Datang ke Kaltim, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Lirik 4 Produk Potensi Ekspor

Datang ke Kaltim, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Lirik 4 Produk Potensi Ekspor

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Pengembangan ekspor produk potensial Kalimantan Timur terus dilakukan. Terbukti dengan adanya kunjungan dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) baru-baru ini.

Ditjen PEN mengunjungi 4 wilayah sekaligus. Yakni, Muara Kembang, Kota Bangun, Tenggarong, dan Palaran. Keempat daerah itu memiliki komoditas yang berbeda. Dan tentunya berpotensi untuk di ekspor. Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop dan UKM Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan, kunjungan tersebut memang sebagai salah satu upaya meningkatkan ekspor non migas. Khususnya bagi Benua Etam. "Komoditi lidi nipah di Muara Kembang, itu menjadi salah satu yang bisa menggerakkan perekonomian (di Muara Kembang). Di sana semua masyarakatnya sudah tahu (lidi nipah) memiliki potensi yang menjanjikan," ungkap Heni, Senin (12/4). Potensi ekspor sarang burung walet juga dilirik. Kata Heni, masyarakat Kota Bangun memiliki kesanggupan akan itu. Mengingat secara langsung dirinya beserta rombongan dari Ditjen PEN melihat sendiri. Bahwa, rumah-rumah masyarakat di sana banyak membudidayakan sarang burung walet. Eksportir sarang burung walet binaan Disperindagkop Kaltim di wilayah tersebut pun didorong. Untuk bisa memperkuat produknya.  Agar menjadi komoditi yang bisa diekspor. "Kita perlu melakukan sinergi, koordinasi, dan menentukan program-program apa yang pas untuk mempercepat (ekspor sarang burung walet)," jelasnya. Setelah itu, produk Ulap Doyo juga dianggap memiliki potensi ekspor. Tepatnya di Kota Raja, Tenggarong. Disampaikan Heni, Ditjen PEN ingin menjadikan salah satu karya seni rupa terapan yang diolah menjadi kain ini akan dikembangkan. Asal difokuskan. Mengingat kain ini merupakan produk ramah lingkungan. Asalnya yang dari tanaman daun doyo. Kemudian diambil seratnya untuk ditenun menjadi kain. Dianggap sangat memiliki ciri khas tersendiri. "UKM (usaha kecil menengah) diharapkan bisa fokus. Diarahkan oleh Ditjen PEN untuk menjadi home decor. Akan dibantu kementerian untuk mencari peluang pasarnya," ujarnya.   Kemudian, terakhir kunjungan sentra cangkang sawit di Palaran. Di mana  Japan External Trade Organization (Jetro) turut hadir. Heni menerangkan, Jetro melihat secara langsung buah kelapa sawit. Tetapi, ketertarikan Jetro justru ke cangkang sawit. Lantaran Jepang sedang bertransformasi energi ke biomassa. "Dan mereka (Jetro) membutuhkan sumber daya dari Indonesia, khususnya Kaltim. Mengingat kita memiliki potensi yang besar soal sawit," tandasnya. Salah satu pelaku ekspor yang turut hadir dalam kunjungan memberikan tanggapan. Widia Hana Sofia, yang merupakan direktur CV Masagenah menyampaikan, kehadiran Ditjen PEN memang ingin melihat potensi produk ekspor di Kaltim. Seperti lidi nipah. Widia menceritakan, setelah melihat secara langsung potensi lidi nipah. Baik dari luas lahannya, sumber daya manusia (SDM) yang terserap, dan  potensi tidak mengganggu sumber daya alam (SDA) di wilayah sekitar. Ditjen PEN yakin produk komoditi ini akan terus berlanjut. "Next, kita akan membuat turunan untuk klasifikasi ekspor. Mulai dari lidi yang kecil, daunnya, dan sebagainya," kata Widia. CV Masagenah juga ditunjuk sebagai konsolidator Kementerian Perdagangan. Untuk produk-produk UKM Kaltim yang dinilai layak untuk diekspor. Widia membeberkan, surat keputusan (SK) penunjukan akan segera diberikan. Dengan hal itu, Widia berharap para pelaku ekspor di Bumi Etam bisa berkonsultasi dan berkomunikasi dengan dirinya. "Bisa tanya-tanya, soal kendala dan lainnya bisa. Bahasanya memang dari kementerian ialah konsolidator. Job desk-nya akan lebih rinci nanti (dijelaskan)," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)

Rp 15 Miliar dari Ekspor Cangkang Sawit

Soal ekspor cangkang kelapa sawit, Kalimantan Timur mencatatkan potensi ekspor mencapai 1,74 juta ton. Yang saat ini dilirik oleh Jepang. Pihak Japan External Trade Organization (Jetro) yang melirik potensi cangkang sawit tersebut. Kepala Disperindagkop UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor menyambut baik hal tersebut. Yang tengah mengoptimalkan peluang ekspor ke berbagai negara di dunia. Salah satunya ialah Negeri Sakura. Kata Roby, saat ini Jepang sedang bertransformasi energi. Yang sebelumnya lebih mengutamakan energi nuklir. Kini secara bertahap beralih ke energi biomassa. "(Jepang) membutuhkan sumber daya dari Indonesia, khususnya Kaltim," ujarnya, Senin (12/4). Menurut data Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (Apcasi) tercatat luas area perkebunan sawit di Kaltim mencapai 1,6 juta hektare. Dengan 80 pabrik kelapa sawit ada di Bumi Mulawarman. Roby menambahkan, pihaknya sedang menindaklanjuti peluang ekspor tersebut. Baik secara teknis dan memastikan kualitasnya. "Sedangkan pemerintah pusat akan membantu melalui kemudahan ekspor," katanya. Adapun, berdasarkan data yang dihimpun oleh Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA), Kaltim berhasil melakukan ekspor cangkang sawit. Tercatat sebanyak 243.045,65 ton senilai USD 1,05 juta dalam rentang waktu 2019 hingga 2020. Atau nilainya mencapai Rp 15,3 miliar. Sebagai informasi, negara tujuan ekspor cangkang sawit Kaltim sebelumnya adalah China, Thailand dan Vietnam. Kini, Jepang menjadi target negara tujuan ekspor cangkang sawit selanjutnya. Dan diharap dapat berkelanjutan. Roby berharap hal ini bisa sebagai bentuk jawaban dari Menteri Perdagangan RI. Sekali lagi teknis akan dibicarakan. Khususnya soal regulasi. "Rapat akan dilakukan bersama instansi terkait. Salah satu potensi yang bisa sama-sama diharapkan dan diwujudkan," katanya. Ia melanjutkan, pemerintah pusat akan memperhitungkan sehubungan dengan kemudahan dalam melakukan ekspor. Termasuk memotong mata rantai panjangnya logistik. (nad/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: