BRIN Ungkap Ancaman dan Tantangan dalam Pengembangan Pertanian

BRIN Ungkap Ancaman dan Tantangan dalam Pengembangan Pertanian

Nomorsatukaltim.com - Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marsudi Wahyu Kisworo, mengungkapkan pelbagai ancaman dan tantangan di bidang pertanian. Menurutnya Indonesia selain dikenal sebagai negara maritim juga mendapat julukan negara agraris. Sebab sebagian besar lahan yang ada memiliki tingkat kesuburan yang cocok untuk bercocok tanam. Namun seiring perkembangan zaman, ketersediaan lahan pertanian semakin sempit, yang berpengaruh pada ketersediaan pangan. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan pertanian guna menjaga ketersediaan pangan nasional. "Kita menghadapi ancaman dan tantangan dalam pengembangan pertanian. Di antaranya ketersediaan pangan, bidang kesehatan, serta perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan, kesulitan air akan berpengaruh juga pada pertanian, hingga menyebabkan perubahan budaya," ungkap Marsudi pada Festival Tradisi Tani, dikutip dari situs BRIN, Senin (27/2/2023). Untuk itu, ia menekankan pentingnya peran BRIN dalam memanfaatkan inovasi dan teknologi hasil riset bagi masyarakat. "Gunakan inovasi dan teknologi yang tidak memerlukan petani dalam jumlah banyak, mengingat jumlah petani kita saat ini yang berusia di bawah 50 tahun lebih dari 40%," tegasnya. Hal senada juga disampaikan Anggota Dewan Pengarah BRIN Bambang Kesowo bahwa pangan menjadi permasalahan global. "Pertambahan penduduk dunia sangat cepat, sedangkan lahan semakin sempit. Pangan akan menjadi permasalahan, tidak menutup kemungkinan terjadi di Gunungkidul," ujarnya. Menurut Bambang, teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi perlu juga dipetakan terlebih dahulu hal-hal yang dibutuhkan di Gunungkidul. "Misalnya tanaman apa yang cocok untuk ditanam di Gunungkidul, baru kemudian dirisetkan teknologi dan inovasi yang cocok untuk diimplementasikan di sini," papar Bambang. Anggota Dewan Pengarah BRIN lainnya, Tri Mumpuni menawarkan konsep Tekno-Antropologi yang dapat diadopsi. "Tekno-Antropologi mendekatkan sedekat mungkin teknologi yang kita ciptakan dengan kemampuan masyarakat," jelasnya. Ia menekankan pentingnya periset BRIN untuk berkolaborasi dengan masyarakat. "Tugas periset adalah mendekatkan teknologi, budaya, kebiasaan lokal agar dapat menyatu, sehingga masyarakat dapat ikut menjadi pemilik kegiatan industri," tambah Tri. (*) Sumber: Humas BRIN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: