Akhir Cerita Kampus Melati Samarinda, Dibangun Ardans, Tamat di Masa Isran

Akhir Cerita Kampus Melati Samarinda, Dibangun Ardans, Tamat di Masa Isran

Kampus Melati Samarinda tutup buku. Postingan Rusli Masroen di akun media sosialnya menandai berakhirnya kebersamaan Yayasan Melati dengan SMAN 10 Samarinda. Konflik panjang di sekolah favorit itu tak bisa diperbaiki, meski jalan keluar dicari sejak kepemimpinan Awang Faroek Ishak. Yayasan Melati yang fokus di bidang pendidikan, dibentuk pendahulu AFI, Haji Muhammad Ardans.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - SMA 10 Melati yang dinaungi Yayasan Melati adalah wujud ikhtiar para tokoh Kaltim di era kepemimpinan gubernur kelahiran Sangasanga itu. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan mutu pendidikan di Benua Etam. Agar para pemuda yang dilahirkan kemudian mampu bersaing dan berbicara banyak bagi pembangunan di daerah. Yayasan itu digagas sedikitnya oleh 10 orang tokoh pada 1994. Dikomandani M. Ardans sendiri. Salah satu tokoh penggagas yang masih hidup hingga kini adalah Rusli, tokoh pendidikan Kaltim pemilik kerajaan bisnis Mesra Group. Dalam segala keterbatasan ingatan dan kemampuannya, tokoh berusia 82 tahun itu menceritakan hikayat berdirinya hingga sengketa yang mendera Yayasan Melati selama bertahun-tahun, kepada Disway Kaltim ketika ditemui di kediamannya di komplek Kampus Bunga Bangsa, Jalan DI Panjaitan Samarinda, Rabu (2/6). Ia mengisahkan, bahwa SMA Melati di bawah naungan Yayasan Melati sejatinya telah mulai dirintis sejak 1994. Berangkat dari keresahan M. Ardans, yang menjabat Gubernur Kaltim periode 1988-1993 dan periode 1993-1998. Melati adalah nama sebuah jalan di depan SMA 1 Samarinda saat itu. Yang kini menjadi Jalan Bhayangkara. SMA 1 Samarinda dulunya adalah sekolah yang didirikan oleh sebuah yayasan yang dinamai SMA Melati. Dalam perjalanannya kemudian, SMA Melati di Jalan Melati atau kini Jalan Bhayangkara, berkembang menjadi SMA Negeri, yang disebut SMAN 1 Samarinda. Orang-orang lulusan SMAN 1 Samarinda menurut Rusli cukup berperan di Kaltim pada medio 1990-an. Beberapa alumninya adalah M. Ardans itu sendiri. Kemudian M. Rusli dan termasuk kemudian Awang Faroek Ishak. Singkat cerita, para lulusan utamanya M. Ardans mengevaluasi mutu pendidikan di Kaltim. Kesimpulannya kualitas pendidikan di daerah ini dinilai jauh tertinggal. Ketika dibandingkan dengan mutu pendidikan di Pulau Jawa. Salah satu parameternya ialah kesulitan pemuda Kaltim saat itu bersaing untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Misalnya kampus-kampus sekaliber ITB, UI, UGM, Undip dan kampus kampus teratas lainnya di Pulau Jawa. "Mentok-mentok lolos di Unmer Malang," kata Rusli dalam keterbataaannya berbicara. Ardans juga disebut resah, karena para putra daerah tak ada yang mampu menembus posisi pimpinan di BUMN-BUMN yang berkantor di Kaltim. Termasuk sekadar untuk menjadi camat, lurah dan sebagainya. Semangat untuk membangun sebuah sekolah unggulan yang bermutu tinggi setelah membandingkan kualitas para lulusan SMA di Kaltim dengan sekolah-sekolah di Jawa kemudian kian mencuat. Kondisi itu memang tak bisa disalahkan, kata Rusli, sebab kualitas pribadi pemuda di Kaltim disadari kurang mumpuni. "Kita akhirnya disadarkan oleh kenyataan itu. Pak Ardans itulah, pada periode keduanya sebagai gubernur memanggil saya. Karena saya saat itu adalah seorang sarjana pendidikan lulusan IKIP Malang," katanya. M. Ardans bilang kepada Rusli; "kalau terus begini ujung-ujungnya kita cuma bisa jadi tukang demo, tukang protes, karena memang kompetensinya rendah. Tidak akan dilirik BUMN karena memang kalah bersaing." Lama-lama akhirnya M. Ardans berpikir, adakah satu cara untuk memajukan pendidikan di Kaltim. Setelah banyak berdiskusi dengan berbagai pihak, munculnya gagasan sekolah Melati. M. Ardans menawarkan kepada Rusli untuk membantunya mewujudkan cita-cita mulia itu. Rusli menerima permintaan sang gubernur. Ia mengajak tokoh-tokoh pemuda Kaltim jebolan Pulau Jawa. Kepada para tokoh intelektual yang dirangkulnya, Rusli berkata; bahwa pengalaman para tokoh di daerah kelahirannya saat itu memang payah dalam menggalang persatuan. Lebih banyak berkelahi dari pada rukun. Itu sangat disesalkan. "Sekarang kita mau membangun sekolah unggulan. Syarat utamanya adalah bersatu dulu. Bersepakat." kata dia waktu itu. Membangun sekolah disadari perlu biaya. M Ardans menyanggupi. Ia menyisihkan anggaran Pemprov untuk membangun sekolah unggulan itu. Dicarilah lokasi strategis. Rusli diminta memilih lahan. Dana yang disiapkan tak terbatas nominalnya, kata dia. Sebab sekolah yang akan dibangun harus dilengkapi sarana-prasarana terbaik termasuk fasilitas asrama. Akhirnya dilakukan studi banding ke beberapa sekolah unggulan di Pulau Jawa dan Sumatera. Tim yang dibentuk juga memanggil akademisi dari Unmul ikut berkontribusi pikiran. Rusli bilang minta waktu dan biaya untuk melakukan studi banding itu. M. Ardans menyanggupi lagi. Rusli membawa serta 10 orang sejawat lainnya. Dengan biaya tak terbatas tadi. Setelahnya hari-hari tim penggagas dihabiskan berdiskusi di hotel Mesra. Rusli, yang saat itu menjabat Ketua Kadin Kaltim dua periode mengatakan, hampir 100 persen biaya pembangunan sekolah unggulan ini bersumber dari APBD. Yang disisihkan setiap tahunnya. "Tapi sifatnya bukan belanja wajib, diambil dari slot anggaran Bansos dulu namanya." Bansos saat itu adalah sisa dana APBD yang tak terpakai oleh pemerintah. Lalu diserahkan kepada masyarakat untuk dimanfaatkan dan dipertanggungjawabkan sebaik-baiknya. Proses yang berlangsung beberapa tahun itu akhirnya mengerucut. Maka dibentuklah yang namanya Yayasan Melati. Yang berasal dari nama sekolah M. Ardans dan Rusli di Jalan Melati. Yakni SMA Melati yang kemudian menjadi SMAN 1 Samarinda yang kini telah diubah menjadi museum. Setelah Yayasan berdiri, tanah seluas 14 hektare di Jalan A.M Rifaddin Samarinda Seberang digarap perlahan.  Termasuk membangun jalan 2 kilometer di depan Komplek Perumahan Lipan Hill saat ini. Menuju Jalan A.M. Rifaddin. Rusli mengatakan, pengupasan lahan yang berbukit-bukit itu dilakukan dengan meminjam traktor. Sebagian sewa. Dan sebagain hanya membayar dengan BBM. "Jadi awal perjuangannya, sekolah itu sudah dibentuk swasta. Karena saat itu, Pemprov tidak ada kewenangan mengatur SMA. Yang mengatur Kemendikbud melalui Kanwil Dikbud di daerah," katanya. Awalnya, tim pendiri berharap murid-murid  SMAN 1 bisa ditarik ke SMA Melati yang dibentuk. Tapi ternyata, kualitasnya juga dianggap payah. Padahal sudah dibiayai selama tiga tahun berturut-turut. Sampai akhirnya,  untuk membuktikannya dilakukan test, terhadap 900 anak yang terlibat dalam test pertama itu. Namun yang lulus cuma 9 orang. "Akhirnya bingung, siapa muridnya," tanyanya waktu itu. Padahal gedung sekolah sudah ada, anggaran tidak terbatas. Semua duit pemda di DPRD bisa diminta. Akhirnya timbul gagasan yang diusulkan pejabat  Diknas. Bahwa, Rusli dan kawan-kawan tak usah berharap pada murid-murid SMA 1. Biar SMA 1 berjalan dengan sendirinya. Tim pendiri Yayasan Melati ditawari bergabung dengan SMA 10. Besutan Diknas. Yang juga belum memiliki siswa maupun bangunan  sekolah. Tawaran itu diterima, dengan syarat tetap menggunakan nama Melati. Lahirlah SMA 10 Melati. Itulah yang kemudian dibina diberi beasiswa. Yang akhirnya lulusannya terbukti mampu menembus UGM, ITB, ITS, UI dan sebagainya. Hal Itu disebut salah satu indikasi awal keberhasilan SMA 10 Melati. Satu-satunya sekolah di Kaltim saat itu yang menerapkan sistem boarding school. Yang dibina tentara. Dari satuan Batalion di Samarinda. Rusli kemudian membayangkan, 10 tahun setelah berdiri, alumni SMA 10 Melati akan mampu menduduki kursi pimpinan BUMN-BUMN di Kaltim. Tetapi kenyataan berkata lain, era kepemimpinan Awang Faroek Ishak sebagai gubernur Kaltim, semuanya berubah. Rusli mengatakan, AFI, sapaan Awang Farouk Ishak, mendapat masukan dari Kemendikbud, tentang pendirian sebuah sekolah yang bertaraf internasional. Maka, di mata AFI keinginan itu sangat mungkin diwujudkan. SMA 10 Melati dilirik. Yang dulu skornya 900, tertinggi di Indonesia, dalam hal parameter kualitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Namun, keinginan AFI ternyata bukan saja menjadikan SMA 10 Melati bertaraf internasional. Tetapi ia juga ingin mengambil alih sekolah tersebut dari Yayasan Melati. Tapi, Rusli dan Yayasan Melati yang dibinanya tidak setuju, ia mendatangi AFI, untuk menjelaskan sejarah pembentukan sekolah itu. Ia berpendapat kepada gubernur, bahwa tidak perlu membuat sekolah bertaraf internasional. Itu hanya simbol. Biarkan hasilnya nanti yang mampu berbicara di kancah internasional. Berdasarkan kompetensinya. Namun yang terjadi kemudian, pembicaraan kedua belah pihak berakhir buntu, akhirnya Rusli bilang kepada AFI. "Kalau begitu kita berbeda pendapat. Saya berjuang mempertahankan Yayasan ini, silakan  bapak gubernur berjuang merebut," kenangnya berseteru dengan Wang Farouk Ishak. AFI kemudian tidak tinggal diam. Dia benar-benar bersikeras. Dan mendatangkan Satpol PP. Aset Yayasan Melati di Kampus Melati Jalan A.M Rifaddin kemudian diambil. Kecuali satu, bangunan di sisi bukit. Yang menurut Rusli tak bisa disita begitu saja oleh Pemprov. Bangunan itu dalam pembuatannya dibiyai dengan dana Bansos. Yang kepemilikannya punya aturan sendiri. "Kalau bapak bersikeras mau mengambil tanah, itu hak bapak. Bapak buat SK mencabut surat izin kelola. Tapi bangunan  yang dibangun dari Bansos ini diberi rakyat lewat anggaran DPRD kepada Yayasan  Melati," kata Rasli kepada AFI. Konflik itu kemudian berlangsung lama. Sekolah akhirnya mengalami kemunduran. Setelah SMA 10 diambil alih Pemprov di bawah Awang, Yayasan Melati membentuk SMA Plus Melati,  SD Plus Melati dan SMP Plus Melati di lokasi yang sama; Kampus Melati. "Akhirnya tidak ada yang berkembang, karena terus didera, konflik," sebut Rusli kepada media ini. Yayasan sudah coba berjuang habis-habisan  sampai ke PTUN. Tapi kalah. Namun kalahnya yayasan yang dipimpinnya hanya dalam hal penggunaan aset, tidak dalam hal izin penyelenggaraan pendidikan. Tapi yang menjadi korban adalah sekolah-sekolah unggulan itu, yang dikuasai Pemprov dan Yayasan Melati itu menjadi korban. "Akhirnya aku sendiri merasa salah langkah. Kok mau-maunya masuk ke dalam pusaran konflik. Padahal aku adalah seorang pendidik. Akhirnya aku buat sendiri sekolah Bunga Bangsa. Maju. Yang dimiliki sendiri. Kita punya kurikulum Diknas, Kurikulum Umi, Cambridge. Berjalan dengan baik," ungkapnya mengisahkan. Era kepemimpinan Isran Noor sebagai gubernur Kaltim, sengketa bertahun-tahun ini akhirnya berakhir. Beberapa bulan setelah menjabat, Rusli mendatangi Isran. Ia berkata pada sang gubernur Kaltim itu. "Saya tidak minta berlebihan, karena ini menyangkut pendidikan, kalau mau diambil, ambil sekalian, tapi harus sesuai prosedur. Karena ini milik yayasan. Tapi kalau memang masih  bisa dikelola yayasan, yayasan akan mencoba memulihkan keadaan." jelas Rusli. Ia dan Yayasan melati juga telah membuat program, yang dibuat sedemikian rupa  diserahkan kepada Isran untuk dipelajari. Isran, meminta waktu sebulan untuk mempelajari. Dan setelahnya ia sendiri menemui Rusli di kediamannya. Isran,  menjelaskan bahwa setelah dipelajari, dan berdasarkan telaah bagian hukum Pemprov. Menyimpulkan bahwa Kampus Melati sesungguhnya milik Yayasan Melati. Hanya saja, kata Rusli, Pemprov saat itu meminta waktu dua tahun. Untuk meluluskan semua siswa-siswi SMAN 10 yang dinaungi Pemprov. Sebelum dipindah sepenuhnya ke lokasi SMAN 10 di jalan Perjuangan Samarinda, yang dibangunkan Pemprov. "Minta waktu dua tahun. Begitu selesai tahun 2020 akan diserahkan kepada Yayasan," ujar Rusli. "Biasa saja Pak, 10 tahun kita dizalimi, masa dua tahun kita tidak sabar," katanya saat itu kepada Isran. Namun, baru pada 1 Juni 2021 kemarin, Gubernur Isran Noor mengeluarkan perintah, untuk memindahkan SMA 10 yang tersisa ke sekolah di Jalan Perjuangan. Aset yang tersisa di Kampus Melati, dihibahkan ke Yayasan Melati. "Kemarin diputuskan harus pindah. Ada disposisi segera dipindahkan," ucap mantan anggota MPR RI itu. Di Kampus Melati, tambahnya, kini direncanakan membangun Universitas. Sekolah yang ada akan direhabilitasi. Kualitas ditingkatkan. "Biaya sudah tentu kita akan cari, dengan cara yang lazim dan wajar. Yang pasti kita akan menggunakan kemampuan diri kita sendiri. Kita juga sudah ada beberapa usaha," pungkasnya. (*)   Pewarta: Darul Asmawan 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: