Tentang Rencana Pembangunan Flyover Muara Rapak, Ini Masukan Pengamat…

Tentang Rencana Pembangunan Flyover Muara Rapak, Ini Masukan Pengamat…

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Pembangunan flyover Muara Rapak sudah mendapat lampu hijau. Kendati demikian, masih banyak masukan sebelum membangun.

Ada beberapa catatan menurut Direktur Pusat Studi Perkotaan Plano Sentris, Farid Nurrahman, sebelum membangun flyover atau jembatan layang. Di antaranya pengaturan jam melintas truk kontrainer sebagai solusi jangka pendek. Kemudian membuat layar penanda kecepatan, bukan hanya marka jalan. Sehingga kecepatan kendaraan bisa terdeteksi sebelum berada di titik nol turunan. “Di Balikpapan kan ada itu layar yang menunjukkan kecepatan kendaraan. Itu bisa jadi sign warning. Bisa ditaruh di beberapa titik sebelum titik nol turunan,” katanya, Kamis (27/1/2022). Selanjutnya membuat simulasi jalur penyelamat rem blong. Bentuknya berupa jalur tanjakan di sebelah kiri jalan. Dengan panjang beberapa meter. Biasanya terdapat di jalan tol. Fungsinya sebagai jalur darurat apabila kendaraan alami rem blong. Jalur penyelamat itu berupa tanjakan sepanjang 50 meter, lebar 10 meter dan kelandaian 15 persen. Lalu terdiri dari material berupa beton semen, tanah berpasir, aspal beton dan kerikil. Tujuannya untuk menahan laju kendaraan hingga 15 ton dengan kecepatan 120-140 kilometer per jam. Pembuatannya sudah sesuai ketentuan Permenhub 14/2021. Nah, menurut Farid, tanjakan itu bisa dibuat di titik biasanya terjadi kecelakaan. Sementara itu, terkait pembangunan flyover sendiri ia punya pandangan. Tujuan utamanya untuk memecah kemacetan. Kalau dibangun untuk itu boleh-boleh saja. Namun, untuk penanganan keselamatan, penanganannya berbeda. Nah ini, tergantung desain flyover seperti apa. Sebab di jalur Rapak tersebut sering terjadi kecelakaan yang merenggut banyak nyawa. Kalau karena alasan itu, Farid menyebut pembangunannya menjadi urgent. “Kalau di sisi itunya. Tapi di situ kan juga persimpangan lingkaran, masih dalam kategori bisa menampung banyaknya kendaraan yang lewat. Kecuali kendaraan sudah sangat over,” ulas Farid. Akan tetapi dilihat dari urgensi kepadatan dan arus lalu lintas kendaraan, masih banyak alternatif. Jangan sampai niatan membangun flyover demi memecah kemacetan, justru muncul titik macet baru. Seperti flyover Air Hitam di Samarinda. Bukannya mengurangi, tapi menambah titik kemacetan baru di simpang empat Jalan Juanda. “Atau misalnya hanya bisa bertahan 10 tahun karena growth di Balikpapan kan cepat, toh nanti pasti macet juga. Itu juga bisa terjadi”. Tapi jika tujuannya sebagai infrastruktur penyangga IKN, maka hal itu bisa juga dianggap penting. Sebab, mobilitas orang dan kendaraan pastinya akan semakin masif. (boy/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: