Perempuan di Pusaran Pilkada (4); Ida Prahastuty Enggan Jadi Penonton

Perempuan di Pusaran Pilkada (4); Ida Prahastuty Enggan Jadi Penonton

Bagi Ida Prahastuty memilih jalur di dalam sistem lebih nyata, ketimbang di luar sistem. Ia memutuskan menceburkan diri dalam dunia politik.

Oleh: Muhammad Rafii dan Ariyansah, Disway Kaltim

"JIKA kita di luar dari sistem, kita hanya bisa menjadi penonton saja, hanya bisa memberikan semacam controlling saja." Itu adalah kata-kata Ida Prahastuty. Perempuan yang memutuskan terjun ke dunia politik. Menjadi calon wakil kepala daerah di Kukar.

Lahir 10 Februari 1973 silam. Terjun di dunia politik bukan hal yang baru. Dua periode dia menjadi wakil rakyat di Balikpapan. Periode 2009-2014 dan 2014-2019. Terakhir dia membidangi Komisi IV. Bidang yang konsentrasi menangani urusan kesejahtraan, pendidikan dan kesehatan.

Namun lulusan Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman ini harus gagal terpilih untuk ketiga kalinya. Menjadi calon wakil rakyat.

Tak patah arang. Politisi Golkar ini memilih maju di kontestasi Pilkada 2020 Kukar. Dengan berpasangan bersama politisi senior. Dari partai yang sama. M Ghufron Yusuf.

Hal yang mendasari wanita 46 tahun tersebut terjun ke dunia politik, agar bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. Ida meyakini dengan berada di dalam sistem, baik di eksekutif maupun legislatif, kontribusi nyata bisa diberikan. Kebijakan akan dihasilkan. Tentunya yang ramah dan pro terhadap masyarakat.

Tentang keterlibatan perempuan di dunia politik, Ida berpendapat itu bukanlah hal tabu. Saat ini keterlibatan perempuan bukan hanya sekedar melibatkan diri saja. Tapi ada juga yang berpartisipasi di dalam politik itu sendiri.

Namun keterlibatan itu baru sebatas partisipasi saja. Ida berharap, kedepannya perempuan bisa berada di dalam kebijakan. Sebagai penentu kebijakan. Dan bisa berbuat lebih banyak untuk kaum perempuan itu sendiri.

"Sehingga berbanding lurus dangan tingkat kesejahteraan, perlindungan dan tingkat kemakmuran ke perempuan itu sendiri," papar Ida.

Lebih 10 tahun Ia berkutat di dunia politik. Sebagai wakil rakyat DPRD Kota Balikpapan. Ia bersyukur tidak ada pihak yang terabaikan. Baik itu perannya di dewan, maupun posisinya sebagai ibu dan istri di rumah. Bahkan, keluarga terus memberikan dukungan yang luar biasa.

Ia harus pandai membagi peran. Sebagai orangtua dan istri. Ia harus mengetahui keperluan anak dan suaminya, mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga. Seperti memasak, mencuci dan sebagainya.

Dorongan sang suami juga menguatkan Ida terjun ke dunia perpolitikan. "Suami tahu potensi saya. Dulu juga suami saya berpolitik. Tapi sekarang sudah tidak. Beliau urus usaha, dan juga aktif di kegiatan sosial. Dan saya yang di dunia politik," pungkasnya.

Dan disisi lain, kiprah di dunia politik sebagai pelayan masyarakat. Berbuat banyak untuk masyarakat luas, untuk kesejahteraan masyarakat.

"Alhamdulillah tidak ada yang tidak teruruskan, yang penting dua peran ini tidak boleh terabaikan dan terbengkalai," jelasnya.

Saat ditanya siapa yang menginspirasinya, Ida tegas menjawab. Mother Teresa inspiratornya. Seorang biarawati yang memperjuangkan kemanusian serta hak-hak rakyat miskin. Ida ingin seperti inspiratornya itu. Selalu berbuat baik kepada siapapun. Tanpa harus melihat siapa yang akan ditolongnya.

Mengapa menyasar Pilkada Kukar tahun 2020? Ida hanya menjawab ingin kembali ke kampung halaman suaminya. Ditambah, menurutnya, sudah cukup sepuluh tahun berbuat untuk Balikpapan. Dan dengan momen (pilkada) yang bagus ini. Bisa Ia manfaatkan untuk kembali memberikan kemanfaatan pada masyarakat yang ada di Kukar.

"Apalagi Kukar itu masih membutuhkan sentuhan seorang ibu," pungkasnya.

Pengalaman selama di Balikpapan, Ida membuktikan dirinya dapat bersaing di tengah dominasi para politisi laki-laki. Yang perlu ditekankan, kata Ida, bukan melawan dominasi laki-laki. Tapi bagaimana bersama-sama mengabdi untuk rakyat.

"Di politik, saya pernah di DPRD Balikpapan. Di Bapem Perda, jadi ketua Komisi IV. Kita harus membangun komunikasi politik yang baik. Konsepsi yang dibawa adalah sama. Mengabdi," terangnya. (boy/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: