DAMRI Komitmen Pelayanan dan Kepercayaan Penumpang Diutamakan
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Transportasi bus Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI) kembali hadir. Beberapa segmentasi rute muncul lagi. Salah satunya ialah Samarinda-Berau.
Untuk rute Samarinda-Berau, harga tiket yang harus dibayar penumpang senilai Rp 225 ribu. Dengan nominal itu, penumpang bisa mendapatkan gratis 1 kali makan, tempat duduk luas, penggunaan air conditioner (AC) secara maksimal, dan musik untuk menunjang kenyamanan selama perjalanan. Menurut Andri Ariyanto, salah satu call center DAMRI di Samarinda yang bertugas, harga tersebut sudah termasuk yang termurah. Mengingat DAMRI juga merupakan transportasi bus milik pemerintah. Kepatuhan dari terhadap protokol kesehatan (Prokes) tentu dijamin. “Tidak perlu harga promo lagi sih, karena rata-rata yang angkutan umum paling tidak harganya di Rp 250 ribu untuk pelayanan seperti itu. Bagi kami, saling menjembatani dan mengayomi penumpang saja,” jelas Andri, Selasa (13/04/2021). Waktu kedatangan dan pemberangkatan juga diminimalkan. Pemesanan tiket bisa dilakukan secara offline. Dengan transaksi pembayaran langsung di tempat. Reservasi bisa melalui call center. Kemudian, akan dicatat nama serta jumlah penumpang. Target pelunasan pembayaran dua hari sebelum berangkat. Tapi, untuk reservasi bisa dilakukan seminggu sebelum keberangkatan. “Pembayaran bisa ke kantor kami sendiri di Jalan Abdul Wahab Syahranie,” ucapnya. Pembelian tiket secara online juga bisa dilakukan. Kerja sama DAMRI dengan beberapa marketplace sudah terjadi. Namun, memang jarang ada penumpang yang melakukan pembelian tiket dengan cara daring. Andri menjelaskan, dalam sebulan hanya satu atau dua penumpang yang melakukan pembelian tiket secara online. Sisanya cash. Sosialisasi pembayaran melalui online sudah dilakukan. Seperti pengumuman melalui sosial media DAMRI Samarinda sendiri. Dalam hal ini, ialah akun facebook, instagram, dan didorong dengan kerja sama dengan media massa. “Mungkin karena masyarakat belum terbiasa. Padahal untuk menilai praktis mana, ya (pembayaran) online. Tapi itu (kembali kepada) pilihan masyarakat saja lagi,” ujarnya. Untuk segmentasi rute, diterangkan Andri itu tergantung kepada regulasi pemerintah. Sejak Mei 2020, memang pemberhentian operasional DAMRI secara keseluruhan dilakukan. Itu semua karena pandemi. Hingga akhirnya beberapa penyesuaian diupayakan. Akhirnya, koordinasi dilakukan oleh DAMRI dengan instansi terkait. Untuk bisa memastikan apakah keamanan dalam operasional bus bisa maksimal dijalankan. “Mei kami sudah collaps, kita jalan salah, kita instansi pemerintah yang harus memberikan contoh yang baik. Jadi memutuskan berhenti operasional saja,” sambungnya. Kepercayaan penumpang terhadap DAMRI sempat turun. Karena rute yang ditawarkan ada, tapi bus tidak pernah melakukan pemberangkatan. Secara perlahan, tapi pasti sembari memastikan keamanan soal situasi pandemi, akhirnya percobaan keberangkatan kembali hadir. Saat kembali memulai, Andri menuturkan penumpang hanya sedikit. Tapi hal itu bukan masalah. Asal kepercayaan masyarakat terhadap DAMRI bisa kembali. “Sulit, untuk tidak dipercaya sama masyarakat itu. Makanya kami bangun lagi pelan-pelan,” tambahnya Andri memaparkan ada beberapa rute dari Kota Tepian. Yakni, Samarinda-Tanjung Redeb, Samarinda-Bontang, Samarinda-Sangatta. Lalu untuk segmentasi perintis, yang merupakan segmen penugasan dari pemerintah ialah Samarinda-Muara Muntai, Samarinda-Bulungan, dan Samarinda-Bentian. Terkait rute angkutan khusus, saat ini hanya ke Bandar Udara APT Pranoto Samarinda. Tetapi, untuk rute ini melihat situasi penerbangan yang ada. Jika jumlah penerbangan meningkat, maka penambahan unit juga akan dilakukan untuk rute tersebut. “Untuk saat ini (rute angkutan khusus) statusnya masih penyesuaian,” tambahnya. Soal unit yang beroperasi, dalam sehari, rata-ratanya bisa mencapai belasan unit. Tepatnya 14 unit. Dan itu adalah unit yang beroperasi saat masa pandemi. Menurut Andri, unit itu jauh dari angka normal. Karena jika tidak pandemi, unit yang beroperasi bisa puluhan. “Bandara saja, jika operasional normal, setiap jam bisa ada (operasionalnya). Tapi penerbangan saja kurang, dalam sehari cuma dua keberangkatan saja,” tandasnya. General Manager DAMRI Samarinda, Elpohan juga ikut memberikan tanggapan. Elpohan menyampaikan untuk perbandingan penumpang memang di Samarinda situasinya tidak bisa disamakan dengan di Jawa. Beberapa masyarakat Samarinda pasti akan memilih berangkat menggunakan pesawat terbang. Ketimbang lewat jalur darat. Alasan lebih spesifiknya ialah letak geografis beberapa wilayah di Bumi Mulawrman yang berjauhan. Penambahan unit juga belum pasti bisa dilakukan. Semua itu tergantung dengan jumlah penumpang. Ia bahkan menceritakan, tepatnya Senin 12 April kemarin, jumlah penumpang hanya 10 orang saja. “Kita tetap berupaya secara maksimal. Menggunakan pelayanan yang berkualitas, karena bagi kami kenyamanan pelanggan yang terpenting,” pungkasnya mengakhiri. (nad/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: