Bisnis Peternakan: Mudah, Cepat Untung

Bisnis Peternakan: Mudah, Cepat Untung

SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Usaha di bidang peternakan merupakan salah satu bisnis yang sangat menjanjikan. Selain tingginya permintaan pasar, juga karena bidang ini belum banyak diminati. Sampai saat ini, kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur masih sangat tergantung dari pasokan luar daerah. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kaltim, lebih 70 persen, sapi dipasok dari luar daerah. “Kaltim hanya mampu menyuplai 27 persen kebutuhan daging sapi,” kata Kepala DPHK Kaltim, Munawwar yang hadir dalam program Ngobrol Pintar dan Inspiratif ‘Ngopi Sore’, Kamis (11/11). Menurut Munawwar, sub sektor peternakan sejatinya sangat menarik untuk peluang bisnis. Bidang ini cepat mendatangkan keuntungan, mudah menjalankan dan tidak memerlukan investasi besar. Namun peminatnya bisa dikatakan masih kurang. Mengingat berternak sapi, erat kaitannya dengan bau dan kotor. Sementara, tak semua orang suka kotor. Masyarakat lebih memilih usaha yang dinilai praktis, cepat memberikan keuntungan. "Kalau (bicara) cukup tidak dilirik, itu tidak juga," sebutnya. Berbicara langkah pemerintah, Munawwar menyebutkan, jika pola kemitraan pemerintah juga harus keterkaitan dengan pola swasta. Menurutnya, swasta biasanya lebih konsen pada pengembangan dunia usaha, khususnya sub sektor peternakan. Dikatakannya, peluang investasi peternakan, tentunya harus konsen segala sesuatunya. Yakni pemerintah harus melihat ketersediaan lahan. Di Kaltim sendiri, lahan itu tidak tersedia. Padahal jika dilihat dari udara, Provinsi Kaltim sepertinya tak ada persoalan masalah lahan, malahan lebih menjanjikan. "Katakanlah investasi masuk, lahan yang diminta satu hamparan saja, tidak bisa kita sediakan. Cukup sulit," sambung Munawwar. Ia menyinggung perihal rencana tata ruang wilayah (RTRW). Jika tidak spesifik untuk pola peternakan. Melainkan dalam RTRW mencakup pertanian dalam arti luas. Selain itu, pakan dirasa juga cukup sukar. Padahal sebagai penunjang. "Saya rasa ini krusial dan jadi catatan pemerintah. Bahwa tidak bisa berpangku pada pola masyarakat saja, tapi harus searah pola swasta," urainya. Program Ngopi Sore yang dipandu Leliyana Andriyani, juga menghadirkan Dafi, seorang pemuda yang menggeluti usaha ternak sapi. Dikatakannya, pangsa pasar jual sapi dari sisi ekonomi untuk di Kaltim peluangnya sangat tinggi. Namun peluang besar itu tidak dibarengi dengan banyaknya peternak atau penjual sapi asal Kaltim. Melainkan, lebih dominan dari luar daerah, seperti Pulau Sulawesi. Dafi sepakat, jika paradigma bau dan kotor itu jadi salah satu faktor. "Potensinya ada, pemain (pedagang) sedikit. Tidak banyak memang yang melirik bisnis sapi," akunya. Padahal bisnis sapi dapat dimulai kapan saja, tak ada patokan usia. Selain bicara modal, tentunya harus ada keinginan kuat. Mengenai ketersedian lahan, tidaklah mudah. Meski luasalan lahan di Kaltim sangat luas. "Bahkan, beberapa teman saya memanfaatkan bekas areal pertambangan untuk peternakan sapi. Tapi juga tak semua bisa digunakan seperti itu," bebernya. Dafi mengatakan, peluang usaha bisnis ternak sapi di Kaltim banyak diambil oleh orang luar daerah. Selain paradigma kotor, juga kurangnya pengetahuan mengenai memelihara dan strategi pemasaran sapi. Ia memberikan masukan kepada pemerintah atau pemangku kebijakan dapat memberikan bimbingan penyuluhan, ketersedian lahan, pengadaan bibit hewan ternak. Sehingga bagi pemula berusaha pada sektor peternakan dapat sedikit terbantu. "Kalau saya lihat kurangnya pengetahuan mengenai pemeliharaan dan handle cara jualnya. Kendala di lapangan kurangnya ilmu dunia persapian," pungkas Dafi. *ASA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: