Pertanian Perkotaan Alternatif Solusi Ketahanan Pangan Balikpapan
Nomorsatukaltim.com - Minimnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan menjadi satu alasan sulitnya Balikpapan mewujudkan ketahanan pangan mandiri. Kondisi ini memaksa Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan melakukan pelbagai terobosan. Salah satunya, menggencarkan pertanian perkotaan sebagai alternatif solusi pemenuhan dukungan pangan bagi warga Balikpapan. Pertanian perkotaan atau urban farming adalah wujud pertanian dalam kota dengan memanfaatkan lahan terbuka di lingkungan sekitar masyarakat. Kepala Bidang Pangan dan Pertanian DP3 Balikpapan, Dharmawaty mengatakan pertanian perkotaan menjadi solusi yang tepat di tengah minimnya lahan pertanian di kota ini. Apalagi, ia mengungkapkan, saat ini alih fungsi lahan semakin marak yang membuat sulitnya kota ini mewujudkan ketahanan pangan mandiri. "Mau tak mau Balikpapan semakin mendekati IKN semakin banyak alih fungsi lahan. Biasanya hamparan holtikultural masih banyak, atau masih ada puluhan hektare, namun saat ini data statistiknya semakin menurun yang membuat kami harus menggencarkan pertanian dalam kota," bebernya. Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Tantangan Total lahan pertanian Balikpapan hanya mencakup 15 persen dari total lahan di kota ini. Luasan tersebut akan semakin berkurang, jika alih fungsi lahan pertanian tak segera dihentikan. "Seiring waktu, terdapat proyek tol yang membebaskan lahan menjadi alih fungsi dan itu kami kehilangan lumayan banyak lahan peratnian, puluhan hektare lagi. Jalur tol tesebut kalau tidak salah akses ke Pulau Balang atau IKN, dan di target 2024 harus sudah ada," ujarnya. Meski begitu, pembangunan IKN bukan jadi hambatan. Melainkan tantangan bagi DP3 Balikpapan untuk menyusun strategi solutif di tengah minimnya lahan pertanian. "Pembangunan IKN memang berdampak pada luasnya lahan pertanian. Tapi hal ini bukan kendala, justru menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Alih fungsi lahan ini mendorong kami melakukan inovasi dan strategi mewujudkan ketahanan pangan Balikpapan," jelasnya. Untuk itu pihak DP3 Balikpapan, lanjut Dharmawaty, juga mendorong penggenjotan produksi pertanian perkotaan. Hal ini untuk mendukung total produksi hasil pangan yang hanya mencapai 25 persen dari kebutuhan warga Balikpapan. Saat ini, sambungnya, terdapat 22 pilot project pertanian perkotaan yang tersebar di seluruh Kecamatan Balikpapan. “Salah satu wilayah terunggulnya di Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara. Kecamatan Balikpapan Timur unggul terhadap tanaman sayuran, sedangkan Kecamatan Balikpapan Utara unggul akan buah-buahan yang di dukung suhu dan kontur tanahnya yang basah,” jelas Dharmawaty. Kepala DP3, Heria Prisni menambahkan saat ini jika tidak mengandalkan pertanian dalam kota sebagai sumber pangan di keluarga atau masyarakat Balikpapan maka kota ini akan membutuhkan impor pangan yang sangat besar. "Angka impor bahan pangan yang melimpah akan membuat kami keteteran dalam menghadapi IKN, jika kita tidak mengakali dengan urban farming," paparnya. Hal itu diamini Wakil Ketua Komisi II Parlemen Balikpapan yang membidangi pertanian dan perkebunan, Suwanto. Ia pun mengajak seluruh elemen untuk menggencarkan sosialisasi terkait pertanian dalam kota. Sebab, langkah ini menjadi solusi menjawab tantangan ketahanan pangan di Balikpapan. "Bagus jika kita gencarkan program pertanian dalam kota. Dari pihak dinas, dewan, bahkan masyarakat di tingkat kecamatan dan kelurahan serta RT setempat, karena hal ini menjadi solusi bersama dalam menjawab tantangan ketahanan pangan di Balikpapan," ajaknya. Dalam kesehariannya usai bekerja, Suwanto turut mengurus kebun holtikultura di pekarangan rumahnya. Ia juga menjadi salah satu pegiat pertanian dalam kota di lingkungannya. Bahkan Suwanto juga membentuk kelompok pertanian dalam kota sektor buah dan sayur sayuran. (*) Reporter: Muhammad Taufik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: