Harga Batu Bara Naik karena Permintaan China Masih Tinggi  

Harga Batu Bara Naik karena Permintaan China Masih Tinggi  

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Harga batu bara terus mengalami kenaikan. Harga kontrak berjangka batu bara semakin mendekati USD 100 per ton. Beberapa spekulasi pun timbul. Harga tinggi karena suplai batu bara yang menurun di China. Analisa sebelumnya, harga batu bara bisa melonjak naik lantaran musim dingin. Yang terjadi di beberapa negara.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS), Eko Priyatno, kenaikan harga batu bara yang sebelumnya terjadi memang karena musim dingin. Dan untuk kenaikan saat ini, lantaran China yang lebih fokus melakukan impor dari pada memproduksi batu bara. Tetapi, kata Eko, kenaikan harga ini bisa tergolong musiman. Yang menurutnya tidak bersifat stabil. Trennya pun bisa berubah sewaktu-waktu. “Gelombang (kenaikan batu bara) bisa dibilang gelombang datar menaik ya. Tapi bisa saja turun. Karena harganya ini, merupakan harga yang pernah terjadi juga. Dan kemudian, angka itu turun juga,” ungkap Eko, Senin (23/3/2021). Sentimen kenaikan harga batu bara memang sudah terjadi sejak beberapa bulan ini. Tepatnya sejak Desember hingga ke Maret ini. Namun, tetap saja harga ini bersifat fluktuatif. Jika dilihat dari kondisi ekonomi dunia yang terpengaruh lantaran adanya pandemi, landai efek, atau landai produktivitas tambang memang jauh berkurang. Stok pun disebut berkurang. Tetapi, permintaannya masih tinggi. “Karena permintaannya tinggi, otomatis harganya juga,” tambahnya. Eko membeberkan, saat ini di Negeri Panda, beberapa pabrik tambang berhenti akibat COVID-19. Hal itu pun yang menjadi alasan mengapa China rutin melakukan impor. Ketimbang memproduksi sendiri. Kebutuhan negara dengan ibu kota Tiongkok tersebut memang masih tinggi. Khususnya untuk kebutuhan pembangkit listrik bertenaga uap batu bara. “Negara-negara dengan PLTU batu bara juga mengurangi karyawan kan, jadi sangat jelas kalau permintaan tinggi akibat itu,” sambungnya. Eko melanjutkan, kenaikan harga batu bara memang terjadi secara perlahan. Mulai dari USD 80 hingga saat ini menyentuh USD 94 per metrik ton. Hanya saja proyeksi kenaikan itu bisa berubah sewaktu-waktu. Eko mewanti-wanti, situasi ini belum tentu bisa bertahan lama. Mengingat harga emas hitam tak secemerlang dulu.“Kenaikan ini bisa dibilang memberikan kelegaan buat kita,” lanjutnya. Eko mengatakan, kualitas batu bara high calorie lah yang mencapai harga tertinggi saat ini. Sedangkan untuk middle dan low calorie belum menyentuh harga tersebut. Sekadar informasi, untuk di Bumi Mulawarman, kualitas batu bara baru mencapai low dan middle calorie. Dan penjualannya pun baru skala domestik. “Sekarang ini local energy kita memerlukan yang middle dan low calorie saja, jadi harga (kenaikan) itu bukan hantam rata untuk semuanya ya. Cuma tetap kita syukuri akan kenaikan (harga) itu,” pungkasnya. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: