3 Kunci Jika Kaltim Ingin Pulihkan Ekonomi

3 Kunci Jika Kaltim Ingin Pulihkan Ekonomi

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi nasional dan global sangat terasa pada triwulan II-2020. Pada triwulan I-2020, ekonomi nasional masih tumbuh sebesar 2,97%.

Angka itu turun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019 sebesar 5,07%. Hal itu disebabkan pengaruh eksternal, di mana COVID-19 sudah merebak di sejumlah negara. Dengan berdampaknya secara nasional, maka ekonomi Kaltim pun ikut terdampak di tahun 2020. Ekonomi Bumi Etam tahun lalu mengalami kontraksi terdalam paling tidak dalam 10 tahun terakhir. Kontraksi ekonomi utamanya disebabkan kontraksi sektor tambang akibat COVID-19 secara global. Kontraksi lebih dalam didorong oleh pelemahan beberapa sektor lainnya, yang sudah menurun beberapa tahun terakhir. "Masuk tahun 2021, kondisi perekonomian mulai menunjukkan perbaikan seiring dengan perkembangan global, nasional dan regional," jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Tutuk SH Cahyono, dalam Webinar Focus Group Discussion Kolaborasi Pemulihan Ekonomi Regional yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, Selasa (8/6). Ia menyebut pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 terjadi divergensi pemulihan. Meskipun ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok masih lebih kuat dari prakiraan, tetapi hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. “Perekonomian nasional pada kuartal I/2021 masih terkontraksi 0,74 persen, tapi lebih baik dibandingkan kuartal IV/2020, yaitu 2,19 persen,” tuturnya. Di Kaltim, Bank Indonesia mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan yang inklusif dan efisien. “Kami melakukan akselerasi digital seluas-luasnya melalui QRIS dan edukasi serta sosialisasi baik dari sisi supply dan demand,” terang Tutuk. Ia menilai sinergi kebijakan dalam mendorong pembiayaan perbankan bagi dunia usaha dapat dilihat dari sektor riil. Pasalnya, pemulihan korporasi berlangsung dengan kebutuhan investasi masih rendah. Hal ini menyebabkan konsumsi rumah tangga terbatas pada kebutuhan primer, khususnya kelompok menengah-atas sebagai pendorong konsumsi domestik. Untuk itu, Tutuk mengungkapkan, bahwa pihaknya bersinergi mendorong kredit ke sektor prioritas. “Diarahkan pada kredit dan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas dengan kontribusi besar pada PDB dan ekspor,” ungkapnya. Di mana likuiditas atau quantitative easing di perbankan telah ditambahkan sebesar Rp 88,91 triliun pada tahun ini. Menurut Tutuk, perbaikan ekonomi di Kaltim baik secara tahunan maupun secara kuartal masih relatif terbatas. Yang disebabkan terbatasnya pertumbuhan sektor pertambangan batu bara di tengah kenaikan harga batu bara. “Bisa dilihat sektor pertambangan meningkat, (yaitu) pada kuartal IV/2020 minus 4,35 persen dan pada kuartal I/2021 jadi minus 3,93 persen,” ujarnya. Kendati demikian, tutuk mengungkap hal tersebut belum banyak mendorong pertumbuhan ekonomi di Kaltim. “Dengan pangsa mayoritas, kenaikan harga komoditas batu bara dan CPO dapat mempercepat pemulihan di Kaltim, tapi belum signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya. Disebutkannya, kabupaten-kota sebagai penghasil batu bara mayoritas ekonominya kurang inklusif. “Bisa kita lihat seperti Kutim, Kubar, Paser, PPU dan Kukar,” kata Tutuk. Ia menilai ketergantungan ekonomi Kaltim terhadap batu bara dihadapkan pada sejumlah tantangan. "Lalu mampukah sektor utama (pertambangan) menopang pemulihan dan penguatan ekonomi Kaltim dalam jangka panjang?," ucapnya. Tantangan yang akan dihadapi adalah, pertama ekonomi Kaltim tumbuh relatif rendah, tidak stabil dan tidak berkesinambungan. Sangat bergantung dinamika harga batu bara internasional dan cadangan batu bara. Kedua, di satu sisi, permintaan batu bara dunia semakin berkurang sejalan upaya pengurangan emisi karbon untuk menahan laju pemanasan global. Permintaan Amerika Utara dan Eropa diprakirakan akan semakin berkurang hingga 2040. Permintaan Asia Pasifik diperkirakan stagnan sejak 2035. Di sisi lain, upaya pengembangan EBT yang ramah lingkungan semakin meningkat. Ketiga, dampak penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan relatif rendah dan cenderung padat modal. Keempat, daerah utama penghasil batu bara menciptakan ekonomi yang kurang inklusif dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi. Melihat tantangan tersebut, BI memiliki strategi percepatan dan pemulihan sekaligus penguatan ekonomi Kaltim. Yaitu dengan percepatan vaksin, 3 prioritas pengembangan dan penguatan kawasan industri atau kawasan ekonomi khusus. “Pertama, pengembangan hilirisasi berbasis SDA melimpah, kedua, pengembangan pariwisata unggulan dan ketiga, pengembangan UMKM berdaya saing,” imbuh Tutuk. Direktur Utama PT Transkon Jaya Tbk Lexi R Rompas yang juga hadir dalam FGD mengatakan, sedari awal telah menjadi bagian dari industri pertambangan melalui penyediaan jasa kendaraan. “Kami mengikuti semuanya kondisi-kondisi pertambangan, karena awalnya kami memang banyak sekali mengeksplorasi pertambangan sebelum masuk ke industri pertambangan,” katanya. Lexi mengaku sempat merasakan peliknya usaha pertambangan beberapa tahun lalu. Namun, hal tersebut yang membuat PT Transkon Jaya untuk melantai di bursa saham sebagai perusahaan terbuka. “Salah satu yang membuat kami terpukul adalah kondisi di mana pada saat itu dunia perbankan seakan-akan menutup semua pintu,” ungkapnya. Dengan demikian, Lexi melanjutkan, pihaknya memutuskan untuk menghimpun dana publik sebagai bagian dari investasi yang akan dilakukan perusahaan, sekaligus upaya pemulihan ekonomi. “(Dana IPO) Kami gunakan untuk membeli aset dan kendaraan sekaligus kami gunakan untuk investasi di luar Kalimantan,” sebutnya. Selanjutnya, perusahaan dengan emiten TRJA tersebut membuat langkah proses antisipasi dan mitigasi dalam menyikapi kondisi pertambangan di Kalimantan, yang dianggap belum bisa menggunakan 100 persen kemampuannya. “Kami melakukan ekspansi ke luar Kalimantan khususnya ke wilayah Indonesia timur,” katanya. Kemudian, ia menuturkan bahwa pihaknya telah memanfaatkan kondisi tersebut dengan menggunakan semua dana dalam bentuk investasi dan dapat kembali dirasakan publik. “Dengan menggerakkan ekonomi yang ada di Transkon seperti membayar gaji tepat waktu, THR tepat waktu, itu semua akan membuat yang ada di sekitar PT Transkon bergerak (baik itu) market, supplier (maupun) distributor,” tuturnya. Lebih lanjut, Lexi menegaskan pihaknya sebagai perusahaan lokal menggunakan jalur lokal yaitu melalui bursa efek Kaltimtara. Tepat 27 Agustus 2020, TRJA resmi melantai di bursa saham pada saat pandemi sedang berlangsung. “Jadi semua lokal, perusahaan lokal, menggunakan regulator lokal untuk mendapatkan dana dari lokal juga,” pungkasnya. (fey/eny) https://www.youtube.com/watch?v=X8q2fNW4Jac

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: