CATATAN: Borneo FC Vs Barito; Imbang Rasa Kalah
Samarinda, nomorsatukaltim.com - BORNEO FC seperti terlahir kembali di bawah arahan pelatih interim Ahmad Amiruddin. Pria yang selama ini membantu Mario Gomez memberi pemahaman taktikal pada pemain, yang notabene Gomez menerapkan permainan bertahan. Dalam waktu sepekan saja, berhasil membuat Pasukan Samarinda bermain trengginas. Maka hasil imbang pada Derbi Papadaan terasa seperti kekalahan. Karena Pesut Etam unggul dari semua aspek!
Selain ‘gokil’ tak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perubahan permainan Borneo FC Samarinda. Ketika bersua sesama tim Kalimantan, PS Barito Putera pada pekan ketiga Liga 1, di Stadion Wibawa Mukti Jumat (17/9) sore.
Amir yang dipercaya manajemen untuk jadi pelatih sementara, langsung mengejutkan dengan susunan pemain yang ia pilih. Dari 4 kuota pemain asing, ia hanya memakai 2 saja.
Penyerang andalan Fransisco Torres dicadangkan untuk memberi tempat pada Boaz Solossa yang akhirnya debut starting. Nuriddin Davronov juga dibangkucadangkan oleh Amir. Pos gelandang bertahan diserahkan pada Hendro Siswannto. Sementara dalam formasi 4-3-3, posisi gelandang lainnya diisi oleh Paulo Sitanggang dan Jonathan Bustos.
Di lini depan, selain Boaz, keberadaan Wawan Febrianto di susunan sebelas pemain awal tak kalah mengejutkan. Perubahan drastis susunan pemain ala Amiruddin ini. Adalah awal dari berbagai kejutan yang dihadirkan setelahnya.
Sehari sebelum laga, Amir bilang kalau timnya akan bermain menyerang. Keluar dari pakem Mario Gomez yang cenderung berhati-hati alias bertahan. Sejak wasit meniup peluit babak pertama, Boaz dan Bustos langsung menginisiasi penyerangan Borneo FC.
Bertubi-tubi peluang mereka dapatkan. Pemain belakang Barito seolah tak bisa bernapas walau sebentar. Saking terus dikurung oleh Pasukan Samarinda. Tak hanya menguasai bola, yang hingga akhir tercatat Borneo memegang kendali 61 persen penguasan bola. Variasi serangan mereka juga aduhai.
Dari kanan, kiri, tengah, semua dicoba. Tendangan jarak jauh, penetrasi ke dalam kotak, juga dilakukan. Satu-satunya yang menghalangi kegigihan pemain Borneo dalam menyerang adalah kebrilianan kiper Barito, Adhitya Harlan. Penjaga gawang berkepala plontos itu tampil cemerlang dengan bertubi-tubi melakukan penyelamatan.
Baru pada 10 menit akhir babak pertama, Barito Putera dapat menguasai situasi. Perlahan mereka memberi perlawanan. Lewat skema serangan balik cepat. Dengan Rizky Pora sebagai komandannya. Ini yang kemudian menjadi titik lemah Borneo.
Terlalu asyik menyerang membuat transisi bertahan mereka kacau. Mungkin, hanya belum terlatih saja. Sehingga, walau Barito jarang menyerang, sekali melakukan, bikin deg-degan.
Babak pertama berakhir anti klimaks. Skor imbang kaca mata mesti diterima kedua klub. Terkhusus buat Borneo yang punya banyak sekali kans mencetak gol lewat Boaz, Terens, Bustos, dan Paulo.
Babak kedua dimulai, Amir seperti mulai khawatir dengan keseimbangan. Karenanya, Sultan Samma dimasukkan menggantikan peran Paulo Sitanggang yang sebenarnya bermain apik di babak pertama.
Pergantian pemain nyatanya tak mengubah banyak hal. Borneo tetap trengginas. Berkali-kali mereka dapat peluang emas. Yang lagi-lagi juga, dijegal oleh Harlan. Jika ada satu hal yang berbeda di babak kedua adalah, Barito bermain lebih nyaman.
Di tengah semangat yang berkobar-kobar mengincar gol pertama. Borneo lalu dikejutkan oleh Luthfi Kamal. Yang sekonyong-konyong menyodorkan bola terarah ke sudut kanan bawah gawang Angga Saputro. Gol itu lahir dari serangan balik yang diakhiri dengan asis manis Pora ke Luthfi.
Gol tersebut sedikit banyak memperuhi pertandingan. Tempo mulai melamban. Pemain Borneo seakan kena mental. Bagaimana tidak, sudahnya serangan gagal terus. Malah kebobolan. Frustasi yang wajar mereka rasakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: