Pertanian Perlu Transformasi Sistem untuk Ketahanan Pangan
Nomorsatukaltim.com – Transformasi sistem pangan di Indonesia dinilai perlu untuk memastikan industri pertanian lebih berkelanjutan dan terjaganya ketahanan pangan. Musababnya, pertanian sebagai sumber pangan utama, memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan global namun sangat rentan terdampak bencana iklim. Board Member Center for Indonesian Policy Studies, Risti Permani mengatakan, pertanian berkontribusi pada krisis iklim. Namun, pertanian juga sangat terdampak dari krisis iklim, karena meningkatnya cuaca ekstrim, kemarau berkepanjangan, dan degradasi lahan juga memengaruhi produksi. "Perlu ada transformasi sistem pangan untuk memastikan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis iklim,” ujar Risti dalam keterangan tertulis, Kamis, (15/6/2023). Ia memaparkan, ada empat faktor yang mendukung transformasi, yaitu konsumsi yang bertanggung jawab, inovasi, gerakan menurunkan emisi karbon dan kebijakan yang mendukung. Tantangan keterjangkauan masyarakat atas pangan semakin bertambah, seperti semakin terasa dampak perubahan iklim pada proses bertani dan konflik internasional pada ketersediaan pupuk dan komoditas pangan. Tingginya harga pangan Indonesia sangat merugikan masyarakat, lanjut Risti, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. "Mereka menghabiskan 50 persen hingga 70 persen dari pengeluarannya hanya untuk membeli makanan," ujarnya. Menurutnya, besar proporsi pengeluaran untuk makanan membuat masyarakat sangat rentan terhadap lonjakan harga komoditas pangan sehingga memengaruhi pola konsumsi. Di sisi lain, naiknya minat konsumen terhadap produk pangan ramah lingkungan dapat memberikan peluang bagi industri pengolah dan pemasaran untuk bertransformasi. Ia menjelaskan, salah satu studi internasional menyimpulkan, konsumen mau membayar hingga 30 persen harga premium untuk produk dengan atribut ramah lingkungan seperti sertifikat organik. Selain itu, perdagangan pangan internasional juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Kebijakan pangan proteksionis dapat berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas pertanian yang tidak efisien. "Untuk menekan emisi dan memastikan stabilitas ketahanan pangan pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi sumber pangan dan sistem pertanian," paparnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: