Tahun 2019 Industri Kayu Kaltim Turun 30 Persen, Ini Penyebabnya

Tahun 2019 Industri Kayu Kaltim Turun 30 Persen, Ini Penyebabnya

Novel Chaniago. (Dok. Disway Kaltim). ==================   Samarinda, DiswayKaltim.com- Industri perkayuan menghadapi masalah serius hingga pergantian tahun ini. Selama 2019, industri kayu di Kaltim menerima pukulan telak penurunan harga yang cukup signifikan. Hal ini berimbas terhadap pengurangan produksi sampai penutupan aktivitas sebagian pabrik kayu di Bumi Etam. Wakil Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Kaltim Novel Chaniago memberi gambaran umum perjalanan industri perkayuan selama 2019. Ia menyimpulkan kondisinya dalam satu kata: "nyungsep". Keadaan industri perkayuan di Kaltim tahun ini tidak terlepas dari dinamika harga pada 2018. Kata Novel, saat itu harga kayu olahan dan produk perkayuan lumayan tinggi. Keadaan demikian berlanjut hingga Desember 2018. Pada Januari 2019, terdapat tanda-tanda penurunan harga kayu. Puncaknya di April tahun lalu. Harga kayu tak berubah. "Sampai di akhir Desember ini belum membaik," ungkap Novel kepada Disway Kaltim, Jumat (3/1/2020). Ia mencontohkan harga bahan baku plywood pada 2018. Per kubik dihargai Rp 2,8 juta sampai Rp 3,2 juta. Harga plywood pun tergolong tinggi. Antara US$ 700 sampai US$ 900 per kubik. Harganya turun drastis pada tahun berikutnya. Harga plywood hanya dihargai US$ 300 per kubik. Harganya turun lebih dari 50 persen. "Karena harga turun, orang menurunkan produksi. Akhirnya lognya juga turun. Karena yang beli enggak ada. Sekarang harga log itu Rp 1,3 juta sampai Rp 1,4 juta per kubik. Dari hampir Rp 3 juta tadi. Separuhnya yang turun," sebutnya. Penurunan harga produk kayu dari Kaltim terjadi di hampir seluruh negara tujuan ekspor. Satu-satunya negara yang masih relatif stabil harga jualnya hanya di India. Tetapi Novel memberi penekanan. Itu tidak bertahan lama. Karenanya, penurunan harga berimbas terhadap produksi. Meski Novel tidak memiliki data detail. Namun ia memperkirakan penurunan produksi kayu di Kaltim pada 2019 mencapai 30 persen sampai 40 persen dibanding 2018. "Usaha perkayuan dalam keadaan sulit. Ada yang mengurangi tenaga kerjanya. Ada juga yang menurunkan kapasitas produksinya. Bahkan ada yang menghentikan produksinya," sebut Novel. Kondisi demikian yang dihadapi tujuh pabrik kayu yang beroperasi di Bumi Etam. Pukulan telak industri perkayuan ini tidak semata karena dinamika pasar global. Tetapi juga pengaruh harga yang turun disebabkan produksi dan ekspor besar-besaran pada 2018. Ekspor yang relatif tinggi waktu itu berpengaruh di 2019. Negara-negara tujuan ekspor kayu dari Kaltim memiliki stok yang melimpah. Akibatnya, tahun lalu sejumlah negara itu mengurangi permintaan plywood dari Bumi Mulawarman. "Karena permintaan turun, harga juga turun. Pabrik ngerem produksinya. Beli kayunya juga ngerem. Karena beli kayu ngerem, padahal camp itu sudah terlanjur nebang banyak kayu, akhirnya harga kayu turun," sebut Novel. Karena penyedia sudah menebang kayu, terpaksa bahan baku untuk plywood tersebut dijual dengan harga murah. Dalam perjalanannya, persediaan pun berkurang. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan penyedia kayu tak sebanding dengan harga jual. Meski begitu, Novel meyakini usaha perkayuan akan kembali bergeliat. Lumrahnya, usaha di bidang ini ada kalanya tertekan. Di lain waktu kembali bangkit. Ia berharap pada Maret atau April 2020, usaha perkayuan bergeliat. "Mestinya imbas yang kemarin itu sudah selesai. Biasanya memang up and down-nya begitu. Tetapi saya akui, kemarin itu parah sekali. Ada satu pabrik mulai Juni itu sudah stop beroperasi. Karyawannya mau dihentikan," ujarnya. Namun Novel berpesan, pelaku industri perkayuan tetap mengambil langkah-langkah strategis. Seperti efisiensi dan penggunaan bahan baku plywood yang tidak bergantung dari kayu hutan alam. "Karena harganya mahal. Bisa juga gunakan kayu tanaman yang diameternya lebih kecil. Di samping itu, membuka pasar baru. Selama ini pasar utamanya Amerika dan Jepang. Sedikit ke Korea. Kita mesti jajaki pasar di Eropa dan Australia. Orang-orang tetap butuh produk kayu," tutup Novel. (qn/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: