Balikpapan Tambah Makam, Samarinda Krisis Nakes

Balikpapan Tambah Makam, Samarinda Krisis Nakes

Pemerintah Kota Balikpapan akhirnya memperluas  lahan pemakaman COVID-19 di Kelurahan Karang Joang. Keputusa diambil setelah kematian akibat virus belum menunjukkan tanda-tanda menurun. Sementara di Samarinda, fasilitas utama perawatan pasien ditutup sementara akibat kekurangan tenaga kesehatan.

Nomorsatukaltim.com - Korban meninggal dunia akibat virus Corona di Balikpapan telah mencapai 833 orang, berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, Kamis (15/7). Sementara kapasitas tempat pemakaman umum (TPU) di kilometer 15 Karang Joang  hanya mampu menampung 500 makam. Akibat kondisi itu, sejumlah keluarga korban telah mengajukan izin memindahkan jenazah keluarganya. Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Kota Balikpapan Ketut Astana mengatakan, di awal pandemi, Balikpapan telah menyiapkan 1 hektare lahan yang mampu menampung 1.000 makam. "Dengan asumsi jarak antar makam sepanjang 1,5 meter maka bisa menampugn seribu. Tetapi karena ada kriteria baru makam berjarak 2,5 meter, maka kemudia hanya mampu menampung 500 makam," kata Ketut Astana. Karena itu, Pemmkot Balikpapan tengah mempersiapkan lahan tahap kedua yang tak jauh dari lokasi. Pada tahap pertama, sekitar dua hektare lahan akan difungsikan sebagai makam terpadu yang diperkirakan mampu menampung hingga 1.600 makam. "Untuk lahan tahap kedua dalam proses penataan dan kondisinya menggunakan sistem terasering sehingga memudahkan dalam proses pemakaman," kata dia. Terkait perkembangan COVID-19, Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Subari mengusulkan Gedung Parkir Klandasan menjadi tempat isolasi pasien. Lokasi itu bisa menjadi alternatif bagi pemerintah, mengingat tingginya penularan wabah. “Bisa dijadikan alternatif selain Embarkasi Haji dan, rumah sakit yang sudah penuh semua,” kata Subari, Kamis (15/7). Selama ini Gedung Parkir Klandasan yang dibangun menelan anggaran APBD Kota mencapai Rp 99 miliar itu tidak maksimal karena warga enggan memakirkan kendaraannya. “Dari pada mubazir, kita sepakat itu jadikan alternatif untuk perawatan pasien COVID-19,” ujarnya. Selain itu, dia juga meminta Pemkot menyalurkan bantuan sosial pasca diberlakukannya PPKM Darurat. Karena banyak warga yang terdampak akibat kebijakan tersebut. “PPKM Darurat memang harusnya juga dengan jaring pengaman sosialnya. Apalagi yang terkena dampak, baik terkait kesehatan maupun penghasilan yang terdampak,” ujarnya.

Berusaha Optimal dengan Tenaga Minimal

Di Samarinda, ratusan petugas medis dan administrasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda terpapar COVID-19. Akibatnya, rumah sakit rujukan utama itu mengambil kebijakan ‘bbuka-tutup’ instalasi gawat darurat. Para pejuang garda terdepan yang tersisa di paviliun itu terpaksa berakrobat mempertahankan standar kualitas dan kuantitas layanan. Dirut RS AWS, David Harjadi Mashoer mengonfirmasi kebenaran kabar seratusan bawahannya terkonfirmasi positif COVID-19. Direktur rumah sakit lawas di Jalan Palang Merah, Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu itu terpaksa menutup sementara unit paling vital; IGD. “Sistem buka tutup di IGD rumah sakit dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan petugas medis yang tersedia,” katanya. Mekanismenya yaitu, apabila IGD tersebut penuh dan pasien tidak memungkinkan untuk dapat didistribusikan ke zona merah, maka petugas akan segera mengambil keputusan penutupan. Bila pasien yang memenuhi IGD telah terdistribusi, baru akan diputuskan untuk dibuka kembali. Di sisi lain dikatakan, kekurangan petugas layanan medis berdampak pada efektifitas pelayanan di ruang-ruang perawatan lainnya. Yang non IGD. David terpaksa mengakali kondisi itu. Untuk mengatur agar pelayanan tetap optimal dengan tenaga minimal, maka beberapa ruang perawatan yang jumlah pasiennya terbilang rendah, digabungkan oleh petugas. Untuk menyiasati kebutuhan jumlah petugas yang diperlukan. Agar seminimal mungkin. Sehingga tenaga yang lebih dari ruang perawatan pasien non COVID-19 tersebut sebagian bisa dialihkan ke medan peperangan melawan SARS-CoV-2 di zona merah rumah sakit. Ia juga menyampaikan, bahwa para pegawai yang terkonfirmasi positif sejak dua hari lalu dalam kondisi stabil. Sebagian besar mereka  menjalani isolasi mandiri. Dan sebagian lainnya dalam proses melewati perawatan di ruang perawatan. David terus berharap kondisi ini mampu dihadapi dan segera terlewati. "Demikian dari saya. Semoga kondisi ini segera berlalu wassalam," katanya mengakhiri penjelasan singkatnya sambil mengarahkan untuk mengonfirmasi lebih lanjut kepada bagian hubungan masyarakat manajemen rumah sakit. Humas RSUD AWS, dr. Arisya Andhina yang dikonfirmasi setelahnya, menerangkan alasan rumah sakit memutuskan melakukan penutupan sementara ruang IGD, seperti yang ramai beredar di masyarakat, adalah karena ruang perawatan COVID-19 sudah benar-benar penuh. Sehingga terjadi stagnasi di IGD. Perempuan yang akrab disapa dokter Sisi itu, mengatakan bahwa ada kecenderungan kasus positif yang melonjak drastis sepekan terakhir bergejala berat hingga sedang. Sehingga perlu perawatan maksimal (total care). Tidak bisa hanya sekadar observasi. "Ada 72 petugas RS AWS yang terkonfirmasi positif, jadi mempengaruhi pelayanan juga," imbuh dokter Sisi. Terakhir, dokter sekaligus Humas ini menyebut bahwa semua kebijakan tersebut di atas hanya bersifat sementara. "Bila pasien sudah dipindahkan, IGD akan kami buka kembali," tutupnya. Berdasarkan laporan record dalam aplikasi SIRANAP 3.0 di yankes.kemenkes.go.id, per 15 Juli 2021 siang tercatat bahwa tempat tidur di ruang IGD telah kosong. Atau habis terisi. Sementara itu terdapat 18 antrian pasien di belakangnya. Dari platform online yang sama, diterakan, jenis ruangan istalasi perawatan insentif (ICU) bertekanan negatif tanpa ventilator di RSUD AWS telah terisi sebanyak 25 tempat tidur. Menyisakan satu tempat tidur yang kosong. Sedangkan ICU bertekanan negatif dengan ventilator terpantau 32 tempat tidur telah terisi dan tanpa ada bed kosong.

PPU Atur Skema Tambah Ruang

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung (RAPB) Kabupaten Penajam Paser Utara mengantisipasi penambahan pasien dengan menambah ruang isolasi. “Kami telah mengantisipasi apabila terjadi lonjakan pasien positif COVID-19. Dengan menyediakan ruang isolasi RSUD PPU,” ujar Ketua Tim Tanggap COVID-19 RSUD RAPB PPU Kalimantan Timur (Kaltim) dr Alexander Sinaga Kamis, (15/7/2021). Skenario yang disiapkan ada dua. Pertama menjadikan seluruh Ruang Lily sebagai lokasi isolasi pasien positif COVID-19. Ruangan ini sejak awal diplot sebagai ruang isolasi. Kedua dengan menyulap Gedung Aula Pertemuan RSUD menjadi bangsal perawatan pasien non corona. Mengalihkan pasien yang harusnya ditempatkan di ruang perawatan biasa. “Tapi langkah itu diambil jika jumlah pasien COVID-19 yang dirawat alami peningkatan cukup tinggi,” jelasnya. Sampai kemarin, terdapat penambahan 1.543 positif dengan pasien dirawat sebanyak 950 orang. Sementara angka kematian bertambah 49 orang. Data Satgas Penanganan COVID-19 Kaltim menunjukkan seluruh wilayah ini berada di zona merah. *FEY/DAS/RSY/YOS    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: