Duh, PPKM; Pengusaha Perhotelan Kembali Mumet

Duh, PPKM; Pengusaha Perhotelan Kembali Mumet

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pemberlakuan PPKM Darurat Jawa-Bali sudah berdampak langsung pada roda bisnis di Kaltim. Apalagi kebijakan sama akhirnya diambil Pemerintah Kota Balikpapan. Kota Minyak sebagai kota Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) akan sangat terpukul.

Semua pelaku bisnis sepakat pengetatan kali ini seperti kembali di awal-awal virus corona mewabah tahun lalu. Risiko bisnis yang mengandalkan mobilitas orang lebih dulu terdampak. Hotel salah satunya. Marketing Communication Manager Four Points by Sheraton Balikpapan, Widya Hapsari menyebut sudah merasakan imbas sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali dimulai 3 Juli lalu. Sebab, Four Points termasuk hotel yang punya pasar tamu cukup besar dari luar Kaltim atau Kalimantan. Baik traveler maupun pengusaha atau pekerja perusahaan. Yang tingkat keterisian kamar sejak awal tahun sudah menyentuh 70-80 persen. “Secara keseluruhan memang mengalami penurunan bisnis. Padahal okupansi baru saja mulai membaik,” kata Widya Hapsari kepada Disway Kaltim, kemarin. Menurunnya okupansi dibarengi dengan penundaan event yang sudah masuk daftar kegiatan di hotel. Yang otomatis juga menggerus pendapatan. Peningkatan kasus positif COVID-19 dan kebijakan pemerintah yang mengikutinya memang membuat khawatir banyak pihak. Untuk menunda sementara perjalanan dan menginap di hotel. Namun pengelola juga tidak berdiam diri. Kampanye aman dan nyaman menginap terus dilakukan. Apalagi hotel-hotel di masa wabah saat ini sudah memenuhi protokol kesehatan Clean, Health, Safety & Environment (CHSE). “Kembali, balik lagi seperti tahun lalu, aman enggak nginap di hotel. Kampanye itu kita lakukan. Bahwa hotel dan setiap kamarnya setiap hari kita sanitasi. Karyawan juga sudah divaksin,” beber Widya. Upaya lain yang dilakukan adalah memberikan promo untuk F&B. Baik melalui platform online maupun penawaran langsung dari hotel. Dua metode itu digencarkan demi menjaga pemasukan dari sisi penjualan makanan. Langkah ini sebenarnya, kata Widya, sudah dilakukan sejak tahun lalu. Hanya saja, sejak kondisi mulai membaik, dine in tetap menjadi pilihan utama. Salah satu yang cukup mengerek pemasukan adalah momen buka puasa pada Ramadan lalu. Yang hampir merata di semua hotel terjadi peningkatan. Meski tetap membatasi kapasitas hanya diisi 50 persen. “(Sekarang) Kembali menggencarkan promo take away,” sebutnya. Public Relations & Executive Secretary Golden Tulip Balikpapan Hotel & Suites Renny Margaretha mengatakan hal senada. Bahkan, sejak PPKM Jawa-Bali diberlakukan, okupansi hotel hanya menyentuh 20 persen. Padahal sejak awal 2021 sudah mengalami kenaikan okupansi berkisar di 80-90 persen. “Sangat berpengaruh, terjun bebas,” sebutnya. Renny juga mengamini bahwa kondisi saat ini seperti mengulang Maret 2020 lalu. Yang mau tidak mau harus menjalankan strategi menjaga okupansi terjaga. Harga sewa kamar yang dibanderol sampai Rp 800 ribu kini turun sampai 50 persen. Renny yakin, dengan keunggulan tipe kamar yang family room, hunian kamar akan tetap ada. Meski dibayangi dampak kebijakan PPKM. Fasilitas seperti kolam renang, sauna, gim yang menjadi daya tarik terpaksa dihentikan sementara. “Kita sudah pernah melewati kondisi seperti ini. Dan bersyukur tidak pernah tutup sejak awal pandemi. Hanya mempengaruhi jam kerja. Tahun kemarin ada kelonggaran pajak, kalau sekarang belum tahu. Berharap ada kebijakan yang bisa tetap mendukung operasional,” imbuhnya. BEN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: