Menko PMK: Oksigen, Obat dan Vaksin Semua Menipis

Menko PMK: Oksigen, Obat dan Vaksin Semua Menipis

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Pemerintah pusat dan daerah mulai kewalahan dalam menyediakan sejumlah kebutuhan utama penanganan COVID-19 di Kalimantan Timur. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berharap uluran tangan pengusaha dan masyarakat dalam mengatasi persoalan itu.

Dalam hal oksigen misalnya, Muhadjir menyebut secara agregat Kaltim masih kekurangan kira-kira 15 ton oksigen per hari. Di samping itu, kebutuhan tabung ukuran 6 meter kubik tak kalah mendesak. Tabung oksigen untuk memberi suplai rumah sakit yang merawat pasien kritis. "Tadi saya sudah meminta kepada perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar Kaltim, yang memiliki botol oksigen untuk dipinjamkan agar bisa dimanfaatkan baik oleh rumah sakit maupun warga," katanya. Dalam kunjungannya, Muhadjir berkeliling ke perusahaan-perusahaan produsen oksigen di Balikpapan antara lain PT Surya Biru Murni Acetylene dan dijadwalkan berkunjung ke perusahaan PT Samator Gas. Saat berkunjung ke Gudang Obat di UPTD Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan, di Jalan Mangga, Balikpapan Tengah, Muhadjir menyebut, untuk mengatasi kelangkaan dan kebutuhan oksigen, ia telah meminta kepada sejumlah perusahaan-perusahaan di Kaltim, khususnya perusahaan yang berada di bawah BUMN untuk memberi sumbangsih. Bisa  dengan cara meminjamkan botol oksigennya kepada rumah sakit atau kepada warga yang membutuhkan. Adapun perusahaan yang berencana melakukan program CSR, diimbau untuk memberikan bantuan berupa pengadaan oksigen, namun harus berasal dari luar daerah. "Supaya jangan mengambil oksigen yang ada pada produsen di Kaltim. Diusahakan mengambil dari luar, karena kalau juga mengambil yang ada di produsen kaltim, ya sama saja tidak ada penambahan kapasitas," urainya. Hal itu, kata dia, justru sangat merugikan karena masyarakat yang membutuhkan jadi terhalang karena produksi oksigen cair dalam tabung, diambil oleh perusahaan yang akan memberikan CSR. "Tadi dari Pupuk Kaltim sudah melaporkan akan menambah lagi botol-botol oksigen, saya mohon perusahaan yang lain terutama BUMN supaya ramai-ramai meminjamkan botol-botol oksigen," tukasnya. Muhadjir juga mengaku mendapat laporan dari manajemen Pupuk Kaltim yang menyampaikan akan mendatangkan oksigen generator yang bisa memproduksi oksigen dengan kapasitas besar. Bisa menghasilkan oksigen dengan jumlah banyak. "Saya kira kalau masyarakat dan pihak swasta bersama-sama membantu, saya kira kebutuhan yang sangat mendesak di Kaltim bisa diatasi," katanya. Ia berpesan kepada warga yang sudah menyimpan oksigen sebagai cadangan di rumah, sebaiknya bisa dipinjamkan kepada orang sekitarnya yang juga membutuhkan. Itu kalau belum digunakan. Selain itu Muhadjir juga menyebut vaksinasi juga masih sangat rendah. Informasi yang dia terima, vaksinasi tahap 1 baru mencapai 22 persen dan tahap 2 baru 10 persen. "Tadi saya lihat di gudang ada cadangan vaksin yang nanti akan dilakukan oleh TNI - Polri dan PUPR," tukasnya. Ia meminta agar Diskes Balikpapan segera menggunakan semua cadangan vaksin yang ada untuk percepatan vaksinasi. "Itu perintah bapak presiden, tidak boleh ada vaksin yang tertahan di gudang, alasan untuk cadangan vaksin kedua. Nanti vaksin kedua kita atur lagi," katanya. Namun cadangan vaksin yang dimaksud, ternyata tidak banyak. Vaksin yang ada di Gedung Instalasi Farmasi milik Diskes Balikpapan akan digunakan Selasa (28/7), jadi secara teknis stok vaksin di Balikpapan sudah habis. Tinggal menunggu jadwal kedatangan vaksin selanjutnya. Dari pengamatannya, obat-obatan yang diperlukan bagi mendukung kesembuhan masyarakat yang sedang Isolasi Mandiri (Isoman) juga masih sangat kurang. "Sama secara nasional (memang kekurangan). Saya lihat ada obat antivirus tinggal 80 tablet, ada yang 550 tablet tapi tadi sudah disalurkan, tinggal 300 tablet. Saya akan koordinasikan ke pusat supaya ada kepastian tentang obat," katanya. Menurutnya dengan kebijakan pengaturan Isoman di rumah bagi pasien gejala ringan dan OTG, maka ada obat-obat antivirus yang memang hanya disediakan di rumah sakit. Namun, status para pasien yang sedang isolasi mandiri juga berubah-ubah. Ada yang terus membaik, ada juga yang statusnya naik menjadi gejala sedang dan berat. Nah, pasien dengan gejala sedang dan berat itulah yang sangat membutuhkan obat antivirus. "Tadi saya disampaikan ibu kepala dinas (Andi Sri Juliarty), ini ada APBD yang dialokasikan untuk menyediakan obat untuk disiapkan di setiap Puskesmas. Tapi tentu saja anggaran sangat terbatas, karena itu akan kita bahas di tingkat pusat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kenaikan status kesehatan orang yang semula OTG menjadi sedang atau berat," urainya.

Suplai Kalsel dan Kaltara

Direktur Operasional PT Surya Biru Murni Acetylene (SBM) Iwan Sanyoto mengaku berupaya memenuhi kebutuhan oksigen medis di Kaltim. Ia juga telag menahan produksi oksigen industri dan mengalihkan ke oksigen medis. “Tetapi ini akan terus defisit apabila kasusnya tidak turun-turun. Ini akan jadi masalah,” kata Iwan Sanyoto didampingi Sekretaris Perusahaan, Cintia Kasmiranti usai menerima kunjungan kerja Menko PKM, Muhadjir Effendi Senin (26/7/2021). Iwan mengatakan, selain Kaltim sendiri kekurangan pasokan, pihaknya juga harus memenuhi kebutuhan untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara. “Agar tidak menjadi persoalan lebih besar, kasusnya harus turun. Sampai hari ini kami melihat belum ada penurunan kasus di Kaltim,” ujarnya. Iwan menuturkan defisit oksigen mulai terjadi pada awal Juli 2021. Dengan rerata 250 tabung per hari. Padahal, sebelumnya permintaan untuk rumah sakit hanya 10 tabung. SBM sendiri memasok untuk beberapa rumah sakit, Puskesmas dan masyarakat umum. SBM memasok untuk kebutuhan medis sebanyak 5 persen, 95 persen di antaranya untuk industri. Namun karena permintaan medis lebih tinggi, maka produksi dialihkan ke medis.  “Suplai ke medis kami utamakan. Industrinya menunggu,” ujarnya. Hal senada diungkapkan General Manager PT Samator Gas Industri Kalimantan, Hasan Alwi. Ia mengatakan pada awal Juli ketersediaan stok masih di atas 70 persen. Namun tingginya permintaan di pertengahan bulan, membuat stok di tanki terus menurun. “Terakhir pada Sabtu, stok tersisa 17 persen. Sebenarnya tangki sampai 20 persen sudah tidak bisa ditarik. Karena pertolongan Tuhan masih bisa diambil. Di bawah 20 persen itu di dasarnya,” bebernya. Menurut Hasan, sebelum COVID-19, produksi Samator sebesar 60 persen dengan memasok rumah sakit, perusahaan tambang dan bengkel, dan lainnya. “Sekarang 100 persen kapasitas produksi. Jumlah itu masuk ke rumah sakit. Sebanyak 1.300 meter kubik per jam,” imbuhnya. Untuk memenuhi ketersediaan, pihaknya juga mendatangkan pasokan tabung oksigen dari Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Hasan menambahkan pasokan dari Sulsel tersebut menjadi solusi jangka pendek. Karena kasusnya di daerah tersebut naik lagi.  “Kapasitas Sulsel lebih kecil dari Bontang,” ujarnya. Menko PKM Muhadjir Effendi mengandalkan produsen gas di Kaltim untuk mengatasi kekurangan oksigen dengan mengambil suplai dari Sulut, Sulsel, Sulteng. Muhadjir mengungkapkan, sejumlah rumah sakit maupun masyarakat masih sangat membutuhkan tabung oksigen khususnya yang ukuran 6 meter kubik dan belum ada liquid-nya. *RYN/FEY/YOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: