Skytrain; Solusi Atasi Kemacetan Menuju Bandara ala Wali Kota Samarinda, Seberapa Mendesak?
Dari permasalahan inilah, Wali Kota Samarinda Andi Harun memberikan solusi. Yaitu, skytrain atau kereta layang. Skytrain saat ini hanya ada di DKI Jakarta. Samarinda, nomorsatukaltim.com – Bukan rahasia umum, kalau warga Kota Samarinda menuju ke Bandara Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto selalu dihadapi dengan kemacetan. Belum lagi, harus menerjang banjir yang tingginya bisa hampir sepaha orang dewasa. Jalur menuju ke Bandara APT Pranoto memang perlu perjuangan sekali. Memang, ada jalur alternatif yang bisa ditempuh oleh warga Kota Tepian melalui kawasan Batu Cermin. Tetapi, tetap saja sulit dilalui kalau sudah banjir. Dari permasalahan inilah, Wali Kota Samarinda Andi Harun memberikan solusi. Yaitu, skytrain atau kereta layang. Skytrain saat ini hanya ada di DKI Jakarta. Pembangunan skytrain ini direncanakan menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Jika mengacu pada studi pendahuluan, terminal skytrain akan dibangun di kawasan Stadion Madya Sempaja yang terhubung ke Bandara APT Pranoto. Bergulirnya waktu, terminal skytrain akan dilanjutkan hingga ke Big Mall Samarinda. Jarak lintasan dari Stadion Madya Sempaja ke Bandara APT Pranoto mencapai 14,6 kilometer. Jarak tempuh lewat jalan umumnya sekitar 21 kilometer. Diperkirakan, penumpang yang ingin ke Bandara APT Pranoto menggunakan skytrain akan memakan waktu 21 menit. Beberapa waktu lalu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda Sugeng Chairuddin memaparkan perencanaan skytrain di salah satu acara RRI Samarinda. Ia menerangkan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda telah membentuk Tim Simpul KPBU. “Kami sudah membentuk Tim Simpul KPBU. Dari kegiatan itu, kami sudah melakukan serangkaian pertemuan. Baik internal tim maupun pusat. Dalam hal ini ada Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Kementerian Keuangan, dan Sekretariat bersama.” “Dananya dari pihak ketiga. Ada pembayaran, bukan gratis. Di pendahuluan ini akan kami paparkan. Jadi kalau ini tidak menguntungkan, tidak ada orang yang mau. Pembiayaannya kami harapkan dari pihak ketiga,” papar Sugeng. Skema KPBU ini diperlukan dalam pembangunan skytrain. Karena ada keterbatasan anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, skema ini juga memungkinkan adanya keterlibatan swasta dalam menentukan proyek yang layak untuk dikembangkan. Secara terpisah, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, Vincentius Hari Prabowo, menyatakan bahwa lintasan skytrain ini tidak bisa memiliki jalur berkelok-kelok. Harus lurus saja. Saat ini, Dishub masih menyiapkan Detail Engineering Design (DED). “Ini masih sangat awal sekali. Dan tidak menutup kemungkinan kita (skytrain Pemkot) akan berakselerasi dengan pemindahan IKN (ibu kota negara) ke PPU (Penajam Paser Utara). Transportasi tidak boleh terputus, harus berkesinambungan,” tegas Hari. Apa Kata Pengamat? Pengamat Tata Kota, Farid Nurrahman, menitikberatkan urgensi skytrain di Kota Samarinda. Menurutnya, skytrain masih tidak terlalu mendesak untuk dibuat. Karena penduduk Tepian masih belum sampai 1 juta jiwa. Kecuali, memang untuk diproyeksikan ke 20-25 tahun ke depannya. “IKN jadi pindah, Samarinda jadi kota penunjang, maka sah-sah saja,” ujar Farid. Apabila berbicara urgensi akan akses mudah ke Bandara APT Pranoto, Farid menyarankan Pemkot Samarinda bisa melanjutkan jalan lingkar atau Ring Road yang sudah ada. Jalan lingkar lebih realistis untuk dijalankan dalam jangka waktu 3-5 tahun ke depan. Pembiayannya pun tidak banyak. “Misal dari Big Mall sampai ke pelabuhan. Lalu diikuti jalur-jalur lain. Di dalami dengan sisi studinya. Mana jalur yang layak atau hanya perlu meremajakan angkutan umum yang ada atau adakan busway.” “Sebab transportasi perkotaan itu berjenjang. Disesuaikan dengan kebutuhan kotanya. Lebih baik perbaiki jalur transportasi umum sebelum ada skytrain,” lanjutnya. Namun, jika memang skytrain tetap kekeuh untuk dibangun, maka Farid menyetujui skema KPBU-lah yang cocok untuk digunakan. Karena tidak memungkinkan pembangunan ini 100 persen dibebankan ke APBD Kota Samarinda. Bahkan, bisa pula pembangunan skytrain ini menjadi rencana strategis nasional. Maka, bisa mendapatkan dana bantuan dari APBD provinsi dan pusat. Kendala terbesarnya sendiri adalah keuntungan yang didapatkan oleh pihak usaha. Seberapa besar dana yang harus dikeluarkan oleh pihak usaha dan berapa lama investasi itu bisa balik modal dan menghasilkan profit. Beda halnya apabila kita melihat dari sisi ekonominya. Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Aji Sofyan Effendi, merasa skytrain adalah terobosan yang sangat jenius dan sangat luar biasa. Sebab, di Samarinda tidak pernah ada inovasi moda transportasi yang modern ini. Pembangunan skytrain ini akan memunculkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. “Kami memahami bahwa dalam banyak bisnis, yang termasuk sektor barang maupun jasa. Biaya produksi transportasi itu jadi faktor penentu di dalam tingkat profitabilitas daripada entitas bisnis,” kata Aji. Skytrain akan menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi, mempercepat arus barang dan jasa, manusia, yang bisa bermuara kepada tingginya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Contohnya saja, satu penumpang dari titik A ke titik B dikenakan biaya Rp 50 ribu rupiah. Ini menjadi PAD Pemkot Samarinda melalui pendapatan retribusi. Disinggung mengenai keuntungan yang didapat oleh pihak ketiga, Aji merasa tidak akan rugi jika investor memutuskan untuk berinvestasi. Investor juga pasti telah memperhitungkan besar untung-ruginya. “Soal skytrain ini, pada saat investor itu ada dan memutuskan dia yang akan menggarap skytrain itu dari sisi pembiayaan. Itu tidak ada istilah rumus rugi. Tentu mereka akan berkalkulasi dengan cermat,” tegasnya. Aji meminta agar seluruh pihak mendukung proyek skytrain ini. Apalagi dengan pencanangan IKN yang membuat Kota Samarinda menjadi kota penunjang. Transportasi modern seperti skytrain akan sangat menunjang pertumbuhan ekonomi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: