Petani Bawang Teritip Bisa Hasilkan 50 Ton Setiap Dua Bulan

Petani Bawang Teritip Bisa Hasilkan 50 Ton Setiap Dua Bulan

Januari 2016 silam, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi tampak gembira. Akhirnya Balikpapan bisa berhasil panen bawang. Rizal ikut memanen. Kualitasnya bagus. Menambah komoditas unggulan yang dihasilkan daerah. Hasilnya juga lumayan, mencapai 7 ton dari lahan 2,5 hektare. Bagaimana kondisinya saat ini ?

Oleh : Darul Asmawan

Kelompok Tani Hikma, yang membudidayakan bawang merah di Kelurahan Teritip itu. Membuka asa bagi Balikpapan. Mengurangi ketergantungan pada pasokan bawang merah dari luar daerah.

Harapan itu muncul sejak tahun 2016. Saat sekelompok petani yang beranggotakan 30 orang itu, mulai menanam bawang merah. Di lahan yang sebelumnya ditanami sayur-sayuran, seperti sawi, bayam, cabai juga jagung.

Ketua Kelompok Tani Hikma, Bahar menuturkan. Saat itu, Ia bersama 15 orang anggotanya mencoba menanam bawang merah. Bermodal pengalaman dari kampung halamannya di Enrekang Sulawesi Selatan. "Berhasil, panen pertama tahun 2016 itu,".

Selepas panen pertama itu, usahanya mulai dilirik banyak pihak. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan dan Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan turut memberi bantuan.

"Bantuan yang diterima berupa bibit, instalasi irigasi (kabut), kultivator, dan gudang penyimpanan dan penangkaran bibit bawang merah," ujar Bahar, Senin (21/10/2019) saat ditemui di lahan pertaniannya. Selain itu, lanjutnya, DP3 dan KPw BI Balikpapan juga aktif memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada petani. Mereka juga ikut mempromosikan terhadap hasil panen petani.

Kini lahan yang digunakan untuk menanam bawang bertambah. Jadi seluas 5 hektare. Dimiliki 15 anggota kelompok tani. Per hektare lahan dapat ditanami 800 sampai 1.000 kilogram bibit bawang merah.

"Lama waktu dari tanam sampai panen, selama 60-70 hari. Kapasitasnya 1 banding 10. Tanam satu buah, tumbuh jadi sepuluh buah. Dalam satu tahun bisa tiga kali menanam," ungkap Bahar.

Dengan asumsi itu, dapat dikalkulasikan bahwa kelompok tani di Jalan Gunung Bubukan, Balikpapan Timur itu, mampu memanen 40-50 ton bawang merah setiap dua bulan. Dalam satu tahun tiga kali panen.

Menyambung obrolan Bahar, Sekertaris Kelompok Tani Hikma, Murni mengatakan, sistem tanam dan panen mereka gotong royong.

"Saling silang. Pemilik kebun bawang saling bergantian membantu anggota lain. Ada juga beberapa yang diupahkan," jelas murni.

Untuk pemasaran, kata Murni, tidak begitu sulit. Dia menjualnya ke pedagang di Pasar Baru, Pandansari dan Pasar Manggar.

"Kadang juga pembeli yang datang ke kami, atau tengkulak. Biasanya lansung diambil di tempat," ujarnya.

Kendalanya, kata dia, harga jual di pasar berubah-ubah. Kadang naik kadang turun. Saat ini harga jual kotornya sebesar Rp 20.000. Kadang turun jadi Rp 13.000.

Begitupun harga bibit juga sama. Kisaran di angka 20-40 ribu rupiah. Bibit didatangkan dari Brebes, Jawa Tengah.

"Hitung-hitungannya kadang tidak masuk. Kalau biaya pengadaan bibit mahal. Tambah biaya operasional seperti pupuk dan racun hama. Lalu, harga jual di pasar, murah, bisa rugi petani. Belum lagi jika ada gangguan hama," keluh Murni.

Ditambahkan Bahar, soal kualitas jangan diragukan, bawang merah yg Ia produksi bisa bersaing di pasar dengan bawang dari luar daerah.

"Besar-besar dan kulitnya mengkilat. Sebenarnya masih bisa ditingkatkan, namun terkendala dengan ph tanah yang rendah," pungkasnya. (dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: