Orang-Orang yang Tak Dianjurkan Konsumsi Jahe

Orang-Orang yang Tak Dianjurkan Konsumsi Jahe

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Siapa yang suka konsumsi jahe? Jahe merupakan salah satu bumbu atau ramuan yang paling banyak dikonsumsi. Senyawa aktif pada jahe yang bernama gingerol memiliki sifat terapeutik yang terbukti mengobati beberapa penyakit. Seperti diabetes, pilek, masalah perut, hipertensi, mual, dan lain sebagainya.

Terlepas dari beberapa manfaat dari jahe, sejumlah penelitian membuktikan, mengonsumsi jahe baik dalam jumlah sedang atau besar bisa memberikan dampak buruk bagi orang yang sedang dalam kondisi tertentu. Maka dari itu, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia, ada beberapa kondisi yang sebaiknya agar menghindari atau tidak dianjurkan konsumsi jahe. Pertama, hamil. Dalam keadaan hamil, jahe dapat meredakan mual dan muntah. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bisa berbahaya bagi ibu hamil. Seperti dilansir Boldsky, stimulan alami pada jahe dapat menyebabkan kontraksi dini. Hal ini dapat berdampak buruk pada kehamilan. Seperti keguguran atau kelahiran prematur. Bagi ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi sekitar 250 mg jahe selama empat hari untuk mengurangi gejala mual dan muntah. Kedua, kekurangan berat badan. Jahe menjadi salah satu solusi terbaik untuk menurunkan berat badan. Gingerol dalam jahe dapat meningkatkan laju metabolisme dan menekan nafsu makan. Mengonsumsi jahe menyebabkan kalori terbakar hingga pada tingkat yang lebih tinggi serta membuat seseorang makan lebih dikit. Oleh karena itu, kurang baik untuk mereka yang ingin menambah berat badan. Ketiga, batu empedu. Sebuah penelitian menunjukkan, jahe dapat meningkatkan sekresi empedu dan menyebabkan pembentukan kantung empedu. Cairan empedu memiliki peran penting dalam pencernaan dan menyerap lemak. Namun konsumsi jahe yang berlebihan dapat merangsang hati untuk memproduksi cairan empedu dan mempercepat pembentukan batu empedu. Bagi seseorang yang mengalami masalah pada cairan empedu dianjurkan untuk mengonsumsi jahe kurang dari 1.200 mg. Keempat, gangguan darah. Jahe mengandung garam salisilat yang berfungsi sebagai pereda nyeri. Terutama bagi penderita osteoartitis. Salisilat ini dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan aliran ke organ-organ. Namun, orang yang sedang mengalami pengobatan pengencer darah atau pembekuan darah harus menghindari jahe. Karena dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan. Dosis yang tepat bagi penderita osteoartitis yang ingin mengonsumsi jahe sebanyak 170 mg hingga 340 mg. Dua kali atau tiga kali sehari atau seperti yang diresepkan dengan obat-obatan tertentu. Kelima, wasir. Sebenarnya jahe dapat membantu mengobati peradangan dan nyeri pada wasir. Namun beberapa penelitian menyebutkan, jahe dapat menyebabkan bengkak, iritasi, gatal dan rasa tidak nyaman pada penderita ambeien. Keenam, penyakit ginjal. Jahe memiliki efek renoprotektif. Karena aktivitas antioksidannya. Namun di sisi lain, jahe juga memiliki senyawa kreatinin yang cukup tinggi. Apabila mengonsumsi jahe berlebihan, maka akan menunjukkan gejala gangguan ginjal yang parah. Seperti penyakit ginjal kronis. Ketujuh, GERD. Bagi penderita GERD, overdosis jahe (sekitar 4 gram) dalam satu hari dapat menyebabkan iritasi pada lapisan lambung, nyeri dada dan mulas. Apabila ingin menikmati jahe, penderita GERD disarankan untuk mengonsumsi dalam dosis sedang. Yaitu sekitar empat gram. Kedelapan, artritis. Pada beberapa orang, krim atau gel berbahan jahe dapat memperburuk peradangan bagi penderita artritis. Sebenarnya jahe nerupakan pereda nyeri terbaik. Karena sifatnya yang anti-inflamasi. Tetapi pada beberapa produk jahe yang memiliki kadar jahe yang tinggi dapat memperburuk rasa sakit. Kesembilan, tiroid. Meskipun jahe dianggap sebagai ramuan yang aman, beberapa penelitian melaporkan, jahe dapat memberikan efek samping seperti tiroiditis. Efek antioksidan dan penghambatan jahe pada metabolisme dapat merusak selaput yang mengelilingi hormon tiroid di folikel yang mengakibatkan hormon tersebut lepas dari dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan atau pembengkakan pada kelenjar tiroid. Kesepuluh, menyusui. Pada umumnya jahe dianggap aman bagi ibu menyusui. Selama ini jahe dikenal dapat meningkatkan suplai ASI. Namun ada kepercayaan bahwa mengonsumsi jahe yang berlebihan pada ibu hamil dapat memicu kolik pada bayi. Kondisi ini ditandai dengan tangisan intens. Tanpa alasan yang jelas berbeda dengan menangis minta ganti popok atau kelaparan. Kesebelasa, depresi. Diketahui gingerol pada jahe dapat mengobati faktor-faktor yang bisa memicu kecemasan atau depresi. Namun pada beberapa kasus, hal itu dapat mempengaruhi pelepasan serotonin—hormon bahagia yang dapat menstabilkan kondisi psikologis seseorang seperti perubahan suasana hati dan menyebabkan depresi. Keduabelas, artimia jantung. Artimia jantung merupakan kondisi yang menyebabkan detak jantung tidak teratur. Ramuan jahe sangat baik untuk berbagai kondisi jantung. Tetapi bila dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan jantung berdebar-debar. (cnn/qn) Sumber: 12 Kondisi Tubuh yang Tak Dianjurkan Konsumsi Jahe

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: