Kapal CPO Tenggelam, HMI Samarinda Duduki KSOP Samarinda

Kapal CPO Tenggelam, HMI Samarinda Duduki KSOP Samarinda

SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda menggelar aksi unjuk rasa untuk menyorot kinerja Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IIA Samarinda. Aksi ini dilakukan dampak dari insiden tenggelamnya kapal CPO atau crude palm oil di Sungai Mahakam.

Kordinator Lapangan (Korlap) Aksi, Akhmad Rifa'i mengatakan, aksi bertujuan mengawal insiden tenggelamnya kapal berjenis Self Propeller Oil Brage (SPOB) Mulya Mandiri 07, yang bermuatan minyak kelapa sawit atau CPO di Sungai Mahakam. Tepatnya di Jembatan Mahkota 2, segmen Kelurahan Simpang Pasir, Kecamatan Palaran pada Sabtu (10/4/2021) lalu. "Kejadian ini menimbulkan beberapa hal seperti korban jiwa dan pencemaran di perairan Sungai Mahakam. Sehingga inilah yang membuat kami ada di KSOP ini," tegas Ahmad Rifa'i. Bersumber dari informasi serta pemberitaan di media massa, kata Rifa'i, kapal CPO yang tenggelam tersebut tak memiliki izin gerak maupun muatan. Termasuk pada tahun 2017 silam telah beralih kepemilikan, dan hingga saat ini dari medio 2015 tidak mengantongi izin dari KSOP. Untuk itu, pihaknya datang untuk menuntut empat hal kepada KSOP Samarinda, untuk transparansi ke publik perihal investigasi maupun pengawasan yang dilakukan KSOP. Dalam hal ini fungsi dari KSOP tersebut yang berbicara terkait keselamatan dan keamanan pelayaran. "Di sini KSOP harus mengakui jika ini adalah kelalaian dan ketimpangan di lingkup KSOP, dalam hal menjalankan tugas dan fungsinya, serta mengevaluasi diri, bahkan meminta maaf ke publik ,"ucapnya lantang. "Dan juga mereka harus berkomitmen untuk mengusut tuntas, segala bentuk tindakan ilegal terkait transportasi di perairan sungai Mahakam. Dan kami juga menuntut dalam hal menandatangani pakta integritas bersama HMI, dalam menjalankan tugas KSOP sebaik-baiknya," sambungnya. Dalam orasinya, jika empat tuntutan mereka tidak diindahkan, mereka mengaku akan terus turun ke jalan menggelar aksi susulan. "Jika tidak diindahkan, kami pasti akan turun dengan masa yang lebih banyak," ungkapnya. Tak hanya kapal tenggelam di Sungai Mahakam, termasuk dengan meledaknya tongkang di galangan PT Galangan Barokah Perkasa pada Kamis (11/2/2021) lalu kawasan Pulau Atas Sambutan. Yang saat itu, kata Rifa'i menyebabkan tewasnya tiga pekerja saat sedang melakukan pengerjaan atau maintanance, serta adanya tumpahan Bahan Bakar Minyak (BBM). "Terkait kasus ini juga kami melakukan pengawalan, berbicara soal dampak lingkungan. Sehingga kami pun akan mengawal kasus ini, sehingga kejadian-kejadian serupa tidak terjadi," tutupnya. (bdp/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: