Ormas Adat Minta Disbudpar PPU Perhatikan Budaya Lokal

Ormas Adat Minta Disbudpar PPU Perhatikan Budaya Lokal

PPU, nomorsatukaltim.com - Organisasi masyarakat (ormas) Laskar Pertahanan Adat Paser (LPAP) bertandang ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU.

Kedatangan mereka ini untuk mengklarifikasi. Mempertanyakan alasan dinas terkait menampilkan Tari Lipa' Sa'be khas Suku Bugis yang ditampilkan saat kedatangan tim Seskoad Mabes TNI, Rabu (24/3/2021) lalu. Yang dianggap sama sekali tak melibatkan unsur etnis lokal. "Yang kami sangat sayangkan adalah pemerintahan menampilkan tarian sambutan bukan dari asli Paser. Tapi menampilkan tarian dari Sulawesi. Juga ada penyelendangan, itu juga bukan budaya asli Paser," kata Ketua Harian DPC LPAP PPU, Firmansyah usai pertemuan di Kantor Disbudpar itu. Sebenarnya masyarakat adat ini  terbuka hidup di tengah masyarakat yang heterogen. Namun, pertemuan ini dianggap perlu dilakukan. Untuk mempertegas adanya Perda 2/2017 Tentang Perlindungan dan Pelestarian Adat Paser. Yang jelas telah mengakui unsur budaya asli di Benuo Taka adalah Suku Paser. "LPAP ini punya fungsi untuk mempertahankan adat Paser yang ada di PPU. Yang kami minta, ke depan ialah selalu berkoordinasi dengan lembaga-lembaga adat yang ada di sini. Karena sejauh ini dinilai sangat minim," jelasnya. Selain meminta agar dilibatkan setuap kegiatan yang berbau budaya dan adat istiadat, mereka juga tentu mau hal ini tak terulang lagi. Mereka menuntut permintaan maaf secara terbuka. Dan mengatur waktu untuk bisa rapat lanjutan terkait itu. "Kami sebagai putra daerah, juga ingin membangun daerah kami juga. Jangan sampai ada kejadian miss komunikasi lagi. Yang mengakibat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," tegas Firmansyah. Kedatangan puluhan massa itu disambung baik jajaran pejabat Disbudpar PPU. Meski tak dihadiri kepala dinasnya, Andi Israwati Latief, permohonan maaf secara lisan telah disampaikan. Sekretaris Disbudpar PPU, Andi Trisaldy menuturkan kritik yang disampaikan itu menjadi masukan untuk dinasnya. "Kalau memang ada, kami minta maaf jika sudah membuat tersinggung," ujarnya. Terlebih disampaikan bahwa tak ada niatan untuk tidak turut menghadirkan kebudayaan Suku Paser dalam penampilan itu. Namun demikian dengan pertemuan ini jelas akan mempererat hubungan antara dinas dengan masyarakat. "Apalagi ini dalam persiapan untuk IKN. Jadi mari bersama kita tunjukkan budaya kita. Nanti akan kami agendakan pertemuan lahi. Agar ke depan semua adat istiadat dan budata yang ada di PPU ini bisa berkembang dengan baik," bebernya. Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar PPU, Christian Nur menambahkan, forum-forum untuk lembaga adat itu rutin dilakukan. "Tapi ada perkembangan lembaga semakin hari, ada yang berganti nama, ada yang pecah. Jadi sampai saat ini belum ada pelaporan baru. Di pendataan kami juga belum update," sebutnya. Namun begitu, seni dan budaya adat Suku Paser dalam beberapa kegiatan, seperti nondoi. Keberadaan lembaga-lembaga itu selalu libatkan. Kejadian ini jadi pembelajaran untuk kita semua. Kami sedang menggali semua budaya agar semua itu bisa muncul dan berkembang. Saat ini kami sedang membina," tutupnya. (rsy/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: