Varian Covid “Tiga Juta”

Varian Covid “Tiga Juta”

SEJAK Minggu  lalu saya kena Covid-19. Mulanya batuk sepulang dari Samarinda. Lalu anak saya menyarankan saya tes di Klinik Mirabell Medical. Hasil rapid antigen saya negatif. Alhamdulillah, lalu diteruskan polymerase chain reaction (PCR). Malamnya saya dapat kabar lebih cepat dari WA PeduliLindungi bahwa saya positif dengan kondisi CT 33.660.  “He akhirnya bapak tumbang juga,” kata Om Zen (Pak Zainal), sahabat setia saya tersenyum ketika saya kabari. Om Zen selama ini iri dengan saya. Dia bilang saya kuat padahal berhubungan dengan banyak orang setiap hari. Apalagi waktu saya masih aktif sebagai walikota. Om Zen sudah pernah kena satu keluarga. Dia pusing berhari-hari tidak bisa mencium apa-apa. Nafas juga tersengal-sengal. Itu juga dialami isteri saya Bu Arita, yang kena bersama menantu dan dua cucu kesayangan saya. “Bapak sakti, tapi akhirnya kena juga,” kata Om Zen sambil mengirimi  makanan kesukaan saya  ayam lodho.  Ayam lodho adalah makanan khas Jawa Timur, ayam kampung panggang disiram sayur santan yang penuh ratusan lombok biji. “Biar covidnya kepanasan,” kata Om Zen. Saya dulu sering juga dikirimi Pak Muhaimin, yang sekarang Pjs Sekkot Balikpapan. Urusan kena Covid sebenarnya biasa saja. Apalagi varian sekarang, varian Omicron tidak seganas Delta. “Sekarang tidak perlu ke rumah sakit, kecuali berat,” kata dr Andi Sri Juliarty alias dr Dio, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Menurut dr Dio, meski Balikpapan saat ini berada di level 3 dengan beberapa pembatasan, tapi tingkat keterisian rumah sakit tidak mengkhawatirkan. “BOR isolasi rumah sakit dan kamar ICU sekitar 30 persen, BOR isoter Hotel Tiga Mustika 60 persen dan BOR Embarkasi Haji 30 persen,” katanya. Mengenai Covid saya, selain dr Dio, ada dr Ratih Kusuma (Direktur RSU Beriman) dan dr Elies Pitriani (RS Pertamina) yang terus memonitor saya. Belakangan putera sulung saya Mas Aldi juga kena dan masih dirawat di RS Pertamina. “Alhamdulillah saya ketemu Mas Aldi segar pak,” kata dr Elies, yang ditugasi dr Chaerudin, Dirut RSPB menangani anak saya. Untuk mengatasi Covid di tubuh saya, dr Ratih memberi saya obat Favipiravir plus  vitamin Lycalvit dan HI-D 5000.“Favipiravir pada hari pertama dimakan 8 tablet sekaligus pagi dan malam. Hari berikutnya cukup tiga selama 5 hari,” kata Bu Ratih. Saya juga dikirimi Mezatrin 500 oleh dr Elies. “Cukup satu tablet satu hari,” kata dr Elies, yang kemarin menangani ibu. Meredakan batuk saya, awalnya saya diberi Ambroxol HCL plus obat radang, pereda panas Paracetamol dan Amoxicillin. Belakangan diganti Acetin 600 dan bahkan Bu Dio mengirimi saya yang lebih keras Codipront. Untuk semprotan di hidung saya, saya diberi Enovid dan Avamys Fluticasone furoate. “Insya Allah kalau sudah isoman 10 hari tidak menular lagi pak, sambil terus berjemur sinar matahari pagi,” kata dr Dio. Di kamar saya dilengkapi dengan tabung gas oksigen kecil ditambah perlengkapan oximeter untuk melihat perkembangan saturasi oksigen dan termometer sebagai pengukur suhu badan. Sementara itu, ibu terpaksa mengungsi ke kamar lain agar tidak ikut tertular. “Gimana kabar pak? Aman ajakah? Rakus-rakus aja makannya pak. Jahe panas pak. Minum terus teh panas pak. Tambah jeruk nipis atau jeruk lemon. Tapi jeruk lemon sejak Covid lumayan mahal pak,” kata Pak Suryanto, mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, yang sudah purna tugas. Yang rajin mengirimi saya makanan Bu Eeng. Saya dimasaki macam-macam hampir tiap hari. “Pokoknya saya masaki makanan tanpa minyak, biar ngga batuk,” katanya bersemangat. Pas juga minyak lagi sulit. “Semangat sehat bapak idolaku,” kata Bu Eeng, pemilik Eeng Wangsa Catering, yang pernah menerima penghargaan Pemkot Balikpapan. covid-19   AGUNG SAKTI Belakangan sepertinya  saya kena virus Covid varian baru. Saya sendiri menamakan varian “Covid Tiga Juta.” Para ahli epidiomologi tentu kaget dan tidak percaya kalau ada varian baru yang namanya aneh dan belum  pernah mereka dengar. Ini varian  mungkin saya alami sendiri, tapi tidak tertutup kemungkinan juga dialami orang lain. Bagi yang belum pernah kena sebaiknya waspada dan jangan terkecoh seperti saya. Beberapa hari lalu saya dihubungi sahabat saya Agung Sakti Pribadi, Rektor Universitas Mulia Balikpapan. Dia pernah bersama-sama saya bekerja jadi wartawan Kaltim Post beberapa tahun silam. Setelah itu dia sempat jadi pengacara, ketua Partai Demokrat Balikpapan dan terakhir mengembangan usaha pendidikan milik keluarga dan sukses  mengembangkan STMIK ”STIKOM” Balikpapan menjadi Universitas Mulia. Agung menghubungi saya lewat WhatsApp Mesesenger (WA). “Selamat pagi Pak Rizal Effendi. Bagaimana kabarnya pak? Saya dengar bapak lagi sakit ya? Kena Covid ya pak? Saya turut prihatin dan berdoa semoga cepat sembuh.” Senang juga saya dihubungi teman yang memberi semangat. Padahal sudah lama saya tidak berkomunikasi dengan Mas Agung, panggilan akrab Agung Sakti. “Makasih saudaraku doanya,” jawab saya. “Iya pak sama-sama. Saya juga baru sembuh dari Covid. Alhamdulillah ngga sampai parah pak. Sekarang sudah sangat bugar dan bisa aktivitas kembali. Semoga bapak juga demikian halnya. Terima kasih banyak, jawab saya lagi. Besok siang ada lagi WA-nya Mas Agung. “Selamat siang Pak Rizal, bagaimana kabarnya?” “Hari ini lumayan kondisi saya. Saya juga sudah Swab ulang, tapi belum tahu hasilnya,” kata saya. “Iya pak Rizal, saran saya kalau memang sudah ngga tahu lagi solusinya, bisa tanya sama saya obatnya yang mujarab. Insya Allah langsung hilang penyakitnya.” Sorenya Mas Agung WA saya lagi tanya perkembangan hasil Swab terbaru saya. Saya jawab hasilnya masih positif. “Kalau Pak Rizal percaya, saya ada obatnya dari China. Harganya lumayan mahal, tapi dijamin cepat sembuh seperti saya alami. Saya jamin dua hari sudah datang karena yang belikan teman saya di sana. Tentu seizin Allah Swt. Saya memberitahu bapak, karena bapak sudah seperti keluarga sendiri.” “Berapa harganya mas?” “Tiga juta rupiah. Kirim ke rekening Bank Mandiri 1050016467742 an Muhammad Suroso atau Bank Rakyat Indonesia 109201005939537 an Jamaluddin. Terima kasih Pak Rizal,” kata Mas Agung, pemilik no WA +62816273224. Tanpa prasangka apa-apa saya secepatnya mentransfer dana yang diminta. Begitu berhasil saya kabari Mas Agung. “Jazakumullah khoirin katsiran Pak Rizal,” katanya sambal mengirimi saya foto kotak obat China yang tulisannya semua huruf China, kecuali ada satu kata tertulis “keego.” Saya baru mulai  sadar dan ngeh ketika malam saya mendapat WA lagi dari Mas Agung. Dia mengatakan lagi membeli emas seberat 200 gram seharga Rp 124 juta dari lelang Kantor Pegadaian dan masih kekurangan dana seraya memperlihatakan catatan dukungan dari keluarga Mas Agung di antaranya  Satria Darma Rp 20 juta, Kang Helmi Rp 10 juta, Indah Rp 10 juta dan Mestika Rp 10 juta. “Berapa saja pak dari bapak, nanti saya catat dan kembalikan,” katanya. Saya langsung mengambil kesimpulan saya pasti tertipu dan masuk dalam jebakan Covid-19. “He he, saya terkena Covid varian 'tiga juta',” kata saya bicara sendiri sambil menggerutu. Tadi malam  saya hubungan Mas Agung asli. Dia kaget akunnya dibajak orang lain. “Masya Allah kok ada orang setega itu,” katanya sambil mengingatkan warga lain agar tidak tertipu ulah yang sama. Ia mengingatkan warga net harus benar-benar waspada karena penipuan online memang merajalela dengan segala gaya dan versi. Beberapa hari ini dia sudah mendapat laporan ada orang-orang yang menggunakan akun dia untuk hal tak benar. Saya pikir Mas Agung palsu sudah kabur. Ternyata kemarin dia masih kirim WA kepada saya sebagai WA penutup.  “Assalamualaikum Pak Rizal. Minta maaf segala tingkah saya yang kurang baik. Saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan dosa. Kenapa saya berbuat seperti ini? Saya tidak suka dengan rumah sakit yang berlambang ular cobra itu. Kalau mau sembuh jauhi rumah sakit, lebih baik uangnya kita beri anak yatim dan anak jalanan.  Kita disuruh isoman agar kita tidak susah dicari mereka. Mereka sedang membuat siasat kepada Pak Rizal. Sakit tak kunjung sembuh kematian yang akan datang.  Kalau Pak Rizal mau sembuh tinggal di pedesaan yang sejuk. Di sana Pak Rizal pasti sembuh. Jangan lupa minum minyak kelapa hijau. Mereka itu menciptakan penyakit tetapi tidak menemukan obatnya. Karena tujuannya merampok. Maafkan saya Pak Rizal Effendi.” Sejenak saya merenung dengan pesan WA Mas Agung palsu ini. Kata-katanya aneh. Tak lazim. Yang tidak jelas apakah uang yang dia “rampok” Rp 3 juta  dari saya itu, akan dia berikan kepada anak yatim dan anak jalanan atau dia bawa jalan-jalan ke mana-mana. Syukur-syukur masih ada doanya untuk saya semoga cepat pulih dan banyak rezeki. (*rz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: