Mendorong Ekspor Komoditas Super Prioritas

Mendorong Ekspor Komoditas Super Prioritas

­­Balikpapan, nomorsatukaltim.com Kementerian Pertanian menetapkan tanaman porang sebagai salah satu komoditas super prioritas. Potensi umbi-umbian ini sangat besar untuk meningkatkan ekspor pertanian. Di Kaltim sudah ada 300 hektare tanaman porang menunggu panen. Agustus nanti, target pelepasan ekspor perdana akan dilakukan.

Penetapan sebagai komoditas super prioritas sangat menjanjikan bagi sektor pertanian di Kaltim. Mengingat, dengan luasnya lahan yang dimiliki, Kaltim sangat berpeluang membudidayakan “harta karun” Indonesia ini. Untuk itu, Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan membuat gebrakan untuk menarik lebih banyak minat petani. Salah satunya dengan mengupayakan pelepasan ekspor perdana pada 19 Agustus mendatang. Agenda bertajuk Merdeka Ekspor yang dipusatkan di Denpasar, Bali ini akan dipimpin Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Seluruh unit pelaksana teknis (UPT), termasuk di Balikpapan akan mengikuti secara daring. “Harapannya saat itu kita bisa ikut andil meluncurkan porang sebagai komoditas ekspor baru dari Kaltim,” terang Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan, Ridwan Alaydrus, ditemui di kantornya Jalan Pelita, Sepinggan, Balikpapan Selatan, kemarin. Pelepasan ekspor perdana ini sebagai tanda bahwa Kaltim siap mengambil peran dalam pengembangan porang. Hal ini tentu saja diharapkan bisa menarik minat investor. Baik untuk membuka lahan inti dan plasma, juga mendirikan pabrik pengolahan. Sekadar informasi, di Pulau Jawa saat ini sudah ada sekira 17 pabrik pengolahan porang menjadi produk jadi. Baca Juga: Budi Daya Porang di Kukar Terkendala Pengadaan Bibit “Nah, harapannya kita juga bisa. Tidak hanya menghasilkan raw material. Tapi setengah jadi berbentuk chips atau langsung produk jadi seperti beras, mi dan lain-lain,” beber Ridwan, didampingi Fungsional Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan, Encep Suwandi AM. Seperti diketahui, umbi porang memiliki nilai ekonomis tinggi karena mengandung glukomanan. Kandungan ini baik untuk kesehatan dan dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan dan keperluan di industri farmasi. Dengan adanya nilai tambah pada olahan porang, akan berdampak positif langsung kepada petani. Tentu untuk mencapai hal ini perlu partisipasi banyak pihak. Termasuk pemerintah daerah dan perbankan untuk membantu permodalan petani. “Harus dari semua lapisan,” sebutnya. Ridwan menyebut tanaman porang akan berefek sangat besar bagi sumbangsih perekonomian. ENDEMIK PORANG BORNEO Geliat budi daya porang di Bumi Etam lahir langsung dari beberapa kelompok petani. Yang saat ini ditindaklanjuti dengan membentuk Perkumpulan Petani Porang Kalimantan Timur (P3KT). Terdiri dari penggiat dan petani yang ingin membesarkan budi daya porang. P3KY juga akan berperan memfasilitasi petani, pemerintah daerah, perbankan, investor dan mitra usaha lainnya untuk meningkatkan laju budi daya. Misal membantu petani baik dari sisi bibit, permodalan bahkan investor untuk mendirikan pabrik pengolahan. Baik produk setengah jadi maupun jadi produk langsung. “Jumlah anggota P3KT dari 10 kabupaten-kota ada 325 petani. Dengan 300-400 hektare lahan porang yang sudah ditanam,” beber Encep, yang juga menjabat sekretaris P3KT. Tiga daerah yang menjadi sentra pertanian juga memiliki luas lahan tanam porang paling besar. Yakni di Kabupaten Tanah Grogot, Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Beruntungnya Kaltim, kata Encep, punya varietas porang endemik. Yang diberi nama Porang Borneo. Porang khas ini lebih tahan hidup. Ada dua jenis endemik yang dimiliki Kaltim. Pertama, tanaman porang berdaun lebar dengan biji katak sedikit tapi menghasilkan umbi porang berukuran besar. Yang kedua adalah yang berdaun kecil, biji katak banyak tapi menghasilkan umbi tidak terlalu besar. Untuk informasi, katak porang adalah buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang. Katak bisa dijadikan bibit tanaman porang. “Dua jenis varietas ini akan disertifikasi benih sebagai endemik porang Kalimantan,” sebut Encep. Pangsa Pasar Dunia Dalam pasar internasional, porang dimanfaatkan setidaknya untuk tiga bidang. Pertama, industri farmasi. Sebagai contoh untuk campuran pembuatan kapsul obat dan pembuatan kosmetik. Lalu, juga digunakan untuk sektor industri. Misalnya untuk campuran kertas. “Industri dirgantara kabarnya juga menggunakan produk porang. Sehingga mulai diminati negara-negara Eropa. Terakhir untuk makanan, seperti mi, agar-agar dan beras yang banyak dikonsumsi warga Jepang,” terang Encep. Sebagai tanaman musiman yang panen dalam waktu 8 bulan, Kaltim sudah mulai memanen sejak tahun lalu. Hanya saja, kata Encep, volumenya masih sedikit. Pada rencana pelepasan ekspor Agustus nanti, P3KT akan mengolah hasil panen menjadi bahan setengah jadi untuk kemudian diekspor. P3KT pun sudah membentuk wadah yakni Koperasi Porang Borneo. Melalui koperasi ini, akan bekerjasama dengan investor mendatangkan mesin pengolahan. Agar bisa memberikan nilai tambah pada porang. Sebagai gambaran, satu kontainer porang ekspor dengan bahan setengah jadi bisa dihasilkan dari 80 ton umbi porang. Untuk memenuhi itu, cukup hanya memproduksi dari 2 hektare lahan. Jika melihat luas tanam yang saat ini dimiliki P3KT, maka volume ekspor akan sangat besar untuk direalisasikan. Porang dari Kaltim pun akan menyasar negara seperti Jepang, Vietnam, Taiwan, Tiongkok dan Hong Kong. “Namun yang diperlukan adalah menjaga kontinuitas ekspor. Karena perdagangan internasional harus memenuhi kontrak yang disepakati dengan buyer. Itulah kenapa kita kuatkan pondasi di bawah, kita buka etalase di luar, maka ini akan berkesinambungan. Itulah yang kita usahakan dengan berbagai stakeholder. Menyiapkan rantai dari hulu sampai ekspornya nanti,” tutup Ridwan Alaydrus. BEN/ENY      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: