Kisah Haji Sasa, Crazy Rich Samarinda yang Suka Berderma

Kisah Haji Sasa, Crazy Rich Samarinda yang Suka Berderma

Kecintaan dan ketaan kepada ibunda membuatnya membangun rumah mewah bagi para lansia dan orang-orang telantar. Haji Suriansyah atau Haji Sasa dikenal sebagai crazy rich yang dekat dengan kaum papa. Ia juga dikenal memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan. 

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Seiring malam semakin larut, perbincangan dengan Haji Suriansyah semakin dalam. Lelaki yang peredaran bintang kelahirannya di bulan Juni tersebut, memahami hakikat perhitungan matematika walau hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Samarinda ini. Ilmu matematika jika berdekapan dengan hasrat manusia, maka jatuhnya hanya beredar pada perihal menambah, mengkali, mengurang, namun akan sangat sulit jika membagi. "Seringkali saya ditanya, Pak Haji! Tidak takut uangnya habis, karena kebanyakan berbagi dan bersedekah? Saya tidak pernah takut untuk melakukan perihal tersebut. Karena selama masih bersama dengan jalan Allah, saya tidak akan pernah takut," ujarnya penuh keyakinan. Berawal memang dari orang susah, ia berjalan sejauh ini dengan penuh gelimpangan harta benda semua karena Allah bukan karena manusia. "Ini hanya titipan dari-Nya, saya jalankan untuk kepentingan umat Allah," kata Haji Sasa. Terkait publikasi seperti ini, dirinya benar-benar menghindari dulunya, namun setelah berbincang dengan para Habaib dan Ustadz maka dirinya harus muncul kepermukaan terkait perihal seperti ini. "Dulu saya tidak mau dipublikasikan, berapa banyak masjid saya sumbang dengan melalui perantara orang lain. Hingga banyak orang kebingungan mengenai siapa yang menyumbang atau siapa yang membantu. Namun berangkat dari teguran para habib dan ustadz, yang meminta agar muncul dengan maksud dapat mengajak orang-orang berbuat kebaikan. Jangan takut berbagi, karena berbagi tidak akan mengurangi harta kita," papar Haji Sasa. Haji Sasa membagikan kunci kesuksesannya, bahwa kunci keberkahan dunia dan akhirat, ada pada kedua orang tua. Untuk itulah jika masih memiliki keduanya, jangan sia-siakan mereka. Ketika keduanya diperlakukan dengan kasar, keras, hatinya dibuat sedih dan merana, maka kerugian dan kehinaan akan menyertai orang yang berlaku seperti itu. Apabila salah-satu atau kedua orang tua telah meninggal dunia, maka terapkan tiga amalan yang disebutkan Rasulullah SAW yakni sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan doa anak sholeh. Tidak perlu banyak keluar uang, bangunkanlah masjid, pondok pesantren, tahfidz quran. "Bagaimana bisa! Cukup dengan satu buah bata seharga Rp 1000, kita datangi lokasi di mana ada pembangunan tempat-tempat tadi, lalu sebutkan agar diperkenankan menyumbang atas nama Ibu atau Bapak. Karena Allah tidak pernah melarang dan menilai dari besar kecilnya, namun dari niatan. Allah Maha Pengasih dan Penyayang," terang Haji Sasa. Itu baru satu buah bata bagi pembangunan masjid, jika satu buah bata berlanjut ke madrasah, pondok pesantren, maupun bangunan-bangunan bermanfaat lainnya dijalan Allah. Maka berapa pahala yang didapatkan oleh orang tua yang mendapatkannya di alam kubur. Ini bukan hitung-hitungan manusia, ini hitungan diluar kertas, ini hitungan Allah. Kalau hanya berharap hitungan manusia, menurut Haji Sasa paling banyak hanya hitungan pujian satu hari. Diberi Rp 100.000 dipuji-puji, esok hari tentu permintaanya akan bertambah dan macam-macam. Sementara Allah tidak memakai perhitungan seperti itu, jangankan satu bata, segenggam pasir saja akan berkah, lakukan demi kedua orang tua. "Hal ini untuk terus meyakinkan diri, bahwa tetap ada cara untuk berbakti dengan keduanya. Ya seperti yang saya sebutkan tadi, dimana ada kesempatan untuk berbuat baik dan jadi amal jariyah untuk kedua orang tua maka lakukanlah. Saya terkadang sampai ke daerah-daerah yang tak dikenal secara pribadi, di kampung kecil saya bangun masjid hingga ke Kota Bangun, Kukar tetap ditebar semangat berbagi," jelasnya lebih jauh. (*)   Pewarta: Bayu Surya 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: