Permintaan Tinggi, Eksportir Perluas Lahan Pisang Kepok

Permintaan Tinggi, Eksportir Perluas Lahan Pisang Kepok

Direktur Operasional PT Bintang Sembilan Dino Novian Abdi. (Darul/Disway Kaltim)

Balikpapan, DiswayKaltim.com – Siapa sangka, pisang kepok kini jadi idola eksportir. Buah yang identik dengan  jajanan pinggir jalan itu, kini jadi salah satu andalan ekspor.

Para petani di wilayah Kalimantan Timur pun semakin meminati budidaya pisang kepok. Hal ini dipicu permintaan yang tinggi dari Malaysia. Bahkan tak segan eksportir turun langsung dengan menambah luas lahan tanam.

Seperti diakui Dino Novian Abdi. Eksportir pisang kepok itu berani membenamkan modal di Kabupaten Kutai Timur  dengan memperluas lahan tanam 200 hektare.

“Ada rencana meningkatkan ekspor pisang kepok tahun depan. Makanya kami berani menambah luas lahan tanam,” katanya. Luas tanam pisang kepok yang tersedia di Kaltim saat ini menurut perkiraan Dino Novian Abdi baru sekitar 1.000 hektare.

Dino menjelaskan, perluasan areal tanam pisang kepok ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan ekspor ke Negeri Jiran. Dalam sebulan, Negara Bagian Selangor meminta pengiriman pisang kepok sebanyak 15 kontainer dalam sebulan. Sementara kemampuan eksportir dari Kaltim hanya dua kontainer.

“Satu kontainer berisi 42 ton. Sejauh ini kami baru mengirimkan empat kontainer,” jelas eksportir yang dinaungi PT Bintang Sembilan yang berlokasi di Balikpapan itu.

Dengan peluang yang masih terbuka lebar, tahun depan eksportir bersama petani bekerjasama dengan Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur menyediakan bantuan bibit pisang kepok.

Pengajuan bibit tersebut untuk 200 hektare yang telah dipersiapkan di Kabupaten Kutai Timur. “Jadi kita sudah menyiapkan tim dan lahannya sudah di land clearing. Kemudian akan siap ditanami tahun 2020,” ucap Dino Novian Abdi. Program itu, kata dia, sudah berjalan 80 persen. “Tinggal turunkan bibit dan ditanam,” ujarnya.

Pintu ekspor pisang kepok ke Malaysia difasilitasi Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan. Dino bilang, ia tertarik setelah mengikuti fokus grup diskusi yang membahas potensi ekspor.

“Melalui FGD itu, kami tertantang untuk ekspor. Akhirnya kami dipertemukan dengan buyer dari Selangor, Malaysia. Dengan sistem plasma petani di Kaltim. Dalam kurun waktu dua minggu bisa mengirim,” terangnya, Minggu (8/12/2019).

Pertama kali pengiriman ekspor pisang pada Oktober 2019. Dan petani yang terlibat sekitar 50 petani. Masing-masing petani memiliki 2-3 hektare. Ia menjelaskan proses tanam pisang kepok tidak begitu sulit. Namun harus mewaspadai hama.

Masa tanam pisang kepok memakan waktu delapan bulan, selanjutnya proses panen. Masa panen itu juga terus menerus dan harus diwaspadai hama.

“Kewaspadaan terhadap hama itu dilakukan petani. Misal kini petani dalam panen atau memotong pisang menggunakan bambu. Bukan parang. Kalo parang, sekali satu pisang kena hama kemudian alat pemotong parang digunakan ke yang lain maka bisa menular dengan yang lain,” kata dia lagi.

Pisang yang dikirim juga melalui pemeriksaan ketat hingga layak dikirim ke luar negeri. Dino berharap perluasan areal tanam bisa menambah produksi dan memperluas area ekspor. Sekaligus memenuhi kebutuhan dalam negeri. “Harapannya enam bulan kedepan bisa pasok ke Jawa Timur. Karena di sana juga ada permintaan,” pungkasnya. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: