasi siaga darurat dan tanggap darurat bencana," pungkasnya. (ar/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: