2 Badak Tersisa di Kaltim Bakal Dibiakkan dengan Teknologi Bayi Tabung

2 Badak Tersisa di Kaltim Bakal Dibiakkan dengan Teknologi Bayi Tabung

Badak yang ditemukan di Kalimantan Timur ini masih satu spesies dengan badak Sumatera. -(Disway/ Istimewa)-

NOMORSATUKALTIM – Dua ekor badak tersisa di Kalimantan Timur (Kaltim) bakal dibiakkan dengan teknologi reproduksi berbantu (Assisted Reproductive Technology/ ART). Dalam istilah medis yang biasa digunakan pada manusia, proses ini dikenal dengan istilah bayi tabung.

Proyek bayi tabung badak ini merupakan proyek kerjasama antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI).

Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Satyawan Pudyatmoko bahwa pihaknya sedang berupaya maksimal mempertahankan kelestarian badak di Kalimantan.

Badak Kalimantan yang sempat disangka sudah punah tersebut, pada dasarnya masih satu spesies dengan Badak Sumatera. Sejauh ini, hanya dua ekor saja yang terpantau keberadaannya.

"Badak Sumatera di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, yang terpantau hanya berjumlah 2 ekor. Itu pun betina semua. Kami berupaya semaksimal mungkin mempertahankan kelestarian Badak Sumatera di Kalimantan dengan teknologi reproduksi berbantu seperti fertilisasi in-vitro," ujar Satyawan melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (1/11/2023).

Teknologi reproduksi berbantu tabung itu, lanjut Satyawan, menggunakan sperma badak Sumatera dari Taman Nasional Way Kambas lewat stem cell dan cloning.

Proses pengambilan sel telur (oozit), menurutnya, telah dilakukan terhadap salah satu badak betina bernama Pahu di Suaka Badak Kalimantan di Kelian, Kutai Barat, pada 31 Oktober 2023. Sel telur tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium IPB University, di Bogor, Jawa Barat.

Kepala BKSDA Kaltim, M. Ari Wibawanto menyebut, proses pengiriman sel tersebut tidak mudah. Sebab, sel telur tersebut harus sampai di Bogor dalam waktu 24 jam.

"Kami mengejar waktu. Dalam waktu 24 jam, sel telur (oozit) badak Pahu harus dapat diterima di Laboratorium IPB University dari suaka badak kami di Kelian Kutai Barat," ujarnya.

Ketua Tim ART IPB University, Drh Muhammad Agil menjelaskan, proses fertilisasi in vitro sel telur menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) akan dilakukan Tim ART Badak SKHB IPB University atas penugasan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Selain pengambilan sel telur, kami pun mengkoleksi sampel material biologi dan genetik lainnya dari Badak Pahu, seperti jaringan kulit dan darah. Kami akan proses di laboratorium ART dan Biobank kami di Bogor, Jawa Barat,” ujar Agil.

Agil melanjutkan, setelah proses fertilisasi, timnya akan menitipkan embrio badak Pahu ke rahim badak betina di Sumatera sebagai induk titip atau induk pengganti (surrogate mother) jika proses pembuatan embrio berjalan lancar.

"Semoga proses itu dapat berhasil dan badak Sumatera di Kalimantan dapat terjaga kelestariannya," ujar Agil.

 

 BACA JUGA: Eksistensi Kerbau Rawa Kaltim Terancam Perusahaan Sawit

 

Tim IPB University juga mendapatkan dukungan bantuan dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (IZW) Jerman, serta tim dokter hewan dari Taman Nasional Way Kambas, ALERT Indonesia dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) dalam proses fertilisasi in vitro sel telur badak Pahu.

Diketahui, Indonesia merupakan rumah bagi dua jenis badak paling langka di dunia. Pertama, badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon.

Kedua, badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang secara terisolir mendiami Kawasan Ekosistem Leuser Aceh, Taman Nasional Way Kambas dan satu kawasan hutan di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Pahu merupakan badak Kalimantan (dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina yang berhasil dipindahkan dari hábitatnya ke Suaka Badak Kelian (SBK) di Hutan Lindung Kelian PT. Hutan Lindung Kelian Lestari Kalimantan Timur, pada 2018.

Pahu mempunyai panjang badan 200 cm dan tinggi 107 cm. Tubuh Pahu relatif lebih kecil jika dibandingkan badak yang hidup di Sumatera. Berdasarkan struktur giginya, umur Pahu diperkirakan 30 tahun.

Berat badan Pahu saat pertama masuk karantina adalah 320 kg, dan terus meningkat sejalan dengan kecukupan nutrisi lewat asupan pakan yang yang diberikan tiap hari. Saat ini, berat badan Pahu sudah mencapai 366 kg, cukup ideal dibandingkan ukuran badak ini sebelumnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: