Pisang Kepok Grecek Semakin Mendunia; Setelah Malaysia, Kini Dipesan Iran dan Amerika

Pisang Kepok Grecek Semakin Mendunia; Setelah Malaysia, Kini Dipesan Iran dan Amerika

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Permintaan pisang kepok grecek dari Kaltim kembali menggeliat. Selain negeri jiran Malaysia, Iran dan Amerika nun jauh di sana juga dikabarkan berminat. Ekspor pun akan dilakukan dalam waktu dekat.

Kabar akan dimulainya ekspor pisang kepok grecek Bumi Etam ke Negeri Paman Sam tentu menggembirakan. Setelah dua tahun lalu dimulai dengan Kuala Lumpur, pisang dari Kutai Timur akan menjadi konsumsi negara benua lain. Terlebih, tahun lalu ekspor sempat terhenti. Yang menyebabkan permintaan Malaysia tidak bisa dipenuhi. Beruntung tahun ini pekebun pisang mulai memenuhi permintaan ekspor. Meski pengiriman harus melalui Jakarta. Ketua Koperasi Taruna Bina Mandiri Priyanto mengamini hal itu. Ia mengatakan, pisang dari Desa Kadungan Jaya, Kecamatan Kaubun, Kutai Timur dikirim ke pelabuhan peti kemas, Balikpapan lalu ke Jakarta. “Dikirim dari Jakarta langsung ke Kuala Lumpur,” jelasnya, baru-baru ini. Alasan minimnya kuota masih menjadi persoalan ekspor harus transit ke Pulau Jawa. Hal ini menambah panjang waktu pengiriman. Yang akan memakan waktu selama 13 hari. “Mulai masuk (ekspor) ke Malaysia tahun 2019, itu berjalan sebulan 2 kali pengiriman,” jelasnya. Bulan ini, Koperasi Taruna Bina Mandiri melakukan ekspor pada 20 Juni sebanyak 2 kontainer 20 feet yang mencapai 34 ton. Lalu 24 Juni lalu sebanyak 2 kontainer 20 feet dengan muatan 36 ton. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat dan Iran akan dilakukan pada akhir Juni dan awal Juli mendatang. “Dari Amerika akan dikirim 2 kontainer 40 feet akhir bulan, dan ke Iran pada 7 atau 8 Juli, sebanyak 1 kontainer 20 feet,” sebutnya.   Tingginya minat pasar internasional membuat pihaknya menargetkan ekspor ke lima negara tujuan hingga akhir tahun nanti. Priyanto berharap permintaan ekspor ini dapat berjalan secara terus-menerus, walaupun tidak langsung ke negara tujuan. “Upaya yang dilakukan adalah terus meningkatkan jumlah produksi pisang kepok,” ujarnya. Pisang kepok memang dikenal memiliki banyak manfaat. Sehingga semakin digemari banyak negara di dunia. Bentuknya padat dan gempal. Daging buahnya ada yang berwarna putih dan kuning. Keduanya sama-sama lezat, bernutrisi, dan padat gizi. Bisa diolah dengan cara direbus atau dikukus. Untuk itu, Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kalimantan Timur terus melakukan penguatan produksi dan pengembangan. Kepala Bidang Produksi Hortikultura DPTPH Kaltim Erry Erriadi mengatakan, pengembangan komoditas dilakukan di Kabupaten Kutai Timur dengan didukung oleh upaya pengadaan bantuan kepada petani. “Total pagu anggaran untuk pengadaan benih pisang 27.000 polybag, 385 liter herbisida dan kapur dolomit 80 kilogram adalah Rp 702,5 juta,” ujarnya, seperti dikutip dari bisnis.com, pekan lalu. Erry menambahkan, masih terdapat potensi 500 hektare lahan untuk pengembangan. Yang akan dialokasikan pada tahun anggaran 2022. Pisang kepok juga dipasarkan memenuhi kebutuhan lokal Kaltim. Seperti ke Samarinda, Balikpapan, Bontang dan Sangatta. Peluang inilah yang membuat DPTPH Kaltim saat ini menjamin ketersediaan benih pisang kepok grecek. Dengan memberdayakan penangkar bibit pisang di Kutim serta melalui peran UPTD padi dan hortikultura. “Untuk menjadikan Pisang kepok grecek unggul, orientasi ke depan untuk benih di UPTD akan diperbanyak dengan sistem kultur jaringan,” terang Erry. Kendati demikian, laboratorium kultur jaringan yang dimiki saat ini terkendala soal keadaan gedung dan sumber daya manusia. Rencananya, ruangan laboratorium akan ditambah dan direnovasi. Serta aka nada pelatihan SDM dalam mendukung kegiatan pengembangan bibit pisang kepok grecek. Erry menuturkan, pihaknya telah mengusulkan Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui anggaran APBN-P maupun APBN 2022 dalam rangka pembangunan gedung laboratorium tersebut. “Jadi 2022 sudah bisa action (pembangunan) fisik gedung untuk mengakomodir pengembangan bibit,” tuturnya. Pengembangan bibit saat ini dilakukan dengan cara konvensional. Yaitu tunas bibit pisang di penangkaran diperbanyak melalui bonggol pisang untuk memperbanyak bibit pisang kepok grecek. Adapun, Erry mengakui pihaknya juga tengah melirik potensi jenis pisang Cavendish yang akan didorong untuk melakukan ekspor selain varietas unggulan pisang kepok grecek. “Kita tetap pantau, (sekarang) dalam tahap nego,” sebutnya.

Direct Call Lebih Murah

Sementara itu, Direktur Utama PT Kaltim Karingau Terminal (KKT) Abdul Azis mendorong pengusaha UMKM melaksanakan ekspor melalui Kaltim. Mengingat nilai lebih yang akan diperoleh dari daerah pengekspor. “Baik dari sisi waktu dan biaya pengiriman akan lebih efisien. Apalagi nilai lebih daerah pengekspor akan diperoleh Kaltim,” tukas Abdul Azis. Untuk mendorong itu, pihaknya memiliki pelayanan direct call atau ekspor langsung ke negara tujuan. Bahkan layanan kemudahan juga diberikan bagi UMKM yang melaksanakan eskpor. Abdul Azis menyebut bahwa permintaan ekspor pisang kepok pada 2020 lalu tidak ada. Terakhir dari datanya, ekspor terakhir kali dilakukan pada 2019 lalu. “Itu disebabkan volume untuk ekspor kurang. Tetapi sekarang belum ada informasi lagi,” tutupnya. Diketahui, Pemprov Kaltim semakin menyeriusi potensi komoditas ini. Dari data yang diperoleh, perluasan lahan kembali dilakukan di Kutai Timur. Yakni mencakup tiga kecamatan; Bengalon, Kaubun dan Kaliorang. Nama terakhir, pernah berada pada masa kejayaan sebagai penghasil pisang. Era itu terjadi bahkan di masa awal berdirinya Kecamatan Kaliorang. Selain pisang, juga ada padi, kakao dan kelapa menjadi sektor unggulan. Beras dan kopra kelapa diangkut dengan kapal untuk dijual ke Sangkulirang dan Bontang. Sementara pisang hanya berharap ada pembeli datang. Truk-truk pengangkut material sebelum kembali ke Samarinda akan membawa pisang dari Kaliorang. Yang mayoritas adalah jenis Pisang Kepok Grecek Borneo. Saat itu harganya masih murah. Rp 200 per sisirnya. Menjualnya pun cukup sulit. Karena hanya berharap mobil berukuran besar tiba di Kaliorang. Saking buruknya akses jalan saat itu. Menjelang era 2000-an harga pisang melonjak naik. Menjadi Rp 400, Rp 600, Rp 800 yang cukup bertahan lama. Hingga Rp 1.000 per sisirnya. Bersamaan dengan akses jalan yang sudah mulai bisa dilalui mobil jenis pikap. Sejak saat itu, pisang mengalami masa jayanya. Ketimbang kelapa, petani setempat lebih suka merawat pohon pisangnya. Sembari menanam padi sawah juga. Tapi memasuki 2004, bencana pisang terjadi. Virus melanda. Pohon pisang menguning dan berangsur mati. Sementara yang berhasil tumbuh hingga berbuah, bagian dalam buah pisangnya rusak. Tak layak makan apalagi untuk dijual. Kemudian Pemkab Kutim pimpinan Awang Faroek Ishak saat itu sedang gencar-gencarnya menanam kelapa sawit. Momen yang bersamaan. Membuat para petani tergoda pindah ke kelapa sawit. Apalagi pemerintah memberi banyak stimulus. Dari bibit gratis, pupuk gratis, sampai dibukakan lahan. Pisang-pisang mereka tebangi. Ada yang dibakar. Hanya segelintir yang mempertahankannya. Namun kini harga pisang kepok kembali “gurih”. Bahkan semakin memperluas pasarnya ke mancanegara. FEY/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: