Nelayan Balikpapan Keluhkan Limbah Perusahaan

Nelayan Balikpapan Keluhkan Limbah Perusahaan

Nomorsatukaltim.com - Nelayan Balikpapan mengeluhkan hasil tangkapannya terganggu limbah yang diduga berasal dari kapal milik perusahaan besar. Para nelayan di Kelurahan Manggar Baru itu meminta pihak terkait untuk menuntaskan masalah ini. Nelayan Manggar Baru, Dewan, mengeluhkan imbas terseraknya limbah perusahaan. Bahkan hal itu turut mempengaruhi hasil tangkapannya. “Biasanya mendapat ikan sekitar 60-80 kilogram tangkapan per hari, sekarang sering turun jadi 20-30 kilogram per harinya,” bebernya, Sabtu (7/1/2023). Ia mengatakan, sehari-hari saat melaut menggunakan alat tangkap berjenis jaring. Namun bukan ikan yang dieproleh ataupun jenis habitat laut lain yang didapatnya. Tetapi justru pelbagai macam limbah buangan yang dinilainya dari kapal perusahaan besar. Limbah yang didapatnya itu seperti ban mobil besar, kaleng cat, bahkan sampai limbah batu bara dibawa naik ke daratan. "Sudah lama saya kalau melaut yang nyangkut di jaring bukan hanya ikan pak, tapi limbah. Mungkin dari perusahaan pak, bekas kaleng oli, ban besar, pernah waktu itu batu bara terbawa di dalam jaring Pak," ungkapnya. Selain itu, beber Dewan, limbah yang didapat juga berasal dari kapal tangker besar berjangkar di kawasan tangkapan nelayan. Limbah itu berupa serakan batu bara sampai ceceran bahan bakar kapal. Banyaknya limbah di laut Manggar, juga diamini Ardi. Sebagai salah satu nelayan Balikpapan, ia merasakan pahit manisnya hasil tangkapan akibat lumpur bekas jangkar kapal perusahaan. "Terkadang kami bingung pak, batas wilayah tangkapan dan batas operasi kapal ini sampai mana. Ga ada diberitahukan ke kami, pernah jaring saya kotor bekas lumpur jangkar kapal perusahaan," keluhnya. Sekretaris Gabungan Nelayan Balikpapan (Ganeba), Fadlan, berharap kepada perusahaan besar agar tidak hanya lalu lalang khususnya di perairan teluk kota Minyak. Tetapi juga dapat mengedukasi dan melakukan sosialisasi kepada nelayan agar tidak terjadi konflik. "Perusahaan yang kapalnya mondar mandir, coba lakukan sosialisasi mengenai batas operasi mereka, agar tidak mengganggu kami sebagai nelayan,” ingatnya. Hal itu dinilainya sebagai salah satu langkah win-win solution. “Bukannya kita benci dengan keberadaan mereka, tapi mau sampai kapan limbah dibiarkan berserakan di wilayah tangkapan nelayan. Kami juga tidak mau berkonflik dengan perusahaan itu, Pak," tegas Fadlan. Reporter: Taufik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: