Belasan Atlet Voli Telantar

Belasan Atlet Voli Telantar

TANJUNG REDEB, DISWAY – Sebanyak 18 atlet yang didatangkan dari Pulau Jawa, untuk mengikuti kejuaraan terbuka bola voli Piala Abenk Parfum Cup Kabupaten Berau 2019, diduga ditelantarkan penyelenggara acara. Diketahui, acara yang bekerja sama dengan Dewan Adat Dayak (DAD) Berau, dilaksanakan sejak 11-20 Oktober 2019 di Gedung Graha Pemuda, Tanjung Redeb. Perwakilan atlet, Fahry mengutarakan, dia bersama lima rekannya diterlantarkan Abenk Parfum, yang mendatangkan pihaknya dari Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) untuk memperkuat perusahaan Abenk Parfum di turnamen bola voli tersebut.(kronologis lihat grafis) Selain dirinya, Fahry menyebut ada 12 atlet bola voli asal Ambarawa, Jateng atau Tim Ivonk Raja Kartu (RK) yang juga didatangkan untuk meramaikan Piala Abenk Parfum Cup 2019. “Saya dan lima rekan saya dipanggil melalui agensi kami (Rachmad Budiarto, Red.), untuk memperkuat Abenk Parfum. Kami tiba di Berau 12 Oktober lalu,” katanya kepada Disway Berau, kemarin. Lanjut pria yang merupakan atlet Pro Liga ini, setelah beberapa hari mengikuti kejuaraan, janji manis Abenk diingkari. Upah tiap pemain Rp 3 juta sampai Rp 3,5 juta sekali pertandingan tak kunjung dibayarkan. “Tanggal 17 Oktober, sudah enggak ada komunikasi. Dihubungi, seluruh nomor Abenk tidak aktif lagi. Dia kabur dan terakhir ditelusuri di Samarinda arah menuju Balikpapan,” bebernya. Bahkan, Fahry dan rekannya harus menanggung malu. Mereka diminta keluar oleh pemilik Hotel Melati di Jalan H Isa II, akibat Abenk Parfum menunggak pembayaran lebih dari Rp 48 juta. Tidak hanya itu, dua unit mini bus yang diperuntukkan untuk transportasi selama mengikuti kejuaraan juga ditarik oleh pemilik rental akibat belum dibayar. “Kalau pemilik hotel itu sudah kami berikan pemahaman. Akhirnya kami dibolehkan menginap sampai hari ini (Kemarin), dengan catatan membayar sendiri,” tuturnya. Dia juga mengungkapkan, biaya yang harus dibayar Abenk Parfum untuk dua tim yang didatangkan dari Pulau Jawa sekitar Rp 150 juta. ”Karena tiket kepulangan sudah ditanggulangi oleh ketua panitia, Rp 87 juta lagi yang harus dibayar Abenk ke kami,” ungkapnya. Kejadian ini juga telah dilaporkan di Polres Berau dan kini sudah ditindaklanjuti. “Sudah dilaporkan. Jika tidak segera direspons dan kami tidak mendapatkan jawaban secepatnya, hal ini akan saya tindaklanjuti ke Polda Kaltim,” tegasnya. Pemilik Hotel Melati yang namanya tidak ingin dikorankan saat dikonfirmasi Disway membenarkan, Abenk Parfum menunggak pembayaran sekitar Rp 48 juta. Namun dirinya tak ingin berkomentar banyak terkait masalah ini. “Yang jelas sudah ada koordinasi dengan kopolisian, meski belum laporan resmi. Dan saya juga sudah bertemu dengan istrinya. Jangan dibahas lagi, kasihan dengan anak dan istrinya,” jelasnya. “Yang jelas, saya tidak ingin masalah ini juga berkepanjangan hingga ke ranah hukum. Saya masih ingin masalah ini diselesaikan secara baik-baik,” tandasnya. Sementara itu, Ketua Panitia Piala Abenk Parfum, Johan Ncau mengatakan, permasalahan atlet terlantar buka dari rangkaian turnamen terbuka bola voli. Melainkan masalah individu dari Abenk Parfum, yang tidak bisa membayar atlet beserta akomodasi fasilitasnya. “Selain itu, perlu diketahui Abenk ini lari tidak membawa uang. Tapi tidak sanggup membayar. Banyak pengeluaran di luar dari akomodasi penyelenggaraan turnamen,” sebutnya. Johan yang juga merupakan ketua DAD Berau ini mengaku, masalah ini tidak mencoreng nama baiknya. Sebab, dirinya tetap profesional menyelesaikan turnamen bola voli menggunakan anggaran pribadinya. Bahkan, seluruh atlet yang didatangkan Abenk dari Pulau Jawa, juga ditanggung kepulangannnya oleh Johan. Untuk keseluruhan, dirinya mengeluarkan biaya sekitar Rp 150 juta. ”Seluruhnya saya yang tanggung, mulai dari hadiah lomba, wasit, gedung, keamanan, tiket kepulangan atlet dan lain-lain. Tapi, fasilitas yang di luar dari acara ini, saya tidak bisa tanggulangi. Itu urusan Abenk untuk menyelesaikannya dengan pihak terkait,” ucapnya. “Sebelum acara, Abenk juga meminjam uang ke saya Rp 25 juta. Jadi total kerugian saya mencapai Rp 175 juta,” ungkapnya. Johan juga menceritakan, ihwal dirinya diajak bekerja sama menggelar turnamen tersebut. Awalnya, Abenk mendatangi Johan meminta bantuan untuk mengajukan proposal untuk pembiayaan acara turnamen bola voli yang akan diselenggarakannya. “Bisa dikatakan menumpang nama untuk proposal. Karena niatnya positif, saya dukung. Saya tidak menyimpan kecurigaan sedikitpun. Apalagi saya sudah mengenal Abenk cukup lama,” akunya. Seminggu berjalan pengajuan proposal, Abenk memutuskan untuk mengajak kerja sama menggelar turnamen bola voli. ”Saya setuju karena alibinya mendasar. Dia beralasan, butuh tokoh masyarakat yang dikenal masyarakat luas,” terangnya. Johan pun mengaku, tidak menyangka event akan berjalan seperti ini. Dirinya juga menyerahkan sepenuhnya kepada korban yang merasa dirugikan untuk melaporkan hal ini kepada kepolisian. “Saya menyerahkan sepenuhnya kepada korban. Tentu saya juga akan meminta ganti kerugian sebesar kerugian saya,” tandasnya. Kapolres Berau AKBP Pramuja Sigit Wahono melalui Kasat Reskrim AKP Rengga Puspo Saputro mengatakan, belum menerima laporan terkait permasalahan tersebut. “Belum saya terima informasinya, saya cek dulu sama anggota,” ucanya. (*/jun/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: