Rocky Gerung Ikut Tanggapi Kritik Rektor Unmul
BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com - Rocky Gerung ikut menanggapi reaksi rektorat Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda terhadap sikap kritis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Isu 'Patung Istana Merdeka' menjadi isu nasional setelah rektorat mengancam akan melakukan tindakan terhadap BEM Keluarga Mahasiswa (KM) Unmul. Pengamat politik Rocky Gerung menyebut kecerdasan mahasiswa yang menggambarkan secara metaforik Ma'ruf Amin sebagai ‘patung istana’. Ia menilai hal itu sebagai respon intelektualitas mahasiswa yang terganggu dengan keberadaan wakil presiden, yang seolah-olah membisukan diri di tengah keresahan sosial masa kini. "Bayangkan asapnya ada di BEM, apinya nyambarnya ke rektor. Jadi orang yang berdiri tegak tapi membisu itu ya memang patung," ujarnya, dalam diskusi Forum News Network (FNN), Minggu (7/11). Rocky mengaku bisa membayangkan ide mahasiswa soal patung istana itu datang dari hasil bercanda di ruang-ruang publik seperti kafe atau kantin dan berlanjut pembahasannya di aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp Grup. "Kalau yang bercanda itu diseriusi oleh rektor. Nah rektornya yang pantas dibuat patung supaya jangan berisik. Karena rektor mau melarang imajinasi mahasiswa, itu kan gila," ungkapnya. Menurut Rocky, masyarakat kini bisa mengambil kesimpulan bahwa sikap rektor yang mempersoalkan kritik pedas mahasiswanya, pasti merasa tidak enak terhadap Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang baru saja bertandang ke Kaltim. Padahal sejak awal, kata dia, posisi wakil presiden memang sebagai pendongkrak suara pemenangan elektabilitas dan menenangkan kelompok tertentu dalam proses Pemilu yang lalu. "Jadi ini rektor yang disebut tidak paham genealogi of power, bahwa kekuasaan itu ada asal usulnya," tukasnya. Ia beranggapan, apa yang disuarakan para pemuda di Kalimantan Timur sudah benar. Bahkan gambaran patung Presiden RI Joko Widodo juga sudah ada di dalam kepala atau dalam pemikiran mahasiswa BEM Universitas Indonesia (UI). Rocky bahkan mendorong agar Rektor Unmul Samarinda membuat satire terhadap posisi mahasiswa yang hanya mematung selama masa pandemi. Sehingga bisa menjadi simbol bagi rektor-rektor lainnya agar mahasiswa tidak mematung. "Di seluruh Indonesia itu, mahasiswa sudah tidak menganggap ancaman rektor itu berbahaya. Kan justru rektor-rektor itu yang mematung. Karena ada ketidak adilan pada rakyat, pada diam semua. Sedikit tersinggung dipanggil mahasiswanya, dipanggil orang tuanya," katanya. "Jadi mahasiswa sudah sampai pada kematangan politik tingkat tinggi, sementara rektor-rektor sibuk dengan misi-misi cum. Supaya dapat jabatan profesor, naikin gaji, kan ajaib," imbuhnya. Wartawan Senior Hersubeno Arief menambahkan, masyarakat saat ini jauh lebih khawatir bila mahasiswa di seluruh Indonesia mematung dalam menghadapi kenyataan hari-hari ini yang dipenuhi dengan ketegangan sosial politik dan ekonomi nasional. Sebelumnya, Rektorat Universitas Mulawarman merilis pernyataan resmi, merespon polemik unggahan sarkasme BEM KM Unmul yang ditujukan kepada wakil presiden RI, Ma'ruf Amin. Rektorat menyatakan sikap dan membuat instruksi untuk menghapus postingan tersebut disertai permintaan maaf. Namun BEM KM Unmul menegaskan akan tetap mempertahankan postingan itu. Unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Mulawarman (BEM KM Unmul) di akun instagramnya menuai pro kontra. Postingan yang memuat seruan aksi pada Selasa (2/11) itu dinilai sebagian masyarakat bermasalah secara etika. Namun BEM membantah itu. Dalam unggahan tersebut, BEM Unmul menyerukan aksi demonstrasi untuk menyambut kedatangan Wakil Presiden RI ke Samarinda pada 2 November 2021. Mereka menuliskan; "SERUAN AKSI, KALTIM BERDUKA, PATUNG ISTANA MERDEKA DATANG KE SAMARINDA". Yang kemudian mendapat banyak kritik minor di kolom komentar instagram. Sebab dinilai telah melanggar batas etika dan sopan santun dalam menyampaikan kritik atau pendapat. Namun, BEM KM Unmul menegaskan sikap mereka tidak pada substansi kritik pribadi. Melainkan menyoroti kinerja Wapres yang dinilai belum maksimal. Menyikapi polemik itu, Rektorat Unmul menyatakan sikap. Rektorat menilai substansi kritik tersebut telah mengarah pada merendahkan wibawa dan martabat wakil presiden. "Segera melakukan tindakan internal. Untuk mengambil langkah-langkah tegas kepada BEM KM Unmul," tulis pernyataan sikap Rektorat Unmul pada poin terakhir. Merespon pernyataan sikap Rektorat Unmul itu, BEM KM Unmul menegaskan mereka tetap pada posisinya. Ketua atau presiden mahasiswa BEM KM Unmul, Abdul Muhammad Rachim belum berniat menghapus postingan tersebut. Sebab ia mengklaim bahwa postingan yang itu tidak ada kesalahan. Abdul Rachim menjelaskan, unggahan seruan aksi itu sejatinya berfokus untuk mengkritisi kinerja Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden. Bukan sebagai individu. Apalagi dengan identitas ulama yang melekat padanya. "Kami sangat menghormati beliau sebagai ulama. Tapi kami murni mengkritisi beliau sebagai wakil presiden," ujar Abdul Rachim, Jumat (5/11). Ia meminta agar semua pihak menelaah materi unggahan tersebut dengan baik. Menurutnya, seruan aksi Kaltim Beduka yang dimuat dalam postingan itu memberi arti bahwa BEM ingin menginformasikan kepada publik khususnya wakil presiden yang datang ke Samarinda. "Bahwa Kaltim lagi dan lagi dalam keadaan berduka. Karena ada lagi yang meninggal di lubang tambang," katanya. "Kami tidak ingin hal itu terus terjadi. Makanya kami meminta beliau sebagai wakil presiden yang mampu mengeluarkan kebijakan. Mampu memberikan instruksi. Agar permasalahan tambang di Kaltim bisa diselesaikan," jelasnya. Terkait narasi patung istana yang mendapat banyak sorotan, menurutnya juga tidak mengarah kepada Wapres Ma'ruf Amin secara pribadi. Melainkan, kritik sarkasme tersebut ditujukan untuk kinerja sebagai pejabat publik. Sebagai wakil presiden. Yang dinilain BEM belum maksimal. "Untuk instruksi dari Unmul, kami sejauh ini masih tetap pada pendirian untuk tetap memposting postingan tersebut. Kami tidak hapus. Dan ke depannya nanti kami akan buat press release terkait kronologi aksi dari kemarin. Kami juga akan menyampaikan beberapa informasi terkait kinerja wapres yang masih kurang. Kemudian kami akan mengeluarkan pernyataan sikap tentang rilis yang dikeluarkan Unmul," papar Abdul Rachim yang dihubungi melalui sambungan telepon. Menurut BEM KM Unmul, pernyataan sikap yang dilayangkan Rektorat Unmul bertentangan dengan undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 terkait kebebasan berpendapat di lingkungan akademik. Bagi mereka, apa yang telah dilakukan sebagai sesuatu yang sah. Abdul Rachim berkata bahwa seharusnya semua orang mau menerima kritikan terkait apapun dan diberikan oleh siapapun, kepada siapapun. "Bahkan ketika konteksnya, gerakan yang kami buat ini dikritisi oleh orang, kami tidak masalah. Tapi kalau konteksnya adalah cacian, kami tidak perduli sama sekali." "Tapi sejauh ini yang bisa kita lihat di kolom komentar postingan itu semua rata-rata mengandung cacian. Bahwa kami tidak beradab, tidak beretika bahkan disebut mahasiswa tidak goblok. Mereka mempermasalahkan adab, tapi narasi yang disampaikan tidak beradab. Jadi sangat kontradiktif. Jadi kami bingung, maunya apa," tanyanya. Ia mengatakan, bahwa maksud gerakan BEM KM Unmul itu adalah untuk memantik reaksi para mahasiswa. Bahwa sebagai sebagai mahasiswa perlu ikut turut mengkritisi kinerja wakil presiden. Abdul Rachim menyayangkan, tidak banyaknya komentar pengguna media sosial yang mau membahas substansi postingan tersebut dalam berkomentar. "Tidak ada yang mempertanyakan mana kinerja wapres, apa yang kita harapkan dari wapres," katanya. "Makanya kami akan tetap bertahan. Dan akan tetap membangun opini bahwa kita harus mengkritisi kinerja wakil presiden. Bukan mengkritisi soal beliau sebagai ulama," tegasnya. (DAS/RYN/YOS)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: