Head to head Pilkada Paser: Dulu Sanding Kini Tanding
Ade Muriyono,-istimewa-
PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Bupati dan Wakil Bupati Paser 2024 makin ramai diperbincangkan, sejumlah tokoh politik yang berniat maju dalam kontestansi pilkada mulai menunjukan pesona dan jargonnya. Tercatat setidaknya 2 tokoh kuat yang menyasar posisi Bupati dan beberapa tokoh berkenan “realistis” untuk menjadi posisi wakil, namun seiring waktu posisi itu jadi tidak dominan melainkan akan dinamis melihat perkembangan progres politik dan arah koalisi yang akan terjadi.
Petahana pasangan Bupati dan Wakil Bupati Paser saat ini kompak deklarasi maju dalam gelaran pilkada serentak dan sedang berkembang wacana kedua tokoh ini akan berhadapan secara head to head. Wacana berhadapan ini sangat menguat seiring adanya tokoh yang awalnya maju sebagai bacabup berfikir ulang untuk maju terkait regulasi yang ada sehingga beberapa urungkan niatnya untuk maju.
Terjadinya pilkada Head to head merupakan harapan bakal calon bupati Paser, Masitah, yang berkeinginan untuk berhadapan langsung dengan koleganya di pilkada 2020 silam. Pasangan Fahmi Masitah tercatat pada tahun 2020 sebagai pemenang pilkada yang telah mengalahkan tiga paslon bupati dan wakil bupati lainnya yang akhirnya pasangan Fahmi Masitah dengan jargon Paser MAS dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Paser di tahun 2021.
Saat ini kedua petahana ini berencana untuk maju kembali di pilkada 2024 dengan sama sama mengambil posisi sebagai bakal calon bupati dan akan menjadi rival kuat.
Dinamika dan manuver politik seiring menyeruaknya wacana head to head mulai sedikit mewarnai dan berkembang dilapangan. Wacana “gagal”nya pemerintahan yang dipimpin oleh Bupati Fahmi mulai menjadi sorotan terlebih banyaknya isu santer terkait beberapa pembangunan yang terlalu dipaksakan. Namun anomali justru terjadi dilapangan, masyarakat sebagian menyatakan kepuasan atas kepemimpinan fahmi masitah terutama dibagian infrastruktur dan pelayanan desa, terlebih saat ini DPRD juga sangat intim dengan pemerintahan sekarang.
Politik Paser, Pileg dan Pilpres 2024
Penggiringan opini publik bahwa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Paser 2024 di ikuti lewat Head to head merupakan antiklimaks politik yang harus disikapi. Munculnya fenomena ini lebih terlihat sebagai kepentingan politisi dan praktisi politik daripada euphoria masyarakat atas gebyar gelaran pemilihan bupati dan wakil. Hal ini tentunya dapat dilihat dari manuver tokoh politik yang masih berfikir ulang dalam mengikuti kompetisi. Beberapa tokoh masih tersandera dengan regulasi maupun syarat untuk maju sebagai calon peserta pilkada nanti.
Dari hasil pemilu 14 Februari tahun ini, PKB kabupaten Paser sukses besar setelah berhasil atas raihan 12 Kursi dari 30 kursi DPRD yang tersedia. Atas perolehan tersebut maka PKB Paser dinyatakan sebagai partai pemenang pileg Paser dan dapat mengusung paslon dalam Pilkada tanpa koalisi dengan partai manapun. Saat ini PKB Paser akan mengusung kembali Dr. Fahmi Fadli selaku Calon Bupati Paser 2024 – 2029 namun belum mendeklarasikan nama calon wakil bupatinya walau sudah ada nama untuk itu di kantong Partai tersebut.
Fenomena berbanding terbalik atas raihan pileg terhadap hasil raihan PKB Paser dalam pilpres. Melihat kekalahan PKB dalam pilpres di kabupaten Paser yang saat itu mengusung pasangan AMIN terhadap kekompakan Koalisi Indonesia Maju (KIM) di kabupaten Paser menegaskan kekuatan PKB masih berpeluang untuk dikalahkan dalam gelaran pilkada kedepan.
Atas dasar itu beberapa organ bermanuver untuk menginisiasi gerakan head to head dan akan mengupayakan koalisi besar yaitu koalisi Indonesia maju untuk tetap teguh serta merangkul partai PDIP dan NasDem bergabung di pilkada paser. Seperti diketahui Masitah telah mendaftarkan diri ke partai tersebut dan berniat menciptakan koalisi gemuk.
Terselenggaranya pilkada secara head to head akan memberikan gesekan kuat di masyarakat pendukung paslon. Namun, besaran gesekan dan singgungan tidak serta merta akan didominasi dengan sentimen ataupun prasangka, sebab jika sentimen yang berkecendrungan dominan negatif, maka hasilnya pasti buruk dan rentan terjadi pergesekan yang memunculkan politik identitas.
Popularitas dan Jargon
Kemenangan spektakuler PKB di Pemilihan Legislatif Februari lalu menegaskan selain popularitas atas nama nama yang diajukan sebagai caleg juga terkait pengolahan data menuju big data sebagai kunci kemenangannya. Perilaku konstituen yang dipantau melalui media sosial dan jalur aspirasi yang diserap oleh incumbent setidaknya telah ditangkap dengan baik oleh mesin pemenangan partai yang diolah sebagai big data pemenangan.
Instrumen pemenangan yang mengandalkan kerja tim dengan komposisi berjenjang dari DPR Pusat hingga DPRD Kabupaten merupakan buah keberhasilan partai lebah ini. Termasuk citra dan popularitas caleg yang ada telah berhasil meraih simpatik para pemilih pemula dan perempuan yang mendominasi DPT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: