IBC: Penguasa Industri Baterai Kendaraan Listrik

IBC: Penguasa Industri Baterai Kendaraan Listrik

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Kementerian BUMN resmi mengumumkan adanya holding perusahaan baterai BUMN: Indonesia Battery Corporation (IBC). Investasi yang dibutuhkan untuk holding tersebut mencapai Rp 238 triliun.

Perusahaan holding ini akan terdiri dari empat perusahaan BUMN: PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero)/Inalum alias MIND ID, anak usahanya ANTM, Pertamina dan PLN. Wakil Menteri I BUMN, Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, IBC tidak hanya akan punya satu pabrik. Namun akan menjadi industri baterai listrik yang terintegrasi. “Jadi, bukan bangun satu pabrik saja. Tapi Indonesia punya mining-nya. Smelting-nya. Kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai USD 17 miliar,” kata Pahala. Secara kepemilikan saham, masing-masing perusahaan sama besarnya: 25 persen. Selain itu, dia menjelaskan, tujuan IBC adalah kekuatan hulu ke hilir bisa disatukan. “Makanya keempat BUMN bentuk IBC yang masing-masing bagian supply chain. Industri battery ini akan ada JV (Joint Venture). Itu akan dilakukan.” ujar Pahala. IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 Giga Watt Hour (GWh) dan 50 GWh. Di antaranya akan bisa diekspor. Lalu, sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle (EV) di Indonesia. Menurut Pahala, potensi EV di Indonesia terdiri dari dua roda sebanyak 10 unit. Lalu empat roda lebih dari 2 juta unit untuk 2030. Selainn itu ore nikel, campuran bijih nikel laterit kadar rendah jenis saprolit dengan limonit dapat diproduksi di Indonesia. Nantinya bisa menjadi baterai cell berkapasitas 140 GWh. “Tahap 1 bagaimana produksi antara 10-30 GWh untuk produksi baterainya tahap 1. Tapi perkembangan nanti dengan jumlah mitra yang kita miliki dan makin banyak yang bisa diproduksi di domestik dari masing-masing bagian ini kita harapkan bisa jadi bagian,” jelasnya. Tahun ini akan dilakukan investasi pengembangan battery cell di hilir. Dilakukan oleh empat perusahaan tersebut. Dia mengharapkan 2021 hingga 2023 akan ada dampak yang dirasakan langsung. Sebab pengaruh pada pengembangan ekonomi pasca COVID-19. “Kalau ditanya apakah akan ada pengaruh? Ada. Namun belum sebesar apa yang menjadi visi kita bersama sampai 190 GWh. Mungkin awalnya kapasitas rendah. Tetapi selain dari itu, enam bulan setelah ini Antam dan calon mitra akan lakukan studi. Dan setelah selesai akan lakukan pengembangan mining-nya dan lakukan smelting facility,” ujar Pahala. Menteri BUMN, Erick Thohir menyebutkan, IBC akan bekerja sama dengan dua produsen baterai: China's Contemporary Amperexc Technology (CATL) dan LG Chem Ltd. “Kita sudah siapkan partnership dengan CATL dan LG Chem. Struktur jelas hulu-hilir. Kita BUMN ikut semua. Jadi, bukan hanya di hulu hasil tambang diproduksi. Yang lain terus kita ditingkatkan. Tapi kita ikut,” kata Erick. Menurutnya, tidak kalah penting untuk mengharapkan adanya alih teknologi dalam kerja sama ini. Dia menuturkan, dalam perjanjian terdapat stabilitas pasokan baterai listrik di dunia untuk kebutuhan energi terbaru kan dan power listrik di rumah. Terbentuknya IBC, menurut Erick, adalah transformasi kemajuan Indonesia di masa depan. COVID-19 juga dinilai mempercepat proses transformasi untuk industri baterai listrik. “Alhamdulillah apa yang kita jalankan ini terbukti. Kalau mau kita kompak, ini bisa terbukti. Apalagi kita dikasih anugerah luar biasa. Kekayaan nikel 24 persen di dunia ini dan tentunya dengan ada EV (Electric Vihicle) battery ini buat indonesia lebih bersahabat dengan green. Ekonomi hijau,” kata Erick. (cnbc/qn) Sumber: Indonesia Battery Corp Resmi Dibentuk & Rencana Rp 238 T

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: