Ibadah Haji Tahun Ini Masih Dibayangi Pandemi

Ibadah Haji Tahun Ini Masih Dibayangi Pandemi

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pengusaha biro perjalanan haji belum sepenuhnya bernapas lega. Meski ada sinyal ibadah haji tahun ini akan dibuka oleh Arab Saudi. Apalagi kuota jamaah akan dibatasi karena pandemi.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Esam Abid Altaghafi, beberapa waktu lalu mengatakan optimistis ibadah haji akan diselenggarakan pada 2021. Pihaknya masih menunggu informasi terbaru terkait hal tersebut. Hal itu merupakan sebuah kabar baik, meskipun nantinya kuota yang disediakan sangat terbatas. Utamanya bagi biro perjalanan haji dan umrah yang setahun ini juga ikut merasakan imbas keberadaan pandemi COVID-19. Menanggapi kabar tersebut, Direktur Shafa Tours Muhammad Digdo Susilo mengatakan, pihaknya hanya bisa menunggu. Sejauh ini surat keputusan dari Arab Saudi belum ada. Namun, sinyal-sinyal akan adanya haji pada tahun ini memang sudah ada. “Seperti yang diungkapkan oleh duta besar Arab Saudi untuk Indonesia, yang mengatakan bahwa tahun ini, Insyaallah, akan ada haji,” katanya saat dihubungi kemarin (21/4). Informasi itupun membangun optimisme pihaknya. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana nanti proses proses pelaksanaan haji itu sendiri. Selain itu, hingga kini juga belum ada kejelasan kapan penerbangan internasional Arab Saudi dibuka. “Bisa jadi mepet dengan Zulhijjah-nya, karena pelaksanaan hajinya saja tinggal tiga bulan. Yang jelas, skenario untuk pelaksanaan haji sudah ada, jika nantinya (kuota) hanya 10 persen, 30 persen, atau 50 persen. Yang pasti kalau 100 persen tidak mungkin,” urai Digdo. Dikatakan Digdo, saat ini ada enam skenario yang telah dipersiapkan seandainya haji dilaksanakan pada tahun ini. Namun, jika melihat dari hasil beberapa kali pertemuan dengan Kementerian Agama, kementerian sendiri merasa agak berat jika haji dilaksanakan di tengah pandemi. “Misal, kita mendapat kuota 30 persen, nah menentukan 30 persennya ini tidak mudah. Belum lagi ada protokol COVID-19, tentunya akan ada kenaikan biaya,” ujarnya. Kenaikan biaya itu lantaran adanya protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Di antaranya, bus yang mengangkut jamaah yang tentunya tidak penuh. Belum lagi kamar yang hanya boleh sekamar berdua. “Tentu biaya akan melonjak tinggi. Pasti itu akan menjadi problem baru. Kalau di haji plus tentu ada biaya tambahan yang harus dibayarkan. Cuman untuk haji yang reguler, selama ini ‘kan subsidi dari pemerintah, itu yang akan jadi PR,” jelasnya. Permasalahan selanjutnya yang harus dihadapi adalah terkait vaksin Sinovac. Pemerintah Arab Saudi hanya memperbolehkan jamaah yang telah melakukan vaksinasi COVID-19 yang direkomendasikan WHO. Sementara Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksin Sinovac masih dalam proses untuk mendapatkan emergency used listing (EUL). “Apalagi masalah vaksin Sinovac yang belum diakui WHO. Indonesia menggunakan vaksin Sinovac, jadi harus mendapat lisensi dulu dari WHO,” ungkapnya. Persoalan selanjutnya, Indonesia termasuk 20 negara yang tidak boleh masuk Arab Saudi. Hal ini lantaran jamaah umrah Indonesia yang sempat berangkat pada tahun lalu, banyak yang ditemukan positif COVID-19 saat tiba di Arab Saudi. “Peningkatan jumlah COVID-19 di Arab Saudi diduga penularannya dari warga asing,” singkatnya, Oleh karenanya, sejumlah pihak menginginkan haji tahun ini lebih baik ditiadakan. Namun, banyak juga yang berharap haji dilaksanakan, mengingat panjangnya daftar antrean haji saat ini. “Balikpapan saja (daftar antrean haji) sudah 30 tahun lebih,” terang Digdo. Sementara ketika ditanya apakah masih ada masyarakat yang mendaftar haji, dirinya mengungkapkan, sejauh ini ada 13-14 orang. Mereka adalah pendaftar haji plus, yang mana kini daftar antrean untuk haji plus di Shafa Tours berkisar antara 5-7 tahun. “Ini tergantung kuota dan apakah tahun ini ada pelaksanaan haji atau tidak. Untuk haji plus, usianya lebih muda dibandingkan haji reguler. Kisaran 40-50 tahun yang paling banyak mendaftar,” jelas dia. Padahal sebelum pandemi atau tepatnya 2019 lalu, dalam setahun pihaknya menerima sekira 80-100 pendaftar untuk haji plus. Sementara saat ada pandemi COVID-19, terjadi penurunan hingga 50 persen. “Tetap ada saja orang yang mendaftar haji. Namun (jika dibandingkan tahun lalu) ada penurunan juga,” terangnya. Sementara untuk umrah, Digdo menjelaskan hampir tidak ada yang mendaftar. Jikapun ada, jumlahnya sedikit. Hanya satu atau dua orang pendaftar. “Karena makin enggak pasti. Ada paling satu atau dua karena sudah percaya dengan kita, daripada uang kepakai jadi mendaftar,” katanya. Meski belum ada kepastian pelaksanaan haji kapan akan dilaksanakan, namun pihaknya telah mempersiapkan semuanya. Salah satunya dengan ikut vaksinasi yang diselenggarakan pemerintah. Pihaknya pun juga telah bersiap jika pelaksanaan haji ditiadakan pada tahun ini. “Dua kesiapan itu harus ada. Harapannya memang agak tipis ya. Namun kami berharap semoga tahun ini adalah perubahan. Harapannya vaksin di Arab Saudi berjalan lancar, karena ada berita yang mengatakan jika semua telah divaksin akan membuka diri. Itu sih yang jadi harapan kami. Namun, sampai sekarang belum ada berita ke arah itu,” tutupnya. (put/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: