Instalasi Audio Visual Jadi Medium Seniman Kampanye Bahaya Praktik Korupsi di Kaltim

Instalasi Audio Visual Jadi Medium Seniman Kampanye Bahaya Praktik Korupsi di Kaltim

Instalasi Karya Dahri Dahlan dalam pameran “CIYAAAT”-(Disway/Salsa)-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Akademisi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Mulawarman (Unmul), Dahri Dahlan menghadirkan karya yang menggabungkan audio visual dan sajian makanan di pameran CIYAAAT!.

Diketahui, pameran korupsi dari kacamata seni itu memperlihatkan ruang-ruang kecurangan berbasis metafora sebagai interpretasi terhadap "jurus-jurus" tindakan korupsi.

Melalui layar LCD, karya berjudul Distangsi itu memperlihatkan figur korup yang sedang melahap makanan mewah, repetitif, dan monoton.

“Visual itu didukung audio yang dikutip dari salah satu lagu grup musik legendaris Nasida Ria. Adapun figur yang tampil dalam televisi di meja itu, bersantap bersama pengunjung di dunia faktual,” katanya saat diwawancarai langsung, pada Senin (9/9/2024) malam.

BACA JUGA : BCF dan Pawai Budaya Meriahkan Semarak Hari Jadi Berau dan Tanjung Redeb

Kendati demikian, Dahri Dahlan sengaja menyajikan nasi, kerupuk, kecap, dan satu kendi berisi air putih untuk di nikmati pengunjung. Sementara figur yang ditampilkan sedang menikmati makanan dengan berbagai macam lauk.

Selain memantik kesadaran. Karya ini diharapkan untuk menyadari adanya jarak atau distangsi yang membentang, antara pejabat yang hidup senang karena korup dan masyarakat yang tidak punya pilihan.

"Bahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,” jelas Dahri, saat menjelaskan makna audio visual berdurasi 13 menit 27 detik itu.

Karya tersebut, lanjutnya, dapat membuat pengunjung membawa pulang sensasi makan yang tidak mengenakkan.

BACA JUGA : Teras Samarinda Resmi Dibuka, Berikut ini Ragam Fasilitas dan Keunggulannya

“Ini juga sebagai refleksi dan mendekatkan pengunjung pada lanskap buruk yang sebenarnya telah lama terjadi,” ujar Lelaki yang kerap melakukan riset berbasis sastra dan budaya itu.

“Akibat dari perilaku korup yaitu adanya ketimpangan. Barangkali ini klise dan terus berulang ulang. Tapi korupsi dan bentuk-bentuknya tidak boleh di sepelekan,” tandasnya.

Ia menyampaikan, meski korupsi itu memang peristiwa yang terus berulang. Namun sebagai upaya untuk mengingatkannya pun harus terus menerus diulang.

“Misalnya, apa yang harus kita lakukan untuk mencegah korupsi itu dikaitkan dengan apa yang saya pamerkan dalam karya ini. Bagaimana distraksi antara masyarakat kecil dengan wakil rakyat, secara statistik kita lihat korupsi itu sulit untuk diberantas dan kita melihat apa yang terjadi di antara itu,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: