SMRC: Yang Tidak Puas dengan Jokowi, Paling Banyak Pilih Gerindra

SMRC: Yang Tidak Puas dengan Jokowi, Paling Banyak Pilih Gerindra

Presiden Jokowi bersama Menhan sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/1/2023). -(Disway/ Istimewa)-

Balikpapan, NOMORSATUKALTIM – Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkap bahwa komposisi pemilih Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) didominasi kalangan yang tidak puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ada 22 persen dari yang tidak puas atas kinerja pemerintah memilih Gerindra, sementara pada yang puas hanya 14 persen.

Dalam presentasinya, Prof. Saiful Mujani mengungkap bahwa hasil survei menunjukkan, orang yang puas dengan kinerja Jokowi mencapai 78,3 persen, sementara yang tidak puas sebanyak 20 persen, dan sekitar 1,7 persen menyatakan tidak tahu.

Dari yang puas atas kinerja Presiden, 30 persen memilih PDIP, 14 persen Gerindra, 11 persen Golkar, 9 persen PKB, 6 persen Demokrat, 5 persen Nasdem, 3 persen PKS, 3 persen PAN, 2 persen PPP, 4 persen lainnya, dan 13 persen tidak menjawab.

Sementara yang tidak puas pada kinerja pemerintah, 9 persen memilih PDIP, 22 persen Gerindra, 9 persen Golkar, 3 persen PKB, 11 persen Demokrat, 10 persen Nasdem, 14 persen PKS, 3 persen PAN, 3 persen PPP, 3 persen partai-partai lain, dan 15 persen belum menjawab.

Pada kelompok pemilih yang puas pada kinerja presiden, ada 30 persen yang memilih PDI Perjuangan. Sementara yang memilih PDI Perjuangan dari kalangan tidak puas hanya 9 persen.

“Ini benar secara teoretik. Partai tersebut mendapatkan dukungan lebih besar dari pemilih yang puas pada kinerja presiden. Pola yang sama juga terjadi pada Golkar, ada 11 persen dari yang puas atas kinerja Presiden memilih Golkar dan 9 persen dari yang tidak puas. PKB juga demikian, dipilih 9 persen dari yang puas dan 3 persen dari yang tidak puas. Pada PAN dan PPP, selisih pemilih dari yang puas dan tidak puas tidak signifikan,” beber Saiful dalam rilis yang diterima Nomor Satu Kaltim, Kamis (19/10/2023).

Yang menarik, menurut Saiful, adalah pada Gerindra. Gerindra adalah partai yang relatif pendatang baru dalam koalisi pemerintah.

Dalam dua kali pemilihan umum, pendukung Gerindra adalah pemilih-pemilih oposisi dan nampaknya masih tercermin hingga saat ini.

Yang tidak puas pada kinerja pemerintah masih cenderung lebih berkumpul di Gerindra, 22 persen. Sementara pada yang puas lebih sedikit, 14 persen. Ada selisih sekitar 8 persen antara yang puas dan tidak puas memilih Gerindra.

“Gerindra, walaupun elitnya ada di pemerintahan dan Prabowo di mana-mana memuji Pak Jokowi dan kebijakannya, tapi pendukung Gerindra sendiri tidak puas dengan kinerja Pak Jokowi. Jadi ada gap (jarak) antara apa yang dikatakan Prabowo dengan para pemilih Gerindra sendiri. Belum satu nafas antara harapan Prabowo sebagai elit partai dengan para pemilihnya,” jelas Saiful.

Saiful melanjutkan bahwa ini berbeda dengan Partai Demokrat dan PKS. Kedua partai tersebut memang partai yang berada di luar pemerintahan.

Wajar kalau pemilih kedua partai tersebut lebih banyak dipilih dari kalangan yang tidak puas atas kinerja pemerintah dibanding yang tidak puas: 11 berbanding 6 persen pada Demokrat dan 14 berbanding 3 persen pada PKS.

Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa Nasdem juga menarik. Survei ini menunjukkan suara Nasdem lebih banyak dari kalangan yang tidak puas pada kinerja pemerintah dibanding yang puas: 10 berbanding 5 persen.

Populasi survei ini adalah seluruh warga Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. Mereka dipilih secara random sebanyak 1220 responden. Margin of error survei diperkirakan 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.  Waktu wawancara lapangan berlangsung pada 2- 11 September 2023.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: