Sebar Hoax Sudutkan Hamas, Jurnalis CNN Minta Maaf

Sebar Hoax Sudutkan Hamas, Jurnalis CNN Minta Maaf

Jurnalis CNN, Sarah Sidner.--Sosmed

NOMORSATUKALTIM – Kebohongan narasi penyudutan Hamas, yang dibuat Israel terbongkar. Jurnalis CNN, Sarah Sidner akhirnya meminta maaf usai memberitakan bayi yang menurut sumber dari tentara Israel, dipenggal kepalanya oleh pejuang Hamas. 

“Yesterday the Israeli Prime Minister's office said that it had confirmed Hamas beheaded babies & children while we were live on the air. The Israeli government now says today it CANNOT confirm babies were beheaded. I needed to be more careful with my words and I am sorry,” tulis Sidner dalam akun Xnya, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Katanya, Pemerintah Israel mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengonfirmasi adanya bayi yang dipenggal. “Saya harus lebih berhati-hati dengan ucapan saya dan saya minta maaf," kata Sidner. Permintaan maaf Sidner memicu pelbagai reaksi di dunia maya. Ia juga menerima kecaman atas klaimnya yang tidak terverifikasi.

Bahkan, buntut dari pemberitaan hoax itu memicu reaksi penolakan terhadap dirinya yang ingin meliput di Ramallah. Video permintaan maaf Sidner dan penolakan atas terhadapnya, beredar di media sosial. Seperti diunggah akun @eyeonpalestine, kemarin.

Seorang pria tampak berteriak dan memakinya. “You are genocide supporter. F**k CNN,” teriaknya.

"Saya akan berpendapat bahwa kami telah disesatkan. Saya akan melaporkan apa yang dikatakan oleh kepala-kepala pemerintahan. Dalam laporan sama, saya mencatat bahwa Hamas membantah perbuatan tersebut," ujar Sidner.

Sidner berdalih komentar aslinya didasarkan pada apa yang telah dikonfirmasi kantor Perdana Menteri Israel dan Presiden Biden, tetapi keduanya sejak itu tak bisa dikonfirmasi.

Media Sky News asal Inggris juga sudah tiga kali meminta bukti dan konfirmasi tentang itu kepada pemerintah Israel, tapi tidak juga diberikan. Sebab, memang tidak terjadi seperti yang mereka fitnahkan.

Berita hoax itu awalnya disampaikan seorang tentara Zionis Israel kepada seorang jurnalis Israel dari media i24News. Dari sana lalu hoax ini menyebar ke seluruh dunia. Bahkan akhirnya dijadikan sebagai justifikasi pemerintah Zionis Israel untuk melakukan genosida terhadap warga Gaza. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: