Geliat Porang di Kabupaten Paser, Petani Masih Butuh Diedukasi

Geliat Porang di Kabupaten Paser, Petani Masih Butuh Diedukasi

Paser, nomorsatukaltim.com - Petani di Kabupaten Paser perlahan mulai berlomba-lomba menanam porang. Karena dinilai berpotensi dan nilai ekonomisnya sangat tinggi.

Lembaga Porang Amrullah Paser Mandiri mengklaim, lahan yang telah dimanfaatkan untuk menanam porang sudah di atas 200 hektare. "Saya sudah melakukan penetrasi. Memang tidak mempunyai data punya luasan yang signifikan, baik lahan satu maupun dua hektare, melainkan banyak petani menanam di belakang rumah ataupun pekarangan yang mereka tidak ukur. Itu menurut hemat saya," kata Perintis Sekolah Lembaga Porang Amrullah Paser Mandiri, Ade Muriyono, Senin (5/7/2021). Sekadar informasi, Porang Amrullah Paser Mandiri ialah asosiasi yang akan merintis sekolah lapangan khususnya untuk tanaman endemik Porang Paser dan Kalimantan. Lanjut Ade, pihaknya telah membentuk tiga titik lokasi yang akan dijadikan sebagai sekolah lapangan Porang Paser. "Ada di Jone, Long Kali dan Kuaro. Ya kami akan memberikan gambaran tentang porang dan sistem agribisnis itu sendiri," sambungnya. Baca Juga: Budi Daya Porang di Kukar Terkendala Pengadaan Bibit Minimnya informasi mengenai porang secara detail itulah yang menjadi kendala. Karena tak menutup kemungkinan masih ada petani yang hanya sekadar menanam, panen kemudian menjual. Tanpa mengindahkan potensi porang pasca panen. "Mohon maaf, kami mau mengedukasi teman-teman petani porang mau memberikan pencerahan, bahwasanya petani itu sudah saatnya beragribisnis. Jadi petani sekaligus pengusaha," ucap Ade. Meski saat ini telah ada pabrik porang di Paser, namun pada Agustus mendatang ditargetkan dibangun pabrik porang berbasis petani. Yakni dari petani, oleh petani dan untuk petani. Untuk pupuk sendiri tak perlu dikhawatirkan. Tak perlu membeli secara berlebihan. Karena bisa memanfaatkan jenis pupuk apa saja. Baik pupuk kandang, kompos maupun limbah organik rumah tangga yang difermentasi. Saat ini porang amrullah telah bekerjasama dengan kandang kayu untuk pengadaan pupuk kandang fermentasi. "Relatif mencukupi. Pemberian pupuk sendiri berjangka dan berkala. Ya sebulan cukup satu kali menyemprotkan," terang Ade. Ade menyebut, kebanyakan komunitas petani porang mengasumsikan dapat panen dalam satu musim. Itu tidak salah. Hanya saja menurutnya lebih baik dua musim untuk sekali panen. "Saya tidak merekomendasikan kepada mitra kurang dari dua musim. Kami tetap mengedukasi satu musim itu untuk pembuatan bibit umbi. Kemudian musim kedua tanam kembali untuk musim produksi. Jadi masa tanamnya 18 bulan satu kali panen," imbuhnya. Alasan dua musim waktu yang tepat untuk panen, karena terkait kandungan glukomanannya. Karena porang dinilai dari kadar glukomanan, bukan beratnya. Pihaknya juga telah mengirimkan sampel ke Univesritas Gadjah Mada (UGM) untuk menilai kandungan glukomanan dan asam oksalat dari Porang Paser. Petani porang di Paser sendiri sudah pernah panen. Di mana saat ini sudah memproduksi 10 ton umbi basah, kemudian setelah kering mendapatkan chips seberat 1,6 ton. Selanjutnya dikirim ke Jawa Timur. "Ya dari 10 hektare tanaman porang bisa menghasilkan 5 ton umbi porang," aku Ade. Sejauh ini Pemkab Paser cukup kooperatif mendukung. Hanya saja, ditekankannya, petani porang tak perlu harus merengek berlebihan. Ia menekankan bahwasanya petani dituntut bisa mandiri. "Di mana mandiri itu, kami tidak akan pernah merengek kepada pemda. Tetapi memohon kebijakan pemda tentang porang. Contoh kasus keberadaan bibit porang. Pihaknya mengharapkan pemda menyegerakan adanya sertifikat ataupun menetapkan sertifikasi kawasan yang menjual kelaikan bibit porang di Kabupaten Paser. Sehingga petani bisa mendapatkan maupun menghasilkan kualitas bibit yang baik," urainya. Lanjut Ade, petani tak perlu risau memperolah bibit mengingat di Kabupaten Paser bibit cukup berlimpah. "Kenapa harus terpaku dari luar daerah yang katanya superior. Padahal iklim di Paser berbeda jauh dengan di Jawa," tambahnya. Dari informasi BMKG, saat ini Indonesia memasuki musim kemarau basah. Hal ini disebut tidak bagus untuk porang, termasuk di Kabupaten Paser. "Tetapi ada anomali khusus di Kabupaten Paser yang mana per hari ini petani porang sudah bisa menyemai bibit, karena banyak bibit yang sudah mulai tumbuh," pungkas Ade. Pihaknya juga mengharapkan pemerintah daerah bisa meniru langkah atau kebijakan dari Pemprov Jawa Timur. Yang berani menggelontorkan dana melalui perbankan untuk pengembangan bagi petani umbi porang. ASA/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: