Mencari Jalan Keluar dari Kutukan SDA di Kaltim

Mencari Jalan Keluar dari Kutukan SDA di Kaltim

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Ketergantungan ekonomi Kalimantan Timur pada sektor pertambangan dan energi menjadi keresahan bagi banyak pihak. Terutama bagi pemangku kebijakan di provinsi ini. DPMPTSP dan stakeholder-nya; HIPMI Kaltim mulai mendiskusikan strategi menggeser kecenderungan itu. 

Beberapa proyek besar dan rencana pemindahan IKN ke depan diharap menjadi triger. Melalui skema penawaran investasi multi sektor. Dalam gelaran Ngobrol Pintar (Ngopi) sore besutan  Diskominfo Kaltim dan Harian Disway Kaltim, kemarin, Kepala DPMPTSP, Puguh Harjanto dan Bos HIPMI Kaltim, Bakrie Hadi membicarakan itu. Puguh Harjanto, yang baru enam bulan menjabat, membawa kabar menggembirakan dalam momen tersebut. Ia berbicara tentang trend positif perkembangan investasi di Benua Etam. Secara umum, kata dia, head to head capaian realisasi investasi triwulan I 2021 melawan realisasi triwulan I 2020 mengalami kenaikan sekitar 2-3 persen. Padahal pada tahun 2020 saja, realisasi investasi  mampu melampaui target yang ditetapkan Kementerian Investasi RI hingga sebesar 146 persen. Di mana hal itu, menurutnya telah memberi kontribusi besar terhadap prosentase peningkatan pertumbuhan nilai investasi di luar Pulau Jawa. Yang sejak dua tahun terakhir trend-nya berada di wilayah positif. "51 persen realisasi investasi nasional sudah bergeser keluar dari Pulau Jawa. Artinya ini hal cukup positif," imbuh mantan Kepala DPMPTSP Bontang. Dia satu sisi, Ia mengatakan, dampak pandemi COVID-19 tidak cukup kuat mempengaruhi pertumbuhan realisasi investasi. Menilik data realisasi head to head tadi. Bahkan katanya, Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kaltim masih menyisakan sekitar 508 pelaporan investasi yang belum terekapitulasi. Karena menunggu perbaikan dari masing-masing perusahaan. "Jika itu sudah diperbaiki saya yakin progresnya bisa lebih tinggi lagi. Ini hal positif. Pandemi tidak menyurutkan aktifitas investasi di Kaltim. Kaltim masih favorit untuk investasi," ujar Puguh Harjanto mengawali diskusi Kamis (8/7) kemarin. Sementara itu, Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kaltim, Bakrie Hadi menuturkan soal ketimpangan sektor penopang ekonomi dan investasi selama ini, ketika membuka obrolan dalam diskusi. Ia mengatakan, bahwa sejauh ini penyumbang terbesar realisasi investasi Kaltim adalah sektor pertambangan dan energi. Atau batu bara dan migas. Yang berperan hingga 48 persen. Padahal, ada banyak sektor-sektor potensial lain di Kaltim yang memang masih perlu didorong lebih kuat. Agar menarik minat para penanam modal. Misalnya, sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, hingga pariwisata. "Kita memang ada kegelisahan berpikir tentang iklim investasi ini. Yaitu apa yang harus disiapkan berikutnya. Untuk generasi selanjutnya. Paska tambang, migas dan batu bara," ucap Bakrie Hadi. Menurutnya, diperlukan kolaborasi yang baik antar semua lini untuk mewujudkan pemerataan atau keseimbangan pilar tumpuan ekonomi dan investasi itu. "Kita perlu banyak tangan dan kepala untuk menggarap ini. Harus bekerja sama, kolaborasi, untuk sama sama mendorong sektor-sektor tersebut," paparnya. Puguh Harjanto, turut merespon keresahan itu. Ia berujar, pemerintah provinsi memang sedang berkonsentrasi mengalihkan investasi dari sektor yang sejak dulu menjadi primadona. Seperti batu bara dan migas. Dan upaya itu, dinilai sedang on the track. Yakni dengan beberapa rencana pembangunan strategis yang dapat menjadi triger. Yaitu yang pertama rencana pemindahan Ibu Kota Negara ke Kaltim. "Di IKN ini sudah ada beberapa proyek yang memungkinkan untuk dirilis. Salah satunya kesiapan Asosiasi Pengusaha Asean yang bulan Agustus nanti akan berkunjung. Melihat beberapa proyek." Di antaranya, kata Puguh, adalah rencana pembangunan jembatan tol Balikpapan-PPU. Kemudian ada pengembangan Kawasan Industri Buluminung (KIB) di provinsi yang sama. Lalu Kawasan Industri Katiangu (KIK) di Balikpapan. Dan salah satu proyek strategis nasional yang telah dirilis oleh Kementerian Investasi, yaitu proyek MBTK di Maloy, Kutai Timur. "MBTK siap ditawarkan tahun ini. Dan di sisi lain kita terus mendorong hilirisasi sektor pertambangan. BCIP di Kutim juga sudah running, itu untuk smelter batu bara (Coal) menjadi Metanol," imbuh Puguh. Menurut Puguh, dibutuhkan keberanian untuk mencoba mengawali hijrah dari migas dan batu bara ke sektor-sektor lain yang tidak kalah potensial. "Karena kalau kita lihat data BI jika dibandingkan seluruh provinsi di Kalimantan ini pertumbuhan kita masih di bawah rata-rata. Sehingga ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita, untuk bagaimana caranya mengembangkan sektor-sektor yang mungkin selama ini potensial tapi belum tersentuh," jelasnya. DPMPTSP kata dia, telah membuat strategi kebijakan. Yaitu memfokuskan beberapa bidang dalam strukturnya untuk memetakan potensi-potensi itu. Kemudian mengawalnya, mulai dari mendata, mempromosikan menawarkan hingga menjual. Dalam proses pemetaan itu juga, sambungnya, Dinas Perizinan coba menjajaki peluang kerja sama penguasaha dengan calon investor yang akan masuk. Senada dengan itu, Bakri mengatakan, secara nasional HIPMI memang sudah lebih dulu menjalin kerja sama dengan Kementerian Investasi. Untuk menjamin bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau investasi asing harus mau bekerja sama dengan Usaha Kecil, Menengah dan Mikro yang berbasis di daerah tujuan investasi. Termasuk juga pengusaha lokal di daerah itu. "Kerja sama ini sudah mulai berjalan di beberapa provinsi, termasuk di Kaltim," ujar mantan ketua KNPI. *DAS/YOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: