Kelengkeng Kateki Mulai Dibudidayakan di Kabupaten Paser

Kelengkeng Kateki Mulai Dibudidayakan di Kabupaten Paser

Paser, Nomorsatukaltim.com – Kelengkeng kateki semakin banyak disukai masyarakat. Pemerintah Kabupaten Paser akan mengembangkan buah yang bisa tumbuh subur di daerah tropis itu. Pemkab Paser akan memanfaatkan lahan milik pemerintah desa sebagai program pengembangan buah kelengkeng kateki. Pada awal tahun ini sebanyak 5 desa dilibatkan dalam program itu. Desa-desa yang akan mengembangkan kelengkeng kateki adalah Desa Gunung Putar Kecamatan Long Kali, Desa Rangan di Kecamatan Kuaro, Seniung Jaya dan Suliliran di Kecamatan Pasir Belengkong, serta Desa Jone Kecamatan Tanah Grogot. "Setiap desa kami salurkan 400 bibit kelengkeng varietas kateki," ucap Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Paser, Erwan Wahyudi, Senin (9/1/2023). Kelengkeng kateki dilepas Kementerian Pertanian (kementan) tahun 2016. Kelengkeng ini berasal dari Pohon Induk Tunggal (PIT) yang berada di Dukuh Kateki, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Varietas ini bisa dibuahkan sepanjang musim sehingga bisa memenuhi ketersediaan buah sepanjang tahun. Kelengkeng Kateki dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga 120 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kateki memiliki daging buah tebal, rasa manis dan tidak berair, serta produktivitas tinggi. Namun kelengkeng ini tidak mau berbuah apabila tidak dilakukan perangsangan. Erwan Wahyudi mengatakan, ratusan bibit kelengkeng ini dikembangkan dengan budidaya memanfaatkan lahan atau kebun pemerintah desa. “Pengembangannya memungkinkan dengan cara menggunakan dana desa. Termasuk juga memungkinkan pengelolaannya dilakukan BUMDes," jelasnya. Desa Jone dikatakannya salah satu contoh yang dalam pengembangan kelengkeng dengan memanfaatkan dana desa. Pada APBDes 2022 lalu mengalokasikan anggaran. Memerlukan waktu hingga 18 bulan lamanya sejak masa tanam sampai berbuah. Namun jika pohon kelengkeng telah berusia 4 tahun, Erwan mengatakan bisa panen 2 sampai 3 kali dalam setahun. Dengan budidaya yang dilakukan di lingkungan desa berpotensi pada pengembangan agrowisata yang dapat meningkatkan perekonomian desa. Namun, Erwan berpesan agar pengelolaannya dilakukan  dengan baik dan cermat. Yakni dengan adanya penanggungjawab secara berkelanjutan mengelola kebun. Menilik kebelakang, pengelolaan kebun buah pernah dilakukan di Desa Klempang Sari. Dimana dengan pola tanam di setiap pekarangan rumah warga. "Kalau Klempang Sari itu bibitnya dibagikan kepada warga ditanam di rumah," tandas Erwan. Dari 400 bibit itu diperlukan lahan 10 hektare. Dirinya menyebut sejauh ini terdapat 4 desa yang telah menyiapkan lahannya, kecuali Desa Jone yang masih proses pembukaan lahan. (*)   Reporter: Ahmad Syamsir Awal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: