Menangkap Peluang Bisnis Pemindahan IKN

Menangkap Peluang Bisnis Pemindahan IKN

PEMINDAHAN Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur diyakini menumbuhkan peluang bisnis yang lebih luas bagi para pengusaha daerah. Sektor jasa, transportasi, dan kuliner bakal berjaya.

Keyakinan itu diutarakan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalimantan Timur, Dayang Donna Faroek dan entrepreneur Agus Go. Keduanya menjadi narasumber dalam program “Ngopi Sore” kerja sama Dinas Komunikasi dan Informasi Kaltim dengan Disway Kaltim. Dalam diskusi bertajuk, 'Melihat Peluang Bisnis Menyambut Ibu kota negara' Kamis, (15/4), Donna Faroek mengajak pengusaha lokal mempersiapkan diri menghadapi persaingan. Jangan sampai kalah bersaing dan menjadi penonton dalam proses pemindahan ibu kota negara. Wanita pengusaha ini menilai ada banyak peluang yang bisa dimaksimalkan. Terutama dari sektor penunjang. Seperti bidang jasa, transportasi, pendidikan, kuliner dan sebagainya. "Kita berharap, pemindahan IKN ke Kaltim tidak justru meninggalkan pengusaha-pengusaha lokal," sebut Dayang Donna Faroek. Memang, kata dia, semua proses pembangunan bermula dari pemerintah pusat di Jakarta. Namun bukan berarti pengusaha lokal tidak bisa ikut berkontribusi. Begitu pun, dia berharap, pemerintah dalam prosesnya juga turut merangkul pelaku usaha di daerah. Yang tentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengusaha lokal itu sendiri. Dan tetap sesuai dengan mekanisme yang direncanakan pemerintah. Meskipun Donna menyadari kapasitas dan kemampuan pengusaha lokalan masih bisa dibilang tertinggal. Tetapi dia percaya akan tetap ada peluang untuk terlibat dalam proyek raksasa tersebut. "Kami di Kadin akan berupaya menghimpun pengusaha yang ada di Kaltim. Itu sudah menjadi tugas kami," lanjutnya. Dia menuturkan, bahwa peluang itu, tidak berarti semua pengusaha harus bisa terjun dalam proses pembangunan IKN. Pengusaha lokal bisa menceburkan diri, misalnya di supporting sector. Yang tujuannya memberi dukungan pada pembangunan itu sendiri. "Kita juga, jangan hanya fokus melihat ke bidang konstruksi pembangunan," imbuhnya. Swasta, menurutnya, seharusnya bisa menjalankan banyak usaha di sekitar IKN. misal di Balikpapan, Penajam Paser Utara, Samarinda, dan Kutai Kartanegara yang merupakan calon daerah penunjang. Artinya investasi swasta di daerah tidak melulu selalu melihat bidang fisik. Tetapi, Donna berkata, berimajinasi. Berkreatifitas. Mempersiapkan diri dan konsep yang ingin ditawarkan. Melirik banyaknya peluang hang terbuka. Kendati, untuk memulai terlibat itu, dalam praktiknya membutuhkan modal usaha yang besar. "Tapi kalau kita punya ide dan gagasan, kita bisa berkolaborasi untuk memulai," kata dia. Sementara, Agus Go yang dalam kapasitasnya sebagai pengusaha milenial di bidang industri kreatif, mengaku sudah mulai membayangkan besarnya potensi yang akan datang. Sebagai pelaku usaha sektor swasta, ia menyatakan, sudah mesti mempersiapkan diri sejak dini. Agar bisa merebut peluang itu. Sekaligus bisa memberi kontribusi dan hanya sekadar menjadi penonton. "Saya sudah membayangkan ada manusia yang banyak berarti omzet yang besar. Dari sisi industri kreatif. Saya kira sebagai anak-anak muda kita harus siap. Dengan wacana IKN ini," ucap Agus. Di bidangnya, yang mengedepankan gaya hidup, sebaiknya sudah mulai melakukan banyak riset. Melihat contoh dan perkembangan terkini gaya hidup di perkotaan di berbagai daerah. Untuk mengambil referensi. "Melihat dari daerah-daerah lain. Apa yang bisa dikembangkan. Dimodifikasi dan diberi sentuhan lokal di sini," katanya. Begitu pula di semua sektor, misal ada tiga sektor utama yang peluangnya sangat besar. Yaitu sektor belanja, hiburan dan kuliner. "Kita sudah harus mulai latihan dari sekarang," imbuh Agus. Berbicara potensi Sumber Daya Manusia, menurut Agus tentu sudah sangat memadai. Untuk bisa bersaing dan mengambil peran mengawal perkembangan daerahnya. "Anak-anak muda kita ini, biasanya lulus SMA langsung pada ke luar daerah. Nah dengan adanya IKN ini, ayok kita panggil semua kembali ke daerah," ujar pengusaha yang menggeluti dunia kreatif dan milenial ini. Agus mengatakan, kemampuan anak muda Kaltim sudah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan ia melihat, sejak dimunculkannya wacana pemindahan IKN. Pelaku industri kreatif di Kaltim, yang notabene didominasi milenial, sudah mulai sibuk membagi-bagi sektor yang akan digeluti. Di sisi lain, Dayang Donna Faroek menilai, pemindahan IKN ke Kaltim sebagai bagian dari strategi pemerataan ekonomi. Yang pas untuk Kaltim. "Pasti pertumbuhan ekonomi kita meningkat pesat. Asal industri kreatif kita terus digali. Ini peran anak muda kita. Dengan modal kreativitas yang bisa menunjang, tidak harus yang bermodal besar." Namun demikian, kata dia, skala yang besar juga tidak bisa ditinggalkan. Sebab jika para pengusaha terlena pada beberapa sektor saja, maka akan tertinggal pada bidang lainnya. Menurutnya, meskipun pemerintah pusat punya BUMN, sebagai kontraktor. Yang dianggap mumpuni, tetapi BUMN dinilainya tidak akan bisa bekerja sendiri. Dalam sudut pandangnya, para pengusaha putra daerah lah yang lebih menguasai medan. "Tabu tanah kita sendiri, pastinya BUMN butuh menggandeng kita, itu yang kita harapkan. Jangan sampai kita hanya sebagai penonton," ucap Donna. Soal kesiapan, tambah dia, suka tidak suka pengusaha lokal harus siap. Mesti kreatif. Tidak diam saja. Dia, menyebutkan, besaran potensi urbanisasi atau perpindahan orang ke Kaltim dengan adanya pemindahan IKN, yakni sebanyak 1,5 juta ASN yang akan berpindah. Yang artinya bisa berkali lipat jika para ASN itu membawa serta sanak keluarga semisal isteri, suami dan anak-anaknya. "Banyaknya orang yang akan berpindah itu adalah peluang yang harus kita pikirkan. Apa yang bisa kita isi di situ untuk memenuhi kebutuhan," tandasnya. (das/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: