Perempuan di Pusaran Pilkada (1): YP Arita Sudah Terlanjur Cinta
Mereka adalah perempuan penerus tahta. Berani bertarung melawan dominasi pria. Meramaikan bursa pilkada. DiswayKaltim.com akan mengulas profilnya secara bersambung. Dimulai dari YP Arita.
Oleh: Ariyansah
YOHANA Palupi Arita, atau akrab disapa Arita Effendi, mungkin tak asing lagi bagi warga Balikpapan. Sosoknya yang keibuan dan penyayang itu membuat gebrakan. Namanya hangat diperbincangkan ketika melamar bakal calon wali kota / wakil wali kota ke PDIP Balikpapan.
Bagi sebagian warga Kota Beriman, mungkin tak mengherankan. Nama itu sudah muncul jauh-jauh hari. Digadang-gadang sebagain warga. Dianggap mumpuni merawat kota.
Namun apakah Arita sanggup melawan dominasi pria di Pilkada? Apa saja yang mendasari keinginannya untuk maju?
Kepada DiswayKaltim.com Arita menjawab singkat. “Terlanjur jatuh cinta dengan Balikpapan”.
Secara SDM, Arita dianggap mumpuni. Dia pernah menjabat sebagai kepala cabang Bank Central Asia (BCA) Balikpapan. Kariernya harus terhenti lantaran sang suami menjadi pejabat daerah. Saat itu, masih wakil wali kota Balikpapan. Sekitar tahun 2006.
Arita, diketahui telah mendaftar ke PDI Perjuangan. Sebagai bacalon kepala daerah Balikpapan. Beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, istri Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi juga telah mendaftar ke Partai Demokrat.
"Kenapa saya mendaftar. Karena saya terlanjur cinta dengan Balikpapan," kata Arita, Rabu (9/10/2019).
Namun dirinya mengklarifikasi. Pendaftaran yang dilakukan ke partai-partai itu memang sebagai bacalon kepala daerah Balikpapan. Namun, bukan posisi 01 (wali kota). Melainkan untuk 02 (wakil wali kota).
"Dengan rasa yang terlanjur cinta itu. Saya memberanikan diri untuk mendaftar. Untuk di Partai Demokrat, baru ambil formulir. Belum mengembalikan. Sama seperti di PDI Perjuangan. Pengambilan formulir di Partai Demokrat juga diwakilkan," bebernya.
Selama mendampingi Rizal. Membuat Arita merasa dekat dengan masyarakat. Apalagi, secara otomatis dirinya menjabat sebagai ketua PKK Balikpapan.
Pengalaman selama di organisasi perempuan itu, mengharuskan Arita berinteraksi dengan masyarakat luas. Tumbuh rasa cinta ingin memajukan kota. Menuju arah yang lebih baik.
"Masyarakat Balikpapan adalah masyarakat progresif. Antusiasnya tinggi. Mempunyai attitude tinggi. Sehingga dalam proses kerja itu merupakan hal menyenangkan," kata Arita, menceritakan pengalaman selama berkegiatan sosial.
Namun perlu ditekankan. Dirinya memang belum sepenuh hati terjun ke dunia politik. Misinya menuju kursi pimpinan pemerintah kota, hanya untuk dekat dengan masyarakat. Seperti halnya dia dekat selama jadi ketua PKK. Dan aktif di kegiatan sosial.
Arita sadar, menuju tahta itu harus melalui jalur politik. Partai politik, utamanya. Maka mau tidak mau. Arita mengharuskan diri terjun ke politik.
"Saya senang dengan kegiatannya. Berbaur dengan masyarakat. Bukan dengan perpolitikannya. Selama ini saya tidak pernah menjadi kader partai," katanya.
Disinggung soal jalur independen, Arita memgaku akan berat. Banyak yang harus dipersiapkan. "Saya melihat bahwa independen itu lebih susah. Jadi saya mendaftar ke partai untuk pengabdian. Diterima syukur. Tak diterima juga syukur," katanya.
Dia sadari, dunia politik didominasi kaum pria. Namun dia meyakini kehadiran kaum perempuan akan memberi warna. Juga semakin meramaikan kontestasi lima tahunan nanti. Jika memberi warna, tentu juga menghadirkan program baru.
Arita punya keinginan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang lebih unggul.
"Peranan perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Itu hal yang paling melekat dalam kepemimpinan wanita. Khususnya saya. Bahwa saya harus menciptakan kualitas yang unggul dari SDM di Balikpapan," jelasnya.
Apalagi, kata dia, Balikpapan merupakan daerah penting bagi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru. Maka, mewujudkan kualitas SDM harus jadi utama. "Jangan sampai SDM di Balikpapan tidak ikut serta dalam peran pembangunan IKN. Sehingga kualitasnya harus ditingkatkan," jelasnya.
Selama ini, memang Arita tak pernah terlibat langsung dalam dunia politik. Ia hanya mendampingi Rizal. Namun bukan tak punya kesibukan. Jika Rizal berpolitik, Arita aktif di kegiatan sosial. Pun begitu tugas sebagai ibu rumah tangga, jangan sampai terabaikan.
"Peranan sebagai ibu rumah tangga saya berikan full. Dan alhamdulillah. Anak-anak sudah menikah semua. Sekarang mereka sudah punya tempat untuk berbagi (keluarga). Dari sini, saya meyakinkan diri bahwa sekarang waktu saya banyak untuk masyarakat. Dan juga bersama Bapak (Rizal Effendi)," katanya.
Niatnya maju dalam pertarungan politik sama sekali tak ada dorongan dari sang suami. Pun bagitu saat dirinya terjun ke dunia politik. Hanya karena ingin tetap bersama masyarakat. Seperti hari-harinya memimpin PKK.
"Melamar ke partai. Sebagai bacalon kepala daerah. Bagi saya ibarat melamar kerja di perusahaan. Kalau diterima syukur. Tidak diterima juga saya tetap bersyukur," pungkasnya. (dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: