Pasar Ramadan Jadi Momentum Pemulihan Ekonomi Daerah
SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Kehadiran pasar ramadan di Samarinda terbukti ikut mengerek gairah perekonomian warga. Aktivitas jual beli makanan berbuka puasa, yang kemunculannya sekali setahun itu, juga dinilai bakal turut berkontribusi besar dalam proses pemulihan ekonomi daerah. Yang selama setahun terakhir, tertekan akibat wabah COVID-19.
Salah satu contoh adalah pasar ramadan di kawasan GOR Segiri. Yang memang disiapkan Pemerintah Kota Samarinda sebagai pusat perdagangan takjil dan sejenisnya, selama bulan ramadan ini. Di kawasan yang dikelola Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Samarinda itu, menampung sedikitnya 150 pedagang berbagai macam kuliner khas Ramadan. Atau separuh dari jumlah pedagang di kawasan itu pada ramadan tahun-tahun sebelum pandemi. Langkah pengurangan kapasitas yang menurut Pemkot adalah titik tengah dari upaya menekan penularan wabah dan memulihkan ekonomi warga. Kendati begitu, antusiasme masyarakat masih cukup tinggi untuk berbelanja di pasar ramadan tersebut. Menurut laporan Kadispora Samarinda, Erham Yusuf, dalam sehari pedagang di pasar ramadan GOR Segiri, mampu meraup omzet Rp 1 juta hingga Rp 4 juta rupiah per pedagang. Itu berdasarkan pengamatan yang dilakukan pihaknya selama pekan pertama ramadan. "Penghasilan itu tergantung jenis dagangan, kalau yang jualan makanan ringan seperti takjil sekitar Rp 1 juta ke atas. Kalau makanan utama seperti nasi bungkus, ikan bakar dan sebagainya, itu sekitar Rp 4 juta sehari," papar Erham Yusuf dalam pembukaan pasar ramadan GOR Segiri pekan lalu. Dengan demikian, kata dia, potensi perputaran uang di kawasan itu, minimal Rp 150 juta setiap sorenya. Yakni dengan perhitungan rata-rata omzet per pedagang Rp 1 juta, dikali 150 pedagang. Itu baru angka paling minimal. Sementara aktifitas ekonomi lain ialah penjualan pernak-pernik ramadan. Retribusi parkir kendaraan, dan lain-lain. Testimoni juga diutarakan Ahmad Uhid Rizki, pedagang takjil di pinggir Jalan Kadrioning, Kelurahan Air Hitam, Samarinda Ulu. Ahmad, yang merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Samarinda, mengaku selalu berjualan di tempat itu saban tahun, tiap tiba bulan ramadan. Ia menjajakan es kelapa dan aneka macam gorengan. Di sepanjang tempat Ahmad berjualan itu, ada sekitar 30 pedagang musiman yang menjual beragam kuliner berbuka puasa. Mereka menyewa petak yang berada nyaris di bahu jalan itu, sebesar Rp 350 ribu selama sebulan. Menurut keterangannya, pedagang gorengan dan es kelapa seperti dia menerima penghasilan kotor di atas Rp 1 juta per hari. "Sebenarnya, tidak menentu juga, tapi dalam sehari ada lah satu jutaan," katanya, ditemui Disway Kaltim, beberapa waktu lalu. Dia juga menuturkan, berdasarkan pengalamannya, tren penjualan di awal hingga pertengahan ramadan memang cukup ramai. Baru pertengahan hingga akhir ramadan kunjungan secara perlahan mengalami penyusutan. Jika dibanding ramadan tahun-tahun sebelum pandemi, penjualan ramadan tahun ini, kata Ahmad cenderung menurun, meski tidak signifikan. "Lebih ramai dulu sebelum ada COVID-19. Makanya tahun ini, ada penurunan, cuma tidak terlalu banyak turunnya," kata dia. Ahmad mengatakan, bersyukur tahun ini diberi izin oleh pemerintah. Meski harus komitmen menjaga penerapan protokol kesehatan di tengah wabah pandemi ini. "Kita memang berharapnya diberi izin kemarin itu. Karena ini untuk memenuhi kebutuhan kita pelaku usaha kecil, atau UMKM," pungkasnya. (das/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: