Kobexindo Klaim Tak Rusak Gua Segegeh

Kobexindo Klaim Tak Rusak Gua Segegeh

KUTIM, nomorsatukaltim.com – Selain polemik mengenai tenaga kerja asing, PT Kobexindo Cement juga disebut merusak objek wisata Gua Segegeh. Mengenai itu, pihak perusahaan langsung menepis isu tersebut.

Usai hearing soal tenaga kerja di DPRD Kutim, manajemen Kobexindo langsung diserbu pewarta. Salah satu yang dikonfirmasi perihal kondisi Gua Segegeh. Objek wisata itu terletak di Desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang, Kutim. Kabarnya, kondisi gua itu rusak dan tak bisa jadikan objek wisata lagi. Karena saat ini sedang proses pematangan lahan untuk pembangunan pabrik semen. Manager Corporate Social Responsibility (CSR) PT Kobexindo, Widi Subekti membantahnya. Hingga saat ini gua tersebut masih ada. Ia memastikan kondisinya pun tidak ada kerusakan sedikit pun. “Bahkan kami sedang memasang pagar di gua tersebut. Agar tidak ada kerusakan sedikit pun,” ucap Widi. Namun dirinya tidak bisa memastikan, apakah gua tersebut nantinya tetap layak jadi objek wisata. Bahkan ia juga tak dapat memberikan jawaban, apakah Gua Segegeh masih dapat diakses oleh masyarakat umum. “Kita lihat nanti seperti apa. Pastinya kami akan membuat desain agar gua itu tetap utuh,” tuturnya. Lantaran gua tersebut memang masuk dalam areal pembangunan pabrik semen. Maka otomatis kewenangan terhadap objek wisata itu berada di tangan Kobexindo. Hingga nantinya, sulit bagi warga mengakses Gua Segegeh itu. “Sebenarnya bukan rusak, justru kami lindungi agar kondisinya tetap terjaga,” paparnya. Sementara kalangan aktivis Fraksi Rakyat Kutim menilai, hilangnya akses masyarakat terhadap objek wisata itu adalah kerugian. Sebab potensi wisata jauh lebih bermanfaat jika dibanding dengan hadirnya pabrik semen. “Kalaupun masih ada, saya yakin Gua Segegeh tidak bisa diakses warga lagi nantinya,” ucap Erwin Syuhada, aktivis Fraksi Rakyat Kutim. Maka hal ini adalah ancaman bagi objek wisata lain. Tempat wisata itu adalah Pantai Jepu-Jepu. Jika terjadi demikian, maka kesempatan mengelola pariwisata menjadi pendapatan asli daerah (PAD) bagi Desa Selangkau telah hilang. “Lebih jauh masyarakat sekitar yang akan merasakan efek buruk dari kerusakan yang terjadi ini,” tandasnya. (bct/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: